Seorang Nenek Berjuang Menghidupi Diri dan Anaknya yang Keterbatasan Mental

Maulidya Nabila
Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Konten dari Pengguna
14 November 2022 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maulidya Nabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Mbah Tri di depan rumah saat pagi hari, Senin (14/11/2022)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Mbah Tri di depan rumah saat pagi hari, Senin (14/11/2022)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di Dusun Bayaran Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Terdapat seorang nenek yang berjuang menghidupi dirinya sendiri dan anaknya yang memiliki keterbatasan mental.
ADVERTISEMENT
Nenek ini dikenal dengan nama Mbah Tri oleh warga sekitar, dan anaknya yang memiliki keterbatasan mental bernama Koman.
“Dulu Koman keadaannya tidak seperti itu, namun saat berusia 18 tahun mengalami putus cinta sehingga membuat keadaan mentalnya menjadi tidak stabil, sering terlihat seperti orang linglung dan kehilangan arah” ujar Mbah Tri, Ibu dari Koman, Senin (14/11).
Koman awalnya sempat mendapatkan pengobatan selama kurang lebih satu tahun lamanya, namun karena kondisi ekonomi yang tidak stabil pengobatan Koman tidak berlanjut.
Selain Koman yang memiliki keterbatasan mental, Mbah Tri juga memiliki anak laki-laki lain bernama Muji yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Muji tidak memiliki keterbatasan mental seperti adiknya, dan sekarang sudah berkeluarga dan memiliki 4 orang anak, sehingga membuat Muji tidak tinggal satu rumah lagi bersama ibunya.
ADVERTISEMENT
Namun, sesekali Muji akan menjenguk ibunya, tetapi dengan kondisi Muji yang sudah berkeluarga Muji tidak dapat membantu banyak dalam hal mencukupi kebutuhan hidup ibu dan adiknya.
Sehingga membuat Mbah Tri harus tetap bekerja, pekerjaan Mbah Tri sehari-hari adalah mencari kayu untuk membuat arang, kemudian dijual agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun sebenarnya tidak mencukupi hal tersebut.
Selain mencari kayu Mbah Tri memiliki pekerjaan lain yaitu menjadi buruh tani di sawah milik orang lain, namun pekerjaan menjadi buruh tani tidak memiliki waktu yang pasti, sehingga membuat Mbah Tri harus tetap mencari kayu untuk membuat arang lalu dijual.
Dengan keadaan Mbah Tri yang seperti itu, warga sekitar tergerak dan membantu Mbah Tri dengan sesekali memberi bantuan berupa makanan pokok seperti beras, sayuran, atau bahkan makanan yang telah matang.
ADVERTISEMENT
Sebab Mbah Tri merupakan orang yang dermawan walaupun beliau sendiri kekurangan, jika memiliki makanan lebih beliau tidak akan segan untuk berbagi kepada tetangga sekitar rumah beliau.
Perjuangan Hidup Seorang Mbah Tri yang sudah tidak lagi muda memberikan kita pelajaran hidup, bahwa usia dan dianugerahi anak dengan keterbatasan mental tidak dapat kita jadikan alasan untuk tidak terus melanjutkan perjalanan hidup yang masih panjang dan penuh makna.