Konten dari Pengguna

Peran Psikologi Kesabaran pada Orang Tanpa Gejala (OTG) COVID-19

maulida arifatul munawaroh
Mahasiswa Psikologi Pendidikan Islam, Interdisciplinary Islamic Studies, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
26 Januari 2021 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari maulida arifatul munawaroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

SOLUSI BAGI OTG COVID-19

Peran Psikologi Kesabaran pada Orang Tanpa Gejala (OTG) COVID-19
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi Covid-19 masih kita alami sampai saat ini. Dampak tidak hanya dirasakan secara fisik saja, namun menurut beberapa penelitian psikis manusia juga terganggu dengan adanya virus covid-19 ini. Salah satu yang terkena dampak secara psikologis adalah Orang Tanpa Gejala (OTG).
ADVERTISEMENT
Orang Tanpa Gejala (OTG) menurut WHO sangat mungkin untuk sembuh asalkan tetap menjaga imunitas dan kesehatan mental.
Namun, masih banyak ditemukan masyarakat yang kurang mengerti akan hal tersebut dan memperlakukan mereka dengan kurang baik. Masih terdapat anggapan bahwa terinfeksi virus covid-19 adalah aib. Padahal seharusnya tidak perlu terlalu dibedakan dengan penderita penyakit yang lain, individu yang terinfeksi virus ini juga perlu diberikan support atau dukungan.
Psikologi kesabaran dapat berperan dalam mendalami masalah ini. Teori ini menjelaskan mengenai respon awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang taat pada aturan untuk tujuan kebaikan dengan didukung oleh optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/ ilmu, memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi, konsisten, dan tidak mudah mengeluh. Sehingga teori ini menjadi dapat menjadi jawaban jika masyarakat mengalami hal serupa.
ADVERTISEMENT
Sabar
Sabar secara terminologi adalah upaya menahan diri/ membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang lebih baik/ luhur. Menurut Quraish Shihab, dalam Tafsir Al - Mishbah, menjelaskan bahwa sabar artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Sabar dibagi menjadi dua yaitu sabar jasmani (sabar menerima dan melaksanakan perintah agama yang melibatkan anggota tubuh, termasuk juga sabar dalam menerima cobaan jasmaniyah seperti penyakit) dan sabar rohani (sabar menahan hawa nafsu yang mengantar pada kejelekan seperti amarah dan nafsu seksual bukan pada tempatnya. Sedangkan menurut KBBI, sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati) dan tabah artinya ia menerima nasibnya dengan sabar, hidup ini dihadapinya dengan sabar.
ADVERTISEMENT
Psikologi Kesabaran
Psikologi Kesabaran terdiri dari unsur utama (wajib ada) untuk menentukan apakah seorang individu tersebut sabar atau tidak dan unsur pendukung (sebagai tambahan) untuk menentukan tingkat kesabaran dari individu. Unsur utama berupa menahan sebagai respon awal, aktif, bertujuan kebaikan, dan taat aturan. Sedangkan Unsur pendukung yakni optimis, pantang menyerah, patuh/ taat pada aturan, memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi, konsisten, dan tidak mengeluh.
Optimis adalah salah satu unsur pendukung yang penting. Ketika mengalami masa sulit saat terkonfirmasi positif Covid-19 dan menjadi OTG memang tidak mudah. Namun, kita tidak bisa terus-menerus memiliki pemikiran negatif yang menuju ke arah pesimis. Memiliki pemikiran yang optimis, yakin bahwa setiap individu dapat sembuh akan memberikan energi positif pada diri pasien. Tentunya akan berdampak pada imunitas dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Pantang menyerah merupakan unsur penting dalam psikologi kesabaran. Terus memikirkan bagaimana tanggapan orang lain atau masyarakat tidak akan menyelesaikan masalah. Sebagai seorang OTG, akan lebih baik untuk tetap yakin dan terus berusaha bisa melewati ujian dalam hidup. Cara menyelesaikan ujian dalam hidup adalah dengan menghadapinya. Jangan pernah menyerah dengan keadaan, terus percaya bahwa manusia akan terus tumbuh menjadi lebih baik.
Memiliki alternatif solusi sangat diperlukan. Semua masalah pasti bisa diselesaikan. Memegang keyakinan ini penting, tentunya diimbangi dengan usaha. Mencari solusi yang tepat tidak hanya dengan bergantung pada warga sekitar saja. Di era seperti sekarang kita bisa mencari bantuan atau alternatif lain dengan gawai kita. Selama akses internet terhubung, pasien bisa tetap berkomunikasi dengan orang lain di luar sana yang lebih peduli dan mengerti bagaimana keadaan yang dihadapi. Sehingga permasalahan seperti distribusi makanan, tempat isolasi mandiri, hingga kebutuhan lain bisa terselesaikan. Apalagi beragam aplikasi seperti sekarang sangat mendukung untuk menjadi solusi atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Konsisten yang dimaksud dapat berupa menjaga kesehatan dengan rutin berolahraga di rumah. Sebagai seorang yang beragama, individu juga bisa terus berdo'a dan berserah kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Segala penyakit pasti ada obatnya. Maka, konsisten mengonsumsi obat-obat yang diberikan oleh dokter merupakan hal yang bisa dilakukan ketika menjadi OTG.
Tidak mengeluh di berbagai kondisi. Mengeluh bukanlah solusi yang tepat. Bercerita kepada keluarga, teman, atau pasangan bisa menjadi jawaban agar masalah menjadi lebih ringan. Jika akhirnya tetap mengeluh kita bisa mengusahakan untuk mengimbanginya dengan rencana ke depan. Melalui rencana tersebut, hidup akan terasa lebih baik dan terencana. Harapan ke depan menjadi lebih terang. Selain itu jangan lupa menanamkan mindset bahwa tujuan hidup adalah untuk bahagia. Bahagia adalah kunci agar diri menjadi pribadi yang lebih positif. Maka dengan begitu, kita akan secara otomatis mengurangi keinginan untuk mengeluh
ADVERTISEMENT
Maulida Arifatul Munawaroh
Mahasiswa Psikologi Pendidikan Islam, Interdisciplinary Islamic Studies, Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga