Konten dari Pengguna

Menghidupkan Budaya: Peran Guru Sebagai Pemelihara Warisan Tradisional

Maulana Iman Jaya
Mahasiswa program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Pamulang.
27 Mei 2024 16:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maulana Iman Jaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar. Foto : Maulana iman Jaya
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar. Foto : Maulana iman Jaya
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam rutinitas modern yang membuat kita melupakan akar-akar budaya kita. Namun, ada pahlawan tak terlihat di tengah-tengah kita yang bekerja tanpa lelah untuk memastikan bahwa warisan budaya kita tetap hidup dan berkembang. Mereka adalah para guru, yang tidak hanya menjadi penerang pengetahuan tetapi juga penjaga kekayaan budaya kita. Guru-guru saat ini tidak hanya berkutat dengan buku pelajaran di kelas, tetapi juga membawa warna lokal ke dalam ruang belajar. Mereka menghadirkan kisah-kisah nenek moyang kita, mengajarkan tradisi-tradisi kuno, dan menghidupkan kembali seni-seni yang hampir terlupakan. Ini bukan sekadar pengajaran, tetapi sebuah upaya gigih untuk menguburkan akar lebih dalam dalam budaya kita yang kaya.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah yang diambil guru tidaklah sederhana. Mereka menciptakan ruang di mana anak-anak bisa merasakan kehangatan tradisi mereka sendiri. Melalui pembelajaran berbasis budaya, setiap pelajaran menjadi lebih hidup dan bermakna. Ketika siswa memahami bahwa pelajaran yang mereka terima di kelas memiliki hubungan yang kuat dengan cerita-cerita nenek moyang mereka, rasa ingin tahu dan kekaguman mereka pun mekar. Tidak hanya itu, guru juga menjadi pionir dalam menjaga keterampilan-keterampilan tradisional. Mereka mengajar anak-anak bagaimana menganyam, menari, atau bahkan bermain alat musik tradisional. Inilah cara yang indah untuk memastikan bahwa keterampilan-keterampilan berharga ini tidak hilang dalam arus modernisasi yang terus bergerak.
Tidak mengherankan bahwa guru-guru ini juga membangun komunitas yang kuat di sekitar mereka. Mereka tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga membentuk klub-klub seni dan budaya di sekolah atau di komunitas lokal. Kolaborasi ini menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka, menguatkan kembali semangat gotong royong yang merupakan inti dari budaya kita. Dalam era digital yang terus berkembang, guru tidak luput memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan pesan-pesan budaya. Dari cerita rakyat yang diunggah secara online hingga pertunjukan seni yang dibagikan di media sosial, mereka memastikan bahwa kekayaan budaya kita tetap dikenal oleh generasi yang semakin terhubung dengan dunia digital.
ADVERTISEMENT