Konten dari Pengguna

Menimbang Pengetahuan: Eksplisit vs Implisit di Era Digital

Maulida Rizki Hasanah
Mahasiswi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Oktober 2024 8:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maulida Rizki Hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/id-id/foto/tampilan-jarak-dekat-dari-makalah-331723/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/id-id/foto/tampilan-jarak-dekat-dari-makalah-331723/
ADVERTISEMENT
Era informasi digital modern telah membawa perubahan mendasar dalam konsep pengetahuan. Para filsuf dan ilmuwan telah lama tidak sepakat tentang apakah pengetahuan harus eksplisit-yaitu, dapat diekspresikan secara vokal dan eksplisit. "Anda tidak dapat mengetahui sesuatu kecuali Anda dapat menyatakan apa itu," sebagian besar dari mereka berpendapat. Artinya, informasi dianggap sah jika dapat diekspresikan dengan cara yang dapat dimengerti. Namun, apakah hal ini masih benar, mengingat kecepatan perkembangan teknologi dan meningkatnya pengakuan terhadap pengetahuan implisit dan intuitif?
ADVERTISEMENT
Pengetahuan sejati, dalam pandangan Plato, harus dapat dijelaskan. Dia menyatakan bahwa "keyakinan benar yang dapat dibenarkan" adalah apa itu pengetahuan. Pengetahuan kita tidak lebih dari sekadar keyakinan atau asumsi jika kita tidak dapat mengungkapkannya. Sudut pandang ini konsisten dengan mazhab pemikiran rasionalis, yang menyatakan bahwa pengetahuan berasal dari logika dan alasan yang eksplisit.
Namun di zaman modern ini, perspektif ini semakin banyak mendapat sorotan. Sudut pandang yang berbeda diberikan oleh filsuf ilmiah Michael Polanyi dan konsepnya tentang pengetahuan diam-diam. Pernyataan "kita dapat mengetahui lebih banyak daripada yang dapat kita katakan" berasal dari Polanyi. Ini adalah pengetahuan yang kita ketahui secara intuitif namun sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, seperti keterampilan motorik atau naluri pengambilan keputusan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks realitas digital, di mana pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan (AI) mulai menggunakan pengetahuan implisit dalam pengambilan keputusan, argumen ini menjadi semakin rumit. Sebagai contoh, meskipun temuan yang dihasilkan oleh algoritme AI cukup akurat, manusia sering kali kesulitan untuk menjelaskan penggunaan algoritme tersebut ketika memprediksi tren pasar atau menganalisis pola perilaku. Hal ini menimbulkan pertanyaan tambahan: Apakah pengetahuan hanya terbatas pada apa yang dapat diungkapkan dengan kata-kata?
Kerangka kerja Cynefin, yang dikembangkan oleh pakar teori kompleksitas David Snowden, memisahkan informasi ke dalam beberapa domain, beberapa di antaranya membutuhkan pengetahuan implisit. Dalam hal ini, Snowden berpendapat bahwa ada beberapa keadaan di mana pemahaman naluriah atau intuitif diperlukan dan pengetahuan eksplisit tidak cukup. Dalam pernyataannya, "Pengetahuan eksplisit dinilai terlalu tinggi," Snowden mengingatkan kita bahwa tidak semua pengetahuan dapat atau harus dijelaskan secara metodis.
ADVERTISEMENT
Dalam lingkungan profesional, pengetahuan implisit sangat penting, terutama dalam industri seperti olahraga, seni, dan desain. Meskipun seorang atlet, misalnya, mungkin tidak dapat menjelaskan secara rinci bagaimana mereka melakukan gerakan yang sempurna selama pertandingan, kemampuan mereka tetap diakui sebagai pengetahuan yang asli. Sama halnya dengan seorang seniman yang menggunakan intuisi untuk menghasilkan karya seni yang kreatif.
Namun, apakah ini berarti bahwa pengetahuan eksplisit tidak lagi penting? Tentu saja tidak. Kapasitas untuk mengekspresikan informasi secara langsung masih merupakan komponen fundamental dalam penelitian dan pendidikan. Sebagai contoh, metode ilmiah bergantung pada kemampuan untuk menjelaskan prosedur dan hasil secara rasional dan metodis. Kemampuan inilah yang membuat ilmu pengetahuan terus bergerak maju.
Pengetahuan tidak selalu harus eksplisit; baik pengetahuan eksplisit maupun implisit memiliki tempat di dunia yang semakin kompleks ini. Untuk dapat melakukan tugas-tugas baru di berbagai sektor, kita perlu menjaga keseimbangan di antara keduanya. Akan lebih baik jika kita mempertimbangkan bagaimana kita dapat menggabungkan berbagai jenis informasi untuk mengembangkan gambaran yang lebih komprehensif tentang dunia di sekitar kita, daripada apakah pengetahuan harus eksplisit.
ADVERTISEMENT
Polanyi yang pernah mengamati, "Bentuk-bentuk pengetahuan yang paling penting adalah yang tak terkatakan." Inilah keindahan dan kompleksitas dalam memahami gagasan pengetahuan di masa kini.