Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Content Creator ET-Asia Makin Kompeten Sulap Konten di New Normal
8 April 2021 8:36 WIB
Tulisan dari Maulidza Oemar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sukses Bawa ET-Asia Sebagai Mitra Pelatihan Terkemuka se-Asia Tenggara
ADVERTISEMENT
Meski duka pandemi di Indonesia belum berakhir, bonus demografi yang tengah dialami negeri ini, dimana usia masyarakat produktif masih berkisar pada 70,72% dari total populasi, adalah situasi sukacita yang patut dirayakan. Pasalnya, di tahun 2045, bonus demografi ini diproyeksikan akan berakhir. Lantas, rasio populasi Indonesia perlahan namun pasti mulai melangkah pada periode ageing population, keadaan negara dimana angka penduduk usia lanjut meningkat cukup pesat dengan dependensi rasio 52,3%. Keadaan ini, tentu saja tidak hanya memberikan kesempatan berkarya bagi para millennial, generasi yang lahir pada periode 1981 hingga 1994, namun juga para Generasi Z, mereka yang lahir pada periode 1995 hingga 2010.
ADVERTISEMENT
Kesempatan berkarya bagi kaum Gen Z jelas terlihat dari berkumpulnya pekerja-pekerja muda di berbagai instansi, termasuk perusahaan swasta. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang berkarir atas dasar loyalitas dan tuntutan kebutuhan, millennial dan Gen Z memiliki kesamaan dalam mempertimbangkan karirnya, yaitu dengan mengukur adanya kebebasan berkreativitas, waktu kerja yang fleksibel, tim yang mendukung, serta pekerjaan yang memang mereka gemari atas dasar minat dan bakat.
Dari sederet profesi yang menarik perhatian Gen Z di beberapa tahun belakangan, menjadi content creator adalah salah satunya. Terlebih, dilansir dari laporan Desain Grafis Indonesia (DGI) berjudul Kemungkinan Sejarah Baru Desain Grafis di Normal Baru , konten dalam hal ini desain grafis, di era pandemi dituntutut untuk tidak memproduksi objek semata, tapi juga menyelesaikan pertanyaan maupun masalah yang lebih esensial. Salah satunya adalah dengan menerapkan nilai baru pada desain grafis yaitu dengan membangun praktik dan pemikiran desain yang cenderung mengutamakan empati sebelum kemudian menjadi sebuah gagasan.
ADVERTISEMENT
Tuntutan ini mebawa profesi content creator, khususnya para desainer grafis menjadi lebih serius dan jeli. Masih menurut DGI, dengan adanya kegiatan Work from Home (WFH) yang sudah dijalani warga Indonesia sejak pertengahan Maret 2020, berdampak positif pada basis pekerjaan digital yang alhasil semakin praktis. Hal ini semakin membawa euforia para desainer grafis muda untuk tetap berkarya meramu konten, termasuk mereka yang bekerja di perusahaan.
Tim content creator ET-Asia adalah salah satu contoh. Sebagai mitra pelatihan peningkatan kualitas sumber daya manusia se-Asia Tenggara yang kerap menyelenggarakan berbagai pelatihan dan pembinaan, baik untuk publik atau perusahaan, sejak awal pandemi, laju kerja tim ET-Asia mengalami peningkatan pesat. Tak bisa dielak, pemanfaatan webinar yang dilakukan oleh ET-Asia dalam penyelenggaraan pelatihannya, ternyata mengundang atensi yang lebih dari apa yang telah direncanakan. Tentu, tim content creator ET-Asia yang beranggotakan para millennial dan Gen Z menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan berbagai webinar yang diselenggarakan. Bagaiamana tidak, mulai dari merancang ide dan materi webinar, mengolah material promosi, hingga menyusun desain tampilan layar webinar menjadi kegiatan harian yang telah mereka lakukan hingga berhasil membawa ET-Asia sebagai mitra pelatihan terkemuka se-Asia Tenggara dengan sukses mengadakan puluhan webinar.
Melalui wawancara bersama tim content creator ET-Asia, Sadria Adi Putra, Meutia Suwandi, dan Zahrah Alvionita berbagi kisah singkat mengenai proses berkarya di ET-Asia sejak awal pandemi.
ADVERTISEMENT
Perihal kebutuhan diskusi dalam proses kerja, riset dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memaparkan, bahwa generasi muda terutama para Gen Z memiliki karakteristik gemar berinteraksi sehingga membentuk mereka mudah menerima keragaman dan perbedaan pandangan.
"Di dunia kerja kita nggak bisa jadi single fighter, pasti butuh tim. Tim yang kompak butuh trust yang tinggi. Untuk jadi kompak pun, harus punya tujuan yang sama dalam bekerja, komunikasi yang intensif, ditambah lagi saat WFH bikin kita terbatas untuk berkomunikasi. Jadi, pemanfaatan teknologi adalah jalan. Ketika diskusi bisa berjalan lancar seperti di ET-Asia, anggota tim juga harus selalu paham mengenai peran dan tanggung jawabnya. Dalam prosesnya, semua pencapaian harus diapresiasi," ujar Meutia, yang setiap hari memproduksi video untuk material promosi ET-Asia, ketika diajukan pertanyaan mengenai proses kerja tim.
ADVERTISEMENT
Dengan memahami perilaku millennial dan Gen Z, serta mendorong mereka agar menjadi roda penggerak ekonomi Indonesia, tentu akan membawa situsiasi bonus demografi ini pada kemakmuran.