news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Standar Ganda Negara Barat Dalam Konflik Ukraina

Maulana Hidayat A
Mahasiswa Prodi PAI Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
13 Mei 2022 19:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maulana Hidayat A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
source: pexels.com
ADVERTISEMENT
Invasi Rusia ke Ukraina tengah menjadi perhatian dunia, terutama negara barat yang telah bersatu dan memboikot Russia serta membuka ruang untuk pengungsi Ukraina. Namun, ditengah empati masalah perang Ukraina-Rusia ini, ditemukan sebuah perbedaan yang sangat mencolok yang dilakukan oleh pemerintahan negara barat dalam menangani konflik yang terjadi di Timur Tengah yang telah berlangsung sangat lama. Richard Boyd Barrett, seorang politikus Irlandia yang kemudian muncul ke permukaan dan menurutnya negara barat melakukan standar ganda dalam permasalahan ini, konflik Ukraina-Rusia ditanggapi dengan sangat serius oleh negara barat, namun disisi lain buta terhadap konflik Palestina. Barret sama sekali tidak menyalahkan apa yang dilakukan oleh negara barat, tetapi menyayangkan mengapa negara barat tidak mengecam invasi Israel terhadap Palestina, padahal kasusnya hampir sama.
ADVERTISEMENT
Selain Barret, standar ganda dalam konflik Ukraina juga dirasakan oleh Tedros Adhanom, yang merupakan direktur jenderal WHO. Menurutnya, banyak konflik di belahan dunia lain yang tidak mendapat perhatian selayaknya konflik yang terjadi di Ukraina. Beliau menambahkan, di Ethiopia, Yaman, Afganistan dan Suriah telah berlangsung konflik yang sama selama bertahun-tahun tetapi tidak mendapat perhatian internasional seperti peristiwa di Ukraina semata-mata karena perbedaan warna kulit. Tedros berharap, dunia memperlakukan semua kehidupan manusia secara setara, tidak memandang ras, agama, atau yang lain, karena semua kehidupan itu berharga.
Standar ganda negara barat juga dirasakan oleh Ahmad Al-Hariri, yang merupakan pengungsi asal Suriah yang dalam dekade terakhir berjuang hidup di Eropa. Menurutnya, orang-orang Ukraina dapat diterima di semua negara, tetapi pengungsi asal Suriah harus berjuang sendirian untuk dapat bertahan hidup, karena tidak ada yang mempedulikannya. Bahkan, pada tahun 2015 negara-negara Eropa dengan jelas menahan pengungsi dari Suriah,yang membuat Ahmad dan pengungsi lainnya berjuang sendirian di tengah cuaca buruk selama berhari-hari. Melihat negara barat begitu “menyambut” pengungsi asal Ukraina jelas membuat Ahmad Al-Hariri sedih, dan beranggapan bahwa dunia telah melakukan ketidakadilan dengan sangat jelas.
ADVERTISEMENT