Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Tokkatsu: Model Pendidikan Karakter dari Negara Jepang
28 Juni 2021 16:28 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:43 WIB
Tulisan dari Maulana Azwani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Negeri Sakura, salah satu dari banyaknya julukan negara Jepang. Bukan karena salah satu kartun terkenal, bukan juga karena anggota girl group terkenal. Namun, karena keindahan bunga sakura yang ada di negeri ini. Hal yang bagus mengenai Jepang bukan hanya itu saja, kita dapat melihat dari segi karakter. Kita tahu bahwa masyarakat Jepang sangat disiplin dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Hal ini membuat etos kerja masyarakat Jepang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Tapi hal ini tidak terjadi begitu saja. Ini merupakan hasil dari rangkaian proses panjang. Semua dimulai ketika Jepang mengalami kekalahan di Perang Dunia II. Sang kaisar bukannya mencari persediaan ataupun tentara yang tersisa, namun sang kaisar malah mencari guru yang tersisa. Dari sini kita tau bahwa Jepang sangat mementingkan pendidikan bagi masyarakatnya. Karena baik dan buruknya suatu bangsa di lihat dari bagaimana karakter dan moral masyarakatnya terutama Generasi muda.
Jadi kita sepakat bersama bahwa kebangkitan peradaban Jepang terbentuk dari proses pendidikan karakter moral yang sudah diajarkan sejak dini baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sehingga terbentuklah pola karakter yang terintegrasi dalam setiap bidang kehidupan masyarakat Jepang dalam menjalankan profesinya masing-masing.
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan, begitupun di negara Jepang. Pendidikan di Jepang sangat di pengaruhi oleh kebudayaan salah satunya Semangat Bushido. Bushido dalam bahasa Indonesia memiliki arti Ksatria. Jadi, Semangat Bushido adalah dasar dari jalan atau cara hidup para ksatria Jepang yaitu para Samurai.
ADVERTISEMENT
Lantas apa saja nilai – nilai dari semangat Bushido ? Nilai bushido adalah Kebenaran, Kesungguhan, Keberanian, Kebaikan, Kesopanan, Kejujuran, Kehormatan dan Kesetiaan. Nilai dari semangat Bushido ini diajarkan melalui lembaga non formal seperti keluarga dengan Kyoiku mama atau kita bisa sebut pendidikan ibu yang diajarkan sejak dini, maupun lembaga formal seperti Sekolah dengan Doutoku atau pendidikan moral yang diintegrasikan melalui mata pelajaran dan terakhir Tokkatsu atau kegiatan khusus.
Kemudian apa arti dari tokkatsu ini ? Dalam kurikulum sekolah dasar Jepang Tokkatsu didefinisikan sebagai:
ADVERTISEMENT
Tokkatsu adalah kegiatan khusus yang tidak diintegrasikan melalui mata pelajaran namun tetap tercantum dalam kurikulum sekolah. Inti dari tokkatsu adalah mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dan mengembangkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Jadi kegiatan ini digunakan untuk pembentukan karakter individu dan perkembangan sosial setiap anak di Jepang.
Alat atau bisa kita sebut sebagai kegiatan dalam program tokkatsu adalah diskusi kelas dan kegiatan kelompok kecil. Kegiatan ini bersifat fleksibel dan dapat dimaknai secara berbeda sesuai dengan berbagai konteks kelas dan sekolah. Dalam program tokkatsu siswa belajar dengan sistem learning by doing artinya setiap pelajar terlibat aktif dalam kegiatan yang dirancang bersama-sama di mana semua anggota kelompok memiliki tugas masing-masing dan guru mengawasi juga bertindak sebagai fasilitator mendampingi mereka.
ADVERTISEMENT
Kegiatan dan tugas diselesaikan bersama dengan pembagian tugas. Terdapat 2 pendekatan dalam pembagian tugas, yaitu siswa ditentukan tugasnya dan siswa menentukan tugasnya sendiri.
Contoh pelaksanaan Tokkatsu:
a) “act of cleaning”, kegiatan membersihkan lingkungan. Dengan kegiatan ini pelajar akan menyadari pentingnya lingkungan yang bersih dan rapi, sehingga mereka termotivasi untuk membersihkan lingkungan di sekitarnya secara spontan. Kegiatan dan tugas-tugas diselesaikan bersama dengan pembagian tugas baik yang ditentukan bersama maupun atas pilihan sendiri. ada yang memilih untuk menyapu, mengepel lantai kelas, ada juga yang membersihkan toilet, kantin dan sebagainya. karena hal ini kalian tidak akan menemukan petugas kebersihan di sekolah Jepang.
b) Kyushoku, Kegiatan makan siang bersama sudah ditentukan siapa-siapa saja yang akan menghidangkan makanan hingga mencuci piring dan membersihkan meja. Makanan pun sudah disediakan sekolah, tentunya gizi dan nutrisinya di jaga dengan baik.
Lalu, apakah program tokkatsu ini berhasil ? ya tentu saja. kita dapat lihat hasilnya dalam masyarakat Jepang kini dan bandingkan dengan masyarakat Indonesia. Sangat terlihat perbedaannya bukan ? Sudah semestinya Indonesia bisa menerapkan program yang serupa, demi SDM yang berkualitas memang harus dipaksakan. terlebih kita akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2045, sekaligus Indonesia akan genap 100 tahun merdeka. Akan tetapi, kondisi pada tahun 2045 akan ditentukan oleh tahun – tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, di perlukan generasi yang berkualitas baik pengetahuan maupun sikap atau karakter.
ADVERTISEMENT
Banyak orang pintar di negeri ini, namun sedikit yang bermoral dan berkarakter baik. korupsi yang terjadi adalah bukti kemerosotan moral dan karakter.
Semoga lebih baik Indonesiaku....