Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pak-Pak Dor: Permainan Tradisional yang Semakin Sirna
18 Agustus 2022 12:09 WIB
Tulisan dari Maulano Barontuko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya yang melimpah. Walaupun terpisahkan oleh laut yang menjadikan Indonesia sebagai negeri kepulauan, konektivitas relasi antara satu pulau dengan pulau yang lainnya tetap dapat terjalin dan membuahkan sebuah identitas bangsa, yaitu Indonesia. Berbagai kebudayaan tradisional yang tersebar di 37 provinsi menghiasi keberagaman interaksi internal bangsa Indonesia. Kebudayaan-kebudayaan tersebut meliputi banyak hal, seperti tradisi atau kebiasaan sosial masyarakat yang mengakar dan menjadi norma kehidupan, hukum adat, arsitektur konstruksi bangunan, kuliner-kuliner, pakaian adat, senjata adat, dan permainan tradisional yang tumbuh dari kreativitas dan inovasi anak-anak. Ragam kultur tersebut terfragmentasi menjadi identitas daerah, tetapi muncul sebagai karakteristik tradisional yang muncul dengan rupa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pergi menjelajahi sebuah wilayah di pantai utara, Brebes merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Jawa Barat sehingga sebagian masyarakatnya dapat berbahasa sunda, meskipun beridentitas tinggal di Jawa Tengah. Masuk dalam wilayah Karesidenan Pekalongan, Kabupaten Brebes memiliki karakteristik budaya dalam lingkup kuliner yang telah dikenal hingga kancah internasional. Komoditas tersebut adalah produksi telur asinnya (salted egg) yang menggunakan telur bebek sebagai bahan dasarnya. Selain dikonsumsi langsung setelah direbus, telur asin ini kerap kali dijadikan saus tambahan yang biasanya disajikan menyelimuti hidangan utama, maupun sebagai cocolan suatu hidangan. Teknik sajian kuliner seperti ini sempat naik daun di Indonesia ketika salah satu produk mie instan yang terkenal, Indomie mengeluarkan varian rasa telur asin atau salted egg.
ADVERTISEMENT
Di samping kebudayaan kulinernya yang melejit, terdapat satu kebudayaan yang mulai terdepak seiring berkembangnya teknologi modern. Kebudayaan tersebut ialah permainan tradisional yang disebut “Pak-Pak Dor”. Pak-pak dor merupakan permainan yang disukai oleh anak laki-laki. Hal ini disebabkan metode permainannya yang linier dengan konsep tembak-tembakan, tetapi menggunakan bahan alam yang dapat dibuat sendiri. Pak-pak dor ini menggunakan batang bambu yang tengahnya dilubangi sehingga muncul sebuah rongga, dan disertakan satu ruas bambu tambahan yang dipotong menyesuaikan ukuran lubang bambu tadi dari pangkal ke ujung sebagai bagian yang akan mendongsok pelor yang telah dimasukkan. Bagian kedua yang akan mendongsok pelor ini terintegrasi dengan grip atau pegangan yang biasanya berasal dari ruas bambu utuh yang telah dipotong.
ADVERTISEMENT
Pelor atau peluru yang digunakan berasal dari kertas yang telah dibasahi supaya mudah disobek dan dibulatkan, lalu dimasukkan ke dalam lubang. Ketika memasukkan peluru, pemain perlu memaksakan kertas yang telah dicomot tadi ke dalam lubang dengan memukulkan pegangan bambu yang akan menyodok atau mendongsok peluru hingga berbunyi “pak, pak, pak”. Setelah peluru kertas tadi telah masuk ke dalam rongga, maka hal yang harus dilakukan oleh pemain adalah mendongsok rongga tersebut dalam satu hentakan supaya peluru kertas dapat keluar. Peluru kertas yang keluar ini merupakan peluru yang sebelumnya telah masuk dan berada di ujung lubang bambu. Jadi, peluru baru yang berhasil dimasukkan dan didorong oleh pemain menggunakan ruas bambu kedua memberikan daya dorong yang berasal dari tekanan udara yang dihasilkan dari dorongan ruas bambu kedua atas peluru yang baru.
ADVERTISEMENT
Bambu pak-pak dor biasanya diberi dekorasi dengan menggunakan selotip warna-warni yang memberikan kesan tersendiri. Permainan ini dapat dibuat sendiri karena bahannya yang sederhana dan mudah ditemui, tetapi sekitar tahun 2008-2014 pak-pak dor menjadi produk permainan yang memiliki nilai komersial. Penjual pak-pak dor biasanya mangkal di depan Sekolah Dasar pada pukul 08.30 hingga waktu pulang sekolah. Harga jual pak-pak dor kala itu beragam dan relatif pada dekorasi tambahan yang ada pada pak-pak dor, seperti tambahan bambu berongga berukuran kecil di ujung lubang yang memberikan kesan sebagai peredam, selotip warna tambahan yang membuat tampilan pak-pak dor semakin keren, dan lain sebagainya.
Anak-anak yang bermain pak-pak dor biasanya dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah kertas basah yang dibagi sama rata. Kemudian, tiap anak akan berusaha menembakkan peluru kertas tersebut ke lawan yang menjadi incarannya. Anak-anak akan bergerak menghindari tembakan peluru kertas yang ditargetkan dari lawannya sembari membidik balik untuk menyerang balik. Ketika peluru tersebut berhasil mengenai badan seorang pemain, maka pemain tersebut telah gugur. Biasanya, permainan ini baru selesai ketika kertas basah yang dibawa oleh salah satu kelompok telah habis. Hal ini disebabkan sulitnya membidik lawan yang berlari dan bersembunyi di balik pohon atau benda lainnya yang dapat menjadi tameng peluru.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pada permainan tradisional tersebut mulai (atau bahkan telah) tergerus oleh perkembangan teknologi yang memberikan keseruan baru bagi anak-anak. Saat ini, daripada harus berkumpul dengan kawan-kawan sebaya, mengumpulkan kertas-kertas bekas untuk dijadikan peluru pak-pak dor, dan bergerak aktif ke sana-sini membawa pak-pakdor layaknya serdadu bersenjata yang tengah bertugas, anak-anak lebih memilih duduk atau tiduran di kasur rumahnya dan memainkan gim online tembak-tembakan yang ada di ponsel pintar dengan temannya secara daring yang terkoneksikan melalui internet. Keseruan dan kebersamaan yang muncul dari permainan tradisional tampak akan punah dan bertransformasi menjadi gaya modern yang terkenal dengan kecanggihan dan fleksibilitas bermain.