Kontroversi Kerajaan Islam Pertama di Nusantara: "Samudra Pasai atau Perlak ?"

Maulano Barontuko
Currently majoring History Education in Yogyakarta State University.
Konten dari Pengguna
2 Juli 2021 8:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maulano Barontuko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masjid Raya Baiturrahman, Aceh. (sumber: id.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Raya Baiturrahman, Aceh. (sumber: id.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Kedatangan Islam pertama kali di Indonesia dikatakan berasal dari orang-orang muslim Arab, Parsi (Iran), dan Gujarat (India) yang berlabuh di Nusantara, tepatnya di kawasan Aceh, Pulau Sumatera dan ada juga di titik kawasan lain. Tujuan utama kedatangan mereka adalah melakukan perdagangan dengan negeri luar sekaligus menyebarkan ajaran Islam. Ada juga yang datang berlabuh hanya untuk transit perjalanan untuk istirahat, memperbaiki kapal, atau mengisi ulang suplai pasokan yang hampir habis untuk melanjutkan perjalanan. Hubungan perdagangan dan transit kapal di sana membuka interaksi dengan negeri luar termasuk dengan negeri Mekkah di Arab. Selanjutnya, banyak juga pendatang Arab yang berakhir tinggal di Aceh dan menikah dengan orang-orang pribumi. Interaksi ini berlanjut pada pembentukan komunitas masyarakat muslim di Aceh.
Komplek Makam Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, Penguasa Pertama Kerajaan Perlak. (Sumber: selasar.com)
Kemudian, muncul suatu persoalan yang masih membuat banyak orang awam dan pelajar sekolah menengah kebingungan, yaitu mengenai persoalan "apakah kerajaan islam pertama di Indonesia ?". Ini menjadi bahasan yang cukup kritis ketika kita mendapati buku pelajaran (terutama buku mata pelajaran sejarah) yang di dalamnya tertulis bahwa Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan islam pertama di Indonesia. Pasalnya, dalam dunia akademik telah dilakukan pelurusan mengenai penetapan kerajaan Islam pertama di Indonesia dengan evidensi-evidensi yang dapat diterima, tetapi dalam dunia pendidikan yang menjalar pada masyarakat awam yang nantinya menjadi suatu pengetahuan umum terdapat perbedaan penentuan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Persoalan ini merujuk pada Kerajaan Peureulak (Perlak) dan Kerajaan Samudra Pasai yang sama-sama berada di wilayah Aceh.
ADVERTISEMENT
Para ahli telah melakukan riset lebih lanjut dan mengadakan seminar berulang kali untuk mengetahui dan menetapkan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Seminar yang dilakukan para ahli mengenai persoalan ini seperti yang dilakukan pada 17-20 Maret 1963 di Medan, 10-16 Juli 1978 di Banda Aceh, 25-30 September 1980 di Rantau Kuala Simpang (Aceh Timur), dan seminar khusus tentang Perlak dalam rangka milad ke-30 Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry yang diadakan pada 30 Oktober 2010 yang menghasilkan keputusan bahwa Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Ali Hasjmy, salah satu ahli yang ikut meriset persoalan ini merujuk pada naskah klasik seperti Risâlah Idhar al-Haq fi Mamlakati Ferla wa al-Fasi, Tazkirat Tabaqat Jumu’ Sultanul Salatin, Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai.
ADVERTISEMENT
Naskah-naskah klasik tersebut merupakan sumber sejarah sekaligus evidensi keberadaan Kerajaan Perlak. Namun, di sana terdapat sedikit perbedaan mengenai catatan tahun dan tempat peristiwa. Contohnya seperti perihal berdirinya Kerajaan Perlak pada Naskah Idhar al-Haq fi Mamlakati Ferla wa al-Fasi yang tertera berdiri pada tahun 225 H, sementara naskah Tazkirat Tabaqat Jumu’ Sultanul Salatin menyebut tahun 227 H sebagai tahun berdirinya Kerajaan Perlak. Akan tetapi, naskah Idhar al-Haq fi Mamlakati Ferla wa al-Fasi secara gamblang menyebut bahwa Kerajaan Perlak berdiri pada tanggal 1 Muharam 225 H (840 M) dengan raja pertamanya yaitu Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang sebelumnya bernama Sayid Abdul Aziz.
Bukti peninggalan sejarah lainnya yang mendukung keberadaan Kerajaan Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah mata uang Kerajaan Perlak yang terbuat dari emas (dirham), perak (kupang), dan tembaga. Di satu sisi mata uang dirham tampak tulisan “Al ‘Ala”, dan sisi lain tampak tulisan “Sulthan”. Diperkirakan bahwa hal itu merujuk pada Putri Nurul ‘Ala yang menjadi Perdana Menteri pada masa pemerintahan Sulthan Makhdum Alaidin Ahmad Syah Johan Berdaulat yang memerintah pada tahun 501-527 H (1108-1134 M). Selain mata uang Perlak, terdapat juga stempel kerajaan yang bertuliskan huruf Arab dengan model tulisan yang tenggelam menampakkan kalimat “Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512”. Kerajaan Negeri Bendahara ini dulunya merupakan bagian wilayah dari Kerajaan Perlak. Ada juga makam dari seorang raja Benoa di tepi Sungai Trenggulon dengan huruf Arab yang terpampang pada batu nisannya. Kemudian, di dalam Risâlah Idhar al-Haq fi Mamlakati Ferla wa al-Fasi terdapat penjelas bahwa Benoa termasuk wilayah Kerajaan Perlak.
ADVERTISEMENT
Kemunduran Kerajaan Perlak disebabkan oleh adanya konflik antara golongan Sunni dan Syiah di dalam tubuh kerajaan. Selain itu, terdapat peperangan dengan Kerajaan Sriwijaya yang pada awalnya meminta Kerajaan Perlak untuk tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Perang ini berlangsung selama tiga tahun sejak Sultan Alaidin Sayid Maulana Mahmud Syah memberikan surat balasan pada tahun 375 H/985 M dan merenggut nyawa Sultan Alaidin Sayyid Maulana Mahmud Syah. Masa-masa akhir Kerajaan Perlak dipimpin oleh Sultan Makhdum Malik Abdul Aziz Syah pada tahun 1263 M hingga pada tahun 1292 M ketika Kerajaan Perlak resmi bergabung menjadi wilayah federasi Kerajaan Samudera Pasai di Geudong, Aceh Utara. Dengan beberapa bukti peninggalan sejarah tadi, dapat dipastikan bahwa Kerajaan Peureulak (Perlak) merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia apabila dikomparasikan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kita tahu bahwa kerajaan itu berdiri pada tahun 1267.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, dapat kita simpulkan dan kita tetapkan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajan Perlak yang keberadaannya diproklamirkan pada tanggal 1 Muharram 225 H/840 M dengan pemimpin pertamanya Sultan Alaidin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah yang kemudian bergabung menjadi wilayah Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1292 M ketika dipimpin oleh Sultan Alaidin Sayyid Maulana Mahmud Syah.
Referensi:
Editorial Team & Mahabarata , Y. (Ed). (2021). Sources of The History of The Perlak Kingdom and The Islamization of The Archipelago. Online: https://voi.id/en/memori/41381/sources-of-the-history-of-the-perlak-kingdom-and-the-islamization-of-the-archipelago
Muchsin, Misri A. (2018). Kesultanan Peureulak dan Diskursus Titik Nol Peradaban Islam Nusantara. Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies, Vol. 2., No. 2., Hlm. 218-238.
ADVERTISEMENT