Konten dari Pengguna

Sustainable Fashion Bantu Selamatkan Bumi dari Ancaman Kerusakan Lingkungan

Maulida Kamilah
Mahasiswa Universitas Pancasila Fakultas Ilmu Komunikasi
25 Desember 2023 16:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maulida Kamilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Memilih Pakaian Ramah Lingkungan | sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Memilih Pakaian Ramah Lingkungan | sumber : freepik.com
ADVERTISEMENT
Pada era modern yang bersifat dinamis ini, konsep modernitas telah menjadi sebuah istilah yang bukan hanya sekedera penandaan periode historis. Istilah ini merujuk pada fenomena luas yang mencakup perubahan dalam norma sosial-budaya, sikap, dan aktivitas manusia sejak berakhirnya abad pertengahan di Eropa. Modernitas menciptakan lanskap perubahan di berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari cara berkomunikasi, pola makan, hingga cara berpakaian, termasuk dalam ranah fashion. Istilah modernitas dipahami sebagai obsesi terhadap bukti, budaya visual, dan penampilan pribadi. Charles Baudelaire, dalam karyanya yang terkenal berjudul ‘The Painter of Modern Life’ pada tahun 1864, menjadi salah satu pelopor dalam menggunakan istilah modernitas. Ia menggambarkan kehidupan masyarakat urban yang menjadi lanskap bagi pemahaman awal modernitas.
Ilustrasi Fashion Market | sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Fashion Market | sumber : freepik.com
Fashion dalam Perspektif Modernitas
ADVERTISEMENT
Modernitas berkaitan erat dengan perubahan waktu, dicirikan oleh semangat keterbukaan terhadap kebaruan di masa depan. Konsep ini melibatkan juga perubahan sikap sosial yang terkait dengan berkembangnya kapitalisme, sekularisasi, dan kehidupan pasca-industri. Fashion telah menjadi fenomena yang berpengaruh terhadap sosial-politik dan budaya sejak awal abad ke-20. Etimologis kata "fashion" berkaitan erat dengan kata Latin "factio" yang berarti "membuat" atau "melakukan". Hal ini menggambarkan bahwa fashion merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dan berkembang menjadi komoditas yang diminati dalam masyarakat kapitalis.
Le Bon dan sejumlah ahli lainnya menggambarkan bahwa fashion menjadi sebuah imitasi dari pola sosial yang ada, memenuhi kebutuhan akan dukungan sosial dan mengarahkan individu untuk terikat dalam ikatan sosial kelompok. Selain itu, fashion memberikan kepuasan akan keanekaragaman, variasi, serta kenyamanan diri bagi individu, menjadi alat yang membedakan tingkatan sosial di masyarakat. Pandangan positif terhadap barang-barang yang selalu mengikuti tren dan perubahan dalam cara produksi telah memunculkan pertumbuhan imajinasi sebagai bagian dari budaya konsumen. Hal ini dapat dilihan dari munculnya budaya masyarakat urban yang berfokus pada pemasaran fashion, yaitu setiap produk fashion diproduksi dan dipasarkan dengan sangat cepat kepada masyarakat modern yang terbiasa dengan gaya hidup konsumsi terbaru. Fenomena ini melahirkan istilah "Fast Fashion". Namun, praktik yang dilakukan dalam bisnis fast fashion menuai kritik karena menimbulkan kerusakan lingkungan
Ilustrasi penumpukan limbah fashion | sumber : freepik.com
Ancaman Kerusakan Lingkungan Dibalik Fast Fashion
ADVERTISEMENT
Fast fashion adalah suatu strategi bisnis dibidang fashion yang menawarkan produk yang murah, trendy, dan dengan perputaran sangat cepat untuk memenuhi permintaan konsumen. Menurut Cara dan Martinez (2015) top brand fast fashion beberapa di antaranya adalah ZARA, H&M, Uniqlo, Gap, Topshop, Forever21, Mango, dan Armani Exchange. Meskipun bisnis fashion ini terlihat positif karena menyediakan fashion yang terjangkau dan mengikuti tren terbaru, tren fast fashion justru menyimpan sejumlah masalah.
Tren fast fashion memiliki dampak serius terhadap lingkungan. Sebagian besar produk fast fashion terbuat dari bahan sintetis seperti polyester yang dibuat dari minyak bumi. Hal ini menyebabkan dampak besar terhadap manusia dan planet ini. Peningkatan produksi pakaian menimbulkan masalah yang serius. Bahan-bahan sintetis yang digunakan dalam fast fashion, seperti polyester, sulit terurai atau didaur ulang, menyebabkan masalah besar dalam limbah plastik.
ADVERTISEMENT
Industri fashion juga berperan dalam emisi gas rumah kaca. Sektor ini menjadi penyumbang 8-10% dari total emisi CO2 secara global setiap tahunnya. Penggunaan bahan sintetis seperti polyester menjadi bagian besar dari kontribusi fashion terhadap perubahan iklim. Bahan sintetis dalam fast fashion juga menjadi sumber mikroplastik.
Ilustrasi pabrik yang memproduksi polusi co2 | sumber : freepik.com
Polyester yang memerlukan waktu lama untuk terurai menghasilkan serat-serat mikroplastik yang terlepas saat pencucian pakaian. Setiap tahunnya, sekitar setengah juta ton serat mikroplastik dari tekstil berbasis plastik seperti polyester, nilon, atau akrilik berakhir di lautan, setara dengan 50 miliar botol plastik.
Fast fashion juga menghasilkan limbah yang sangat besar, sekitar 100 miliar pakaian yang dihasilkan setiap tahunnya dan 40% di antaranya tidak pernah terbeli dan digunakan secara nyata. Akibatnya, banyak pakaian yang berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibuang ke negara-negara berkembang. Misalnya, Ghana dan Kenya menerima jutaan ton pakaian bekas yang tidak dapat dijual setiap tahunnya. Hal ini memunculkan masalah limbah yang serius di negara-negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Dampak dari fast fashion sangat memprihatinkan, semuanya menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesejahteraan manusia. Diperlukan adanya perubahan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh fast fashion.
Ilustrasi Zero Waste | sumber : freepik.com
Sustainable Fashion Sebagai Solusi
Sustainable fashion merupakan konsep yang tidak hanya menawarkan tren dalam industri fashion, tetapi juga menjadi solusi dalam melindungi bumi dari ancaman kerusakan lingkungan. Konsep ini telah menjadi gerakan yang mengedepankan produk fashion yang ramah lingkungan dan menghargai kondisi sosial di mana produk tersebut diproduksi. Desainer memegang peranan penting dalam menciptakan fashion yang sustainable, karena mereka dapat berperan dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Salah satu aspek yang harus dipahami oleh desainer adalah ethical fashion atau pakaian yang etis. Etika dalam fashion merujuk pada pertimbangan dampak produksi dan perdagangan terhadap lingkungan serta kondisi pekerja yang terlibat dalam proses produksi. Hal ini mencakup upaya untuk mengurangi limbah dalam proses produksi, memanfaatkan kembali limbah produksi untuk barang lain, serta memperhatikan kondisi kerja yang adil bagi para pekerja.
ADVERTISEMENT
Label ramah lingkungan juga menjadi salah satu cara untuk mengidentifikasi sustainable fashion. Label tersebut membantu konsumen dalam memilih produk yang diproduksi secara ramah lingkungan. Namun, kepercayaan terhadap label tersebut seringkali dipertanyakan, sehingga sertifikasi dari organisasi terpercaya seperti FAIRTRADE atau ISO 14000 diperlukan untuk menjamin bahwa produk tersebut memenuhi standar perdagangan yang adil dan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Prinsip-prinsip lainnya yang penting dalam sustainable fashion adalah kualitas dan daya tahan pakaian. Pakaian berkualitas baik dengan teknik jahit yang terbaik akan memiliki umur yang lebih panjang, sehingga mengurangi kebutuhan untuk membuang pakaian dengan cepat dan berkontribusi pada pengurangan limbah.
Selain itu, keberlangsungan fashion juga dapat dilihat dari sisi waktu, di mana sustainable fashion menawarkan desain yang timeless atau dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Konsep slow fashion tidak hanya berfokus pada kuantitas, tetapi juga pada kualitas, dan memungkinkan penggunaan pakaian tanpa musim yang bisa digunakan sepanjang tahun.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahan lokal, tradisional, serta praktik daur ulang (recycling) dan peningkatan nilai (upcycling) juga menjadi prinsip penting dalam sustainable fashion. Memanfaatkan bahan lokal untuk mengurangi biaya dan dampak lingkungan dari transportasi serta menciptakan pakaian dengan cara yang mengurangi penimbunan limbah menjadi fokus utama dalam menciptakan produk fashion yang berkelanjutan.
Konsep zero waste juga menjadi strategi penting dalam sustainable fashion. Zero waste bertujuan untuk meminimalkan limbah material dalam produksi pakaian, sedangkan struktur modular memungkinkan penggunaan yang lebih personal dan memungkinkan untuk memperpanjang usia produk dengan mudah memperbaiki atau mengganti komponen yang rusak.
Secara keseluruhan, sustainable fashion bukan hanya sekadar tren, tetapi merupakan solusi yang penting dalam menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan. Dengan memperhatikan berbagai prinsip tersebut, desainer fashion dapat memainkan peran yang besar dalam menciptakan produk fashion yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT