Tersesat Di Logika, Ayo Mengenal Logical Fallacy

M Lutfillah Maulana
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum
Konten dari Pengguna
29 April 2024 9:27 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Lutfillah Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tersesat dalam berfikir. Foto: pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tersesat dalam berfikir. Foto: pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berdebat dan berdiskusi merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan kita. Namun, terkadang diskusi yang seharusnya produktif malah menjadi ajang adu mulut yang tidak sehat. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan logika yang salah atau menyesatkan, yang sering disebut dengan istilah logical fallacy. Artikel ini akan mengajak anda untuk mengenal berbagai jenis logical fallacy dan bagaimana cara menghindarinya serta dapat lebih kritis dalam menganalisis argumen orang lain dan juga argumen kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Apa itu Logical Fallacy?
Beberapa waktu lalu kita sering kali mendengar mengenai logical fallacy di berbagai media massa. Logical fallacy, yang secara harfiah dapat diterjemahkan menjadi "kesesatan logika", adalah kesalahan dalam penalaran yang membuat argumen menjadi tidak valid. Argumen yang dibangun dengan logical fallacy mungkin terdengar meyakinkan, tetapi pada dasarnya tidak didasarkan pada bukti yang kuat dan logika yang sehat.
Jenis-jenis Logical Fallacy:
Ad hominem: Serangan personal terhadap lawan argumentasi, bukan isi argumen itu sendiri.
Contoh: "Kamu pasti benci kebijakan ini karena kamu tidak pernah hidup susah."
Strawman fallacy: Mendistorsi argumen lawan menjadi versi yang lebih lemah untuk kemudian dibantah.
Contoh: "Kamu bilang kita harus melindungi lingkungan? Berarti kamu mau kita hidup primitif tanpa listrik dan kendaraan?"
ADVERTISEMENT
Appeal to authority: Menggunakan kredibilitas seseorang sebagai bukti kebenaran argumen, tanpa bukti pendukung.
Contoh: "Artis terkenal itu menggunakan produk ini, pasti bagus dong."
Bandwagon fallacy: Menggunakan logika "ikut arus" untuk meyakinkan orang lain.
Contoh: "Semua orang pakai gadget ini, masa kamu ketinggalan?"
False dilemma: Membatasi pilihan hanya pada dua opsi yang ekstrem, padahal mungkin ada pilihan lain yang lebih moderat.
Contoh: "Kamu mau jadi sukses atau jadi anak mama?"
Slippery slope: Menyederhanakan situasi dengan berasumsi bahwa satu tindakan kecil akan memicu rangkaian kejadian buruk yang tidak terhindarkan.
Contoh: "Kalau kita izinkan pernikahan sejenis, nanti pernikahan dengan hewan juga akan dilegalkan."
Dampak dari Logical Fallacy:
Logical fallacy dapat berdampak buruk pada komunikasi dan pengambilan keputusan. Argumen yang dibangun dengan fallacy dapat menyesatkan dan menghambat diskusi yang produktif.
ADVERTISEMENT
Cara Menghindari Logical Fallacy:
Dengan memahami logical fallacy, kita tidak mudah terpengaruh oleh argumen yang sebenarnya tidak valid serta kita juga dapat meningkatkan kualitas komunikasi dan pengambilan keputusan. Berusaha untuk berargumentasi secara rasional dan logis, serta hindari penggunaan fallacy untuk menyesatkan orang lain. Mari ciptakan diskusi yang sehat dan produktif yang didasarkan pada bukti dan logika yang kuat.