Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Cerita: Bisakah Aku Tinggal di Belakang Gigimu?
20 April 2025 11:17 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Isma Maulana Ihsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Inspirasi bisa datang dari mana saja, perasaan dan kehidupan manusia tidak akan bisa diterka oleh penulis skrip terbaik di dunia sekalipun. Pram bilang, sesederhana tulisan yang dibikin oleh anak sekolah dasar itu menggambarkan dunianya, dalam bahasa yang lain ia menyebut cerita manusia tidak akan pernah kemput.
ADVERTISEMENT
Termasuk di dalam jatuh hati, seseorang bahkan bisa terhanyut kasih di dalam diam. Bukan pada momen tawa yang lepas, atau saat berbicara tentang rencana-rencana besar nan megah. Tetapi, di saat diam; saat dunia dihentikan olehnya dan saat hujan tak jatuh karena ditahannya.
Hal yang bisa terjadi pula saat seseorang hanya bengong dan mentap jendela seperti seorang yang tengah mendengarkan sesuatu dari hal-hal yang jauh; segala sesuatu yang tak bisa didengar orang lain. Jauh dari jangkauan indra manusia biasa.
Maka, tatkala hal itu kita sadari maka sadarlah di antara cara mencintai dalam kehidupan umat manusia hanya ada seseorang yang tak ingin menjadi seseorang yang memeluk di depan umum atau mengisi hidupnya dengan kejutan-kejutan besar karena ia hanya ingin hidup di belakang giginya; tempat di mana kata-kata belum menjadi suara.
ADVERTISEMENT
Dan segala hal menjadi lebih murni dari sebelumnya, kalimat-kalimat masih menggambarkan isi hati sebelum melewati gigi dan semua perasaan terpaksa dimodifikasi, dan kamu tahu; aku pun membayangkan diriku di sana, bernaung dalam keheningan yang belum sempat diucapkan dan mengamati rasa pahitmu saat menahan kata-kata dan merayakan senyum manismu lebih dulu yang muncul tiba-tiba tak diiringi waktu.
Saat kau makan, aku ikut bergoncang, merasakan dunia luar lewat potongan kecil kehidupan yang kau telan, terpental ke sana-sini saat kau berbicara dan menonton ulahmu berubah menjadi sesuatu yang ditoleransi dunia. Dan ketika kau diam...aku kembali ke pusatnya.
Kamu tahu, ada ribuan orang atau bisa saja hanya aku yang ingin hidup di sana: di belakang gigimu, bukan sebagai kekasih atau sebagai nama yang spesial di ponselmu, tapi sebagai sesuatu yang sederhana yang tak bisa kau tolak atau keluarkan.
ADVERTISEMENT
Dan musti kau ingat, ini bukanlah sebuah hal yang menyedihkan karena hidup begitu denganmu tapi tak pernah kau lihat, karena sejak semula tulisan ini lahir hanyalah sebagai penanda bahwa ada seseorang yang hanya ingin diam di sudut tertentu dalam hidupmu, menetap, menjadi saksi sunyi atas segala yang baik dan buruk dari semua yang tak pernah kau sempat ucapkan.
Mungkin, di hari baik bulan baik aku akan ikut menguap dan pergi bersama embusan nafas dan sama sekali tak kau sadari. Tidak mengapa, karena pernah adalah kata yang menjamah waktu dan tidak bisa diukur kalkulasi matrikulasi, dan sangat menyenangkan pernah tinggal di tempat paling sunyi dari dirimu: di belakang gigi. (*)
terinspirasi dari sebuah lagu i'd like to watch you sleeping.
ADVERTISEMENT