Daul: Harmoni dalam Musik Patrol Madura

Kauleh Torul
Bernama asli Ir. M. Matorrurozaq M.MT, dilahirkan di Jrengik Kab. Sampang. Alumnus pesantren dan juga insinyur teknik. Santri yang juga insinyur.
Konten dari Pengguna
10 Juni 2017 21:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kauleh Torul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Daul: Harmoni dalam Musik Patrol Madura
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ramadhan saya kira tak hanya membuat kita menjadi relijius karena lebih giat beribadah dan mendaras Al-Quran. Tak hanya semarak dengan bazar takjil yang meramaikan nyare malem di pusat-pusat kota. Ramadhan juga bisa jadi ajang kreatifitas. Setidaknya itu yang bisa kita pelajari dari pertunjukkan musik patrol. Di Madura, kita akrab menamainya dengan sebutan musik ul-daul.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana musik patrol di beberapa daerah lain di luar Madura, ul-daul atau kerap juga diperingkas dengan sebutan daul, adalah musik yang sengaja diperdengarkan untuk membangunkan orang-orang untuk sahur. Tidak jelas juga mengapa disebut ul-daul. Tapi banyak yang menerka istilah ‘daul’ berawal dari kata ‘gaul’. Maklum, kendati musik patrol khas Madura ini juga menampilkan alat-alat musik tradisional. Sejatinya, tradisi untuk mementaskan musik patrol baru muncul beberapa tahun belakangan. Kira-kira satu dasawarsa terakhir.
Meski demikian, dilihat dari fungsinya, tradisi ul-daul ini tidak muncul begitu saja. Sebab, Madura pun lekat dengan tradisi saling membangunkan para tetangga agar tidak terlambat bangun untuk sahur. Yakni dengan berkumpul bersama tetangga, berkeliling kampung sambil memukul kentongan, atau alat apa saja asal bisa mengeluarkan suara dan meramaikan suasana. Karena tujuannya untuk membangunkan orang, musik yang dimainkan tak perlu berirama tertentu, yang penting harus dipukul sekuat mungkin supaya terdengar kencang.
ADVERTISEMENT
Beberapa daerah ada yang menyebutnya musik tong-tong. Ini karena kerumunan orang yang membangunkan sahur ini kerapkali membawa alat musik tong-tong. Tong-tong adalah salah satu alat musik perkusi khas Madura. Bentuknya sebenarnya tak jauh berbeda dengan kentongan. Yakni berbentuk tabung yang bagian tengahnya sengaja dilubangi. Dibuat dari bambu atau kayu mahoni. Hanya saja ukuran tong-tong bisa beraneka ragam. Mulai dari yang berdiameter 16 hingga 40cm. Tergantung kencang tidaknya suara yang dihasilkan. ‘Tong-tong’ sendiri merupakan onomatopea atau tiruan bunyi yang dihasilkannya.
Kiranya, bermula dari tradisi musik tong-tong inilah musik patrol ul-daul berasal. Musik tong-tong yang semula dimainkan secara sporadis di kampung-kampung tertentu, kemudian berkembang menjadi musik ul-daul yang sekaligus menjadi hiburan warga, dan dipentaskan di pusat-pusat kota, bahkan difestivalkan.
ADVERTISEMENT
Karena dipertunjukkan sebagai hiburan dan dilombakan, banyak modifikasi yang diperlukan. Dari yang mulanya hanya menggunakan alat musik sederhana, dengan irama sekenanya, musik ul-daul mulai berkreasi dengan alat musik yang lebih beragam, sesekali memainkan lagu-lagu yang lebih kontemporer, dan, tentu saja, lebih gaul. Makin membuat semarak, mereka umumnya mengenakan kostum-kostum tertentu. Satu kelompok musik daul minimal membutuhkan personil sekitar 15 orang. Ada yang bertugas memainkan alat musik, ada yang bernyanyi, ada juga yang melakukan tarian-tarian dan koreografi tertentu.
Musik patrol ul-daul ini tak hanya meriah dari segi audio saja, dari segi visual pun penampilan mereka cukup menarik perhatian. Kelompok-kelompok musik daul kerapkali menghias mobil pick-up, moda yang umum mereka gunakan ketika berarak, dengan beraneka bentuk. Seperti betara kala atau sayap merak, lengkap dengan lampu warna-warni dan sesekali juga kembang api. Tak heran, satu kelompok musik daul membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menyiapkan koreografi, musik hingga aksesori.
ADVERTISEMENT
Kelompok-kelompok ini bisa berasal dari berbagai macam komunitas. Ada yang berasal dari pemuda karang taruna setempat, santri-santri dari pesantren tertentu, atau instansi tertentu. Lomba musik daul memang populer diadakan pada bulan Ramadhan menjelang Idul Fitri. Namun tak jarang juga untuk memeriahkan hajatan lain, seperti hari jadi kota atau pesta kemerdekaan.
Warga Sampang sendiri warga umumnya mengenal dengan lomba musik daul combo dan daul dug-dug. Daul combo yang dimaksud tak lain adalah musik ul-daul lengkap dengan penari, penyanyi, orkes dan mobil hias. Ini untuk membedakan dengan kelompok musik daul dug-dug. Yakni kelompok musik yang lebih tradisional dengan alat musiknya yang khas: dug-dug. Sejenis bedug namun dengan ukuran yang lebih fleksibel untuk dimainkan dengan cara berarak. Selain tong-tong, dug-dug juga merupakan salah satu alat musik perkusi khas Madura. Baik tong-tong maupun dug-dug, keduanya tak pernah absen dari pentas musik ul-daul.
ADVERTISEMENT
Kiranya, ini pula yang menandai ciri khas musik patrol dari Madura. Meski demikian, ul-daul juga menarik justru karena kita bisa menangkap kesan akulturatif. Menemani alat-alat musik pukul tradisional dari Madura seperti tong-tong, dug-dug, dung-dung atau bung-bung, Kelompok-kelompok daul combo juga memainkan alat musik khas gamelan Jawa seperti kenong, peking dan gendang. Musik yang dimainkan juga yang berirama rancak dan semarak, yang kerapkali mengingatkan kita pada musik tradisional Bali. Terlebih kelompok daul combo juga sering menyertakan ogoh-ogoh dalam parade.
Irama yang rancak kiranya memang yang paling cocok untuk membangunkan orang. Tapi konon, khususnya di Sampang sebagai daerah pesisir, irama ini juga dipengaruhi musik yang kerap dimainkan oleh para nelayan seusai melaut. Pesisir utara Madura juga dikisahkan memiliki keterkaitan dengan lalu lintas air yang menghubungkan Madura dengan Bali. Kiranya dari musik patrol daul kita juga belajar, bahwa harmoni bisa diciptakan dari beragam hal yang berbeda.
ADVERTISEMENT