Konten dari Pengguna

Ilusi Keberuntungan: Bagaimana Judi Online Menghancurkan Keluarga

Nurul qomariyah
Mahasiswa - Mahasiswa UIN (Universitas Islam Negeri) SIBER (Syekh Nurjati Cirebon)
3 Desember 2024 8:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul qomariyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
credit by image generator chat gpt - Bagaimana Judi Online Menghancurkan Keluarga
zoom-in-whitePerbesar
credit by image generator chat gpt - Bagaimana Judi Online Menghancurkan Keluarga
ADVERTISEMENT
Meningkatnya angka perceraian di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah menjadi perhatian serius, terutama terkait dengan dampak judi online. Dengan kemudahan akses yang ditawarkan oleh teknologi, judi online kini menjangkau berbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada dalam situasi ekonomi yang sulit. Dalam konteks ini, judi online tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sumber masalah yang serius bagi stabilitas keluarga. Baca lebih lanjut tentang dampak judi online di sini.
ADVERTISEMENT
Dampak Ekonomi dan Psikologis
Bagi banyak individu, judi online menawarkan ilusi perbaikan finansial yang instan. Namun, harapan ini sering kali berujung pada kerugian yang lebih besar. Dalam situasi di mana pasangan menghadapi tekanan keuangan akibat kehilangan uang dari perjudian, konflik dapat muncul dengan cepat. Penggunaan dana keluarga untuk berjudi atau kebutuhan akan pinjaman untuk menutup kerugian dapat mengikis kepercayaan dan keharmonisan dalam hubungan.
Data dari Pengadilan Agama menunjukkan bahwa 70% dari kasus perceraian di Kota Depok berakar dari masalah judi online dan pinjaman online1. Ini mencerminkan betapa besar pengaruh judi online terhadap dinamika keluarga, terutama dalam konteks ekonomi yang sudah rentan.
Statistik Meningkatnya Kasus Perceraian
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kasus perceraian akibat judi meningkat secara signifikan. Pada tahun 2023, terdapat 1.572 kasus perceraian yang dilaporkan akibat masalah judi, meningkat 32% dibandingkan tahun sebelumnya. Provinsi Jawa Timur mencatat jumlah tertinggi dengan 415 kasus, diikuti oleh Jawa Barat dan Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Kenaikan ini terjadi meskipun secara keseluruhan angka perceraian di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa judi online menjadi penyebab utama perceraian setelah perselisihan dan masalah ekonomi. Di Ponorogo, misalnya, pengadilan agama melaporkan bahwa banyak kasus perceraian disebabkan oleh suami yang kecanduan judi online, mengakibatkan gangguan ekonomi dalam rumah tangga. Temukan lebih banyak statistik tentang perceraian di sini.
Mekanisme Psikologis di Balik Perceraian
Kecanduan judi online sering kali menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Individu yang terjebak dalam siklus perjudian dapat mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan. Ini tidak hanya mempengaruhi mereka secara individu tetapi juga merusak hubungan dengan pasangan dan anggota keluarga lainnya. Ketidakpedulian terhadap kebutuhan keluarga dan waktu yang dihabiskan untuk berjudi dapat menciptakan ketegangan yang berkepanjangan, merusak komunikasi dan menciptakan ketidakamanan emosional di dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Intervensi Sosial dan Kebijakan
Menghadapi fenomena ini, penting bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya judi online. Upaya pencegahan melalui pendidikan dan intervensi sosial sangat diperlukan untuk membantu individu yang terjebak dalam kecanduan judi. Selain itu, kebijakan yang lebih ketat terhadap praktik perjudian online harus diterapkan untuk melindungi masyarakat dari dampak destruktifnya.
Presiden Joko Widodo telah mengingatkan masyarakat untuk tidak terlibat dalam praktik perjudian, baik offline maupun online. Ia menekankan bahwa judi bukan hanya mempertaruhkan uang tetapi juga masa depan individu dan keluarganya3. Dengan kolaborasi antara pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat luas, diharapkan dampak negatif dari judi online dapat diminimalisir.
Dengan memahami faktor-faktor yang memicu perceraian dalam konteks ini, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi institusi keluarga dan menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat."
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA