Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Ramadhan Kembali Kuat
16 April 2022 18:38 WIB
Tulisan dari Maulani Dyah Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bulan suci Ramadhan menjadi salah satu bulan yang sangat dinantikan kehadirannya oleh umat Muslim di dunia. Semua kalangan turut merasakan euforia-nya. Anak-anak yang rindu bermain petasan atau mungkin Pondok Ramadhan di sekolah, suara tadarus para remaja, bapak-bapak maupun ibu-ibu di masjid dekat pondok dan rumah, gerakan berbagi takjil di jalanan depan rumah, agenda buka bersama dengan keluarga, teman-teman alumni MTs, MA maupun temanku di pondok dulu. Semuanya menjadi indah saat dikenang.
ADVERTISEMENT
Ramadhan tahun ini mungkin berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, di mana aku harus menghabiskan hampir separuh Ramadhan-ku di perantauan ini. Ya, aku harus melanjutkan kuliah luring sembari menikmati bulan ini dengan penuh suka cita.
Sebenarnya tidak semua mata kuliah yang ku jalani ini bersistem luring, namun hanya sebagian saja. Bisa saja jika aku berangkat kuliah dari rumah. Hanya saja biaya transportasinya yang sedikit membuatku berpikir kembali jika tiap hari aku berangkat kuliah dari rumah. Belum lagi tenagaku yang kemungkinan besar cukup terkuras akibat satu atau dua hal lain.
Terhitung sudah 10 hari aku menjalani puasaku tanpa kehadiran ayah, adik, kakek, budhe, pakdhe. Sebenarnya sudah 3 tahun sih aku menghabiskan Ramadhan tidak di rumah. Karena memang sejak duduk di bangku MA, aku berada di pondok pesantren, dan baru boleh pulang ke rumah sekitar 2 sampai 3 hari sebelum lebaran. Hanya saja kali ini berbeda. Auranya lebih berbeda.
ADVERTISEMENT
Mungkin karena jarak yang juga semakin jauh yang memberikan suasana tersendiri. Ditambah lagi bulan ini aku dan ayahku berulang tahun. Apalagi usiaku yang menginjak 20 di tahun ini. Ah, rasanya semakin teriris saja hati ini. Ketika raga semakin menjauh, hanya jiwa yang bisa menyentuhnya lewat rentetan doa yang terpanjatkan. Ah, rasanya semakin teriris saja hati ini. Ketika raga semakin menjauh, hanya jiwa yang bisa menyentuhnya lewat rentetan doa yang terpanjatkan.
Tapi setelah ku renungkan kembali, memang beginilah hidupku sekarang. Aku harus mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Aku harus siap untuk menghadapi segala kenyataan yang ada. Karena memang hidup tidak selalu bahagia, pasti ada sebuah momentum tersendiri yang meninggalkan kesedihan di dalamnya. Aku jadi teringat kata-kata yang dilontarkan oleh Gus Sabrang melalui kanal YouTube-nya yang kurang lebih artinya seperti ini:
ADVERTISEMENT
Dari kata-kata beliau tersebutlah yang akhirnya membuatku untuk berpikir realistis lagi. Akhirnya mau tidak mau aku harus terus menjalankan hidupku sesuai apa yang seharusnya terjadi.
Pada tarawih di malam pertama bulan Ramadhan, aku salat tarawih di masjid dekat asramaku bersama teman-teman asrama. Rasa sedihku sedikit tertepiskan karena memang banyak juga yang berada di posisiku, di mana mereka harus berjauhan dengan keluarganya. Bahkan banyak yang rumahnya lebih jauh dariku, namun mereka tetap menjalaninya dengan senang hati. Kalau mereka bisa, kenapa aku tidak? Ku coba untuk mengendalikan emosiku lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT
Ku perbanyak waktu ngobrol dengan teman-teman, mencari menu berbuka dan sahur bersama, berangkat kuliah bersama. Berbagai kegiatan mengaji maupun setoran di asrama pun berusaha aku giati, perkuliahan pun sekuat tenaga ku lakukan dengan penuh semangat.
Ya hal tersebut tak lain agar pikiranku sedikit teralihkan, tidak terlalu larut dalam kesedihan. Sekalipun keluarga di rumah sudah mulai menanyakan kabar kepulanganku, namun berusaha ku atasi dengan tenang agar suasana sedih tidak pecah. Dan Alhamdulillah aku bisa menjalaninya atas izin Allah dan juga berkat dorongan dari orang-orang terdekat tentunya.
Hingga akhirnya pada suatu malam setelah mengaji entah mengapa aku merasakan sedih yang sangat mendalam hingga aku tidak kuasa untuk membendung air mataku. Padahal niat hati ingin belajar dan mengerjakan beberapa tugas UTS. Tapi entah mengapa rasa sakit yang sekian lama terkubur dalam hatiku kini kembali muncul ke permukaan.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi tugas yang menumpuk, banyak tuntutan Dosen dan juga beberapa tugasku sebagai salah seorang mahasiswa yang (konon) dijadikan panutan oleh sebagian kecil teman-temanku di kampus membuatku lebih terpuruk lagi. Sebuah dilema antara kuat ataukah tidak aku dalam mengemban semua tugas tersebut.
Ku curahkan semua perasaanku melalui sebuah status WhatsApp yang juga turut menyita perhatian salah satu teman kelasku. Aku menjadikannya sebagai teman berkeluh kesah sekaligus sosok kakak yang begitu peduli akan kesehatanku, terutama kesehatan mentalku. Lewat pesan di WhatsApp, dia banyak memberikanku motivasi yang sangat membantuku untuk kembali bangkit. Mungkin karena memang ada saat dimana aku berada di titik terjenuhku yang mengharuskanku untuk mengistirahatkan sejenak tubuh dan pikiranku.
ADVERTISEMENT
Tapi ya karena aku belum sepenuhnya mengenali diriku, jadinya bisa dibilang aku terlalu memforsir diriku sendiri. Aku memaksakan untuk kuat padahal banyak emosi dalam diriku yang berontak ingin keluar. Mereka tidak mau terus-menerus ku penjarakan dalam luasnya lautan hati ini.
Ada kalanya aku merasa lelah karena memang aku ini manusia biasa. Aku wanita yang memang lebih sensitif dibanding pria. Akhirnya ku putuskan untuk beristirahat untuk bisa kembali beraktivitas di esok hari tanpa harus membawa sejumlah permasalahan hati lainnya.
Dari sejumlah kisah yang sudah ku alami tersebut mengajarkanku bahwa aku memang harus menghadapi semua yang seharusnya terjadi dalam hidupku. Aku harus mampu menghadapi segala kenyataan yang ada. Tidak baik jika aku memaksakan agar semua yang terjadi dalam kehidupan ini sesuai dengan rencana yang telah ku persiapkan. Karena memang hanya Dia yang paling berhak untuk menentukan jalannya kisah kehidupanku di dunia ini beserta semua makhluk-Nya.
ADVERTISEMENT
Harapanku mulai Ramadhan kali ini semoga aku bisa kembali kuat. Kuat untuk menjalani semua proses dalam hidupku untuk aku yang lebih baik lagi. Tidak hanya kuat di Ramadhan ini, namun juga setelah Ramadhan dan hingga akhir nanti.