Turun Gunung Politik

Isma Maulana Ihsan
Founder Belajar Politik, Mahasiswa aktif S1 Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, aktifis pergerakan, mahasiswa gabut dan pengagum rahasiamu
Konten dari Pengguna
27 September 2022 12:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isma Maulana Ihsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto milik pribadi
zoom-in-whitePerbesar
foto milik pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam dunia politik yang dinamis, kawan dapat berubah jadi lawan, begitu pun sebaliknya dengan waktu yang kadang relatif singkat. Asalkan, jual-beli tawaran yang ada begitu menggiurkan.
ADVERTISEMENT
Keluarga adalah harta paling berharga, setidaknya itu yang diungkap dalam lagu keluarga Cemara. Yang dapat juga menjadi yang paling berharga bagi keluarga Cendana, Solo atau keluarga Cikeas.
Beberapa waktu lalu tokoh politik terkenal juga mengatakan akan 'turun gunung' untuk menyelamatkan pemilu sebagai bagian dari proses dan iklim demokrasi agar tetap demokratis dengan nilai-nilai umum, langsung, bebas, jujur dan adil.
Menurutnya, ada indikasi bahwa pemilu yang akan datang bakal di tunggangi serta berjalan tidak secara adil dan jujur. Ada sekelompok makhluk 'halus' yang akan membuat pemilu berjalan sesuai dengan konsep mereka, sesuai kehendak kepentingannya.
Istilah turun gunung sendiri, acap digunakan untuk seorang 'pahlawan' atau seseorang yang mempunyai kemampuan lebih yang keluar dari pertapaannya (atau istirahatnya) untuk kembali membela dan menegakkan keadilan dan kebenaran.
ADVERTISEMENT
Dia akan turun sebagai kesatria dan akan bertarung serta berjuang untuk kemaslahatan bersama. Bak seorang pahlawan, dengan gagah dan berani orang yang turun gunung ini akan menghabisi mereka yang berbuat lalim di dunia yang hijau tapi lucu ini.
Namun, kembali kepada awal tulisan ini. Sebenarnya, siapa yang lawan? siapa yang kawan? jika kepentingan elite-elite baik yang sedang mendaki gunung kekuasaan dan mempertahankannya atau mereka yang turun gunung untuk kembali merebut kuasa jika pada akhirnya ternyata mereka bertemu di pertengahan gunung dan berbicara bekal yang akan dibagikan secara adil?
Politik yang dinamis, tidak pasti dan tidak ajeg ini dengan elite-elite yang hanya berpikir kekuasaan membuat kepentingan rakyat akhirnya terbengkalai. Rakyat yang hari ini siap menghadapi era baru pascacovid-19 agaknya masih terseok-seok untuk segera pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Tetapi, memang perlu bagi seorang ayah untuk menyelamatkan anaknya dari marabahaya yang akan mengancam anaknya. Ia harus turun gunung, melupakan suasana sejuk pegunungan yang masih asri dan gedung-gedung yang mangkrak saat ia masih menjabat dulu. Karena, seperti awal tulisan ini; harta yang paling berharga adalah keluarga.
Di sisi lain, jika memang tuduhan tidak akan berjalan secara adil dan jujur itu tidak benar. Mbok yak! jangan marah dan sangsi. Kesatria dari gunung antah berantah itu tidak akan menghabisi para bandit-bandit, badebah-badebah kalau mereka tidak berbuat kerusakan.
Namun, istilah turun gunung juga dapat dimaknai sebagai ungkapan hewan yang lapar untuk turun ke pemukiman-pemukiman mencari makan. Ini diakibatkan ekosistem tempat binatang itu hidup terganggu, entah karena penambangan perusahaan milik oligarki atau penebangan hutan untuk dijadikan lahan pembangunan IKN.
ADVERTISEMENT
Di pengertian yang lain, turun gunung dapat juga diartikan sebagai upaya penyelematan kehidupan terkini karena suasana yang ada tidak begitu menguntungkan, bisa karena ketidak cakapan pemimpin yang baru yang tidak dapat mengelola apa yang dipimpinnya secara baik.
Apapun itu, turun gunung selalu berbarengan dengan sesuatu yang kudu dan perlu, terkadang selalu merugikan seperti binatang yang turun gunung untuk mencari makan yang pasti akan merugikan penduduk-penduduk yang sebenarnya ikut andil pula menghancurkan ekosistem.
Hingga akhirnya penduduk itu marah-marah, ketar-ketir dan takut sehingga menuduh yang tidak-tidak kepada binatang yang lapar karena habitatnya hancur.
Juga berkelindan dengan suatu fenomena tertentu yang dapat membenarkan dan melegitimasi bahwa pemimpin baru yang ditunjuk tidak kompeten dan berkapabilitas untuk memimpin, makanya kesatria itu harus turun gunung membantu, jika tidak terlalu sopan untuk menyebut mengajarinya.
ADVERTISEMENT