Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dilema Teknologi Komunikasi
31 Oktober 2024 16:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Maulida Rizki Hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi komunikasi kini telah mendominasi cara kita berinteraksi. Dulu, bertukar pesan lewat surat atau bertatap muka terasa sangat berarti. Tapi, dengan hadirnya media sosial dan pesan instan, segalanya menjadi cepat dan praktis. Tapi benarkah lebih efektif?
Marshall McLuhan pernah mengatakan, "The medium is the message." Artinya, media yang kita gunakan sangat mempengaruhi cara kita memahami dan merespons pesan. Ini sangat relevan di era digital saat ini, di mana pola pikir, nilai, bahkan cara berinteraksi kita turut dibentuk oleh platform-platform tersebut. Dengan teknologi, kita dapat menghubungi siapa saja kapan pun, tetapi sering kali kita merasa semakin jauh dari kedekatan nyata. Sherry Turkle, seorang peneliti dari MIT, menggambarkan situasi ini sebagai "alone together," seolah-olah meski selalu terhubung, kita sering merasa terisolasi.
ADVERTISEMENT
Media sosial, misalnya, telah menjadi ruang berbagi momen kehidupan. Tapi berapa banyak dari kita yang merasa terjebak dalam ‘perang like’? Validasi sosial sering kali lebih kita utamakan ketimbang makna hubungan itu sendiri. Psikolog Jonathan Haidt pernah mengungkapkan, "Social media amplifies both the best and the worst in human nature." Di satu sisi, media sosial menjadi sarana yang positif, tetapi juga memicu kecemasan sosial dan rasa rendah diri.
Teknologi komunikasi juga mengubah cara kita bekerja. Bekerja dari rumah terdengar nyaman, namun telekonferensi yang tak kenal waktu sering kali menciptakan burnout digital. Laporan McKinsey bahkan menyebut bahwa "digitalization of work will continue to evolve," tetapi efisiensi ini diiringi dengan tantangan burnout yang tidak bisa diabaikan.
ADVERTISEMENT
Jadi, apakah teknologi komunikasi lebih banyak membawa manfaat atau justru masalah? Pada akhirnya, teknologi hanyalah alat. Penggunaan yang bijak dan seimbang akan membantu kita meraih manfaat tanpa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan. Tantangan bagi kita adalah tetap dekat secara emosional di dunia yang terus mengedepankan konektivitas digital.