Curhat Anonim di Twitter : Yuk, Jadi Pendengar yang Baik

Maulina Ratih
Mahasiswi Psikologi FK UNS
Konten dari Pengguna
8 Desember 2021 11:48 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maulina Ratih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah Anda pengguna twitter? Jika iya, pasti sudah tidak asing lagi dengan sebutan akun alter, autobase, dan menfess, bukan?
Ilustrasi Twitter. Foto: Shutterstock/kumparan
Twitter, salah satu media sosial populer di dunia, menurut Hootsuite berada di peringkat kelima platforms media sosial yang banyak digunakan di Indonesia pada tahun 2021. Media sosial twitter menawarkan layanan berkomunikasi, bertukar informasi, serta mikroblog daring yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim sekaligus membaca pesan berbasis teks hingga 280 karakter. Unggahan ini kemudian dikenal dengan istilah kicauan atau tweet. Dengan terbatasnya karakter yang dapat ditulis dalam sekali unggahan, maka informasi yang kita dapatkan bersifat singkat, padat, dan jelas. Selain itu, tentu kita akan lebih cermat menulis satu kicauan. Apabila kicauan topik tersebut dirasa kurang hanya dengan 280 karakter, maka kita dapat menambahkan kicauan hanya dengan menuliskan pada kolom komentar tweet sebelumnya. Langkah ini kerap disebut sebagai tweet berantai (thread).
ADVERTISEMENT
Akun Alter, Autobase, dan Menfess: Apa sih sebenarnya?
Bagi teman-teman yang menggunakan twitter sepertinya sudah tidak asing dengan ketiga istilah di atas. Dilansir dari diadona.id, sebenarnya kemunculan akun alter sudah lama terjadi sejak populernya facebook. Namun ternyata akhir-akhir ini akun alter lebih banyak bermunculan dalam twitter. Istilah alter diambil dari pengertian “alter ego”, yang berarti “aku yang lain” atau diri kedua. Ini berarti akun alter dalam twitter merupakan akun yang menggunakan identitas berbeda dari si pengguna.
Pengguna akun alter mencerminkan sisi personal lain dari yang telah dibangun dan dikenali di lingkungannya (Maulidhina, 2019). Selanjutnya, autobase yang kini sedang naik daun merupakan akun dimana pengguna twitter dapat mengirim pesan dengan sebutan menfess (mention confess). Bentuk dari menfess ini adalah pertanyaan maupun pernyataan informasi yang dikirim secara anonim (tanpa nama) melalui direct message pada profil akun autobase tersebut (Noza & Primayanti, 2019).
sumber : https://twitter.com/UNSfess_
Jika teman-teman mengetik kata “autobase” dalam kolom pencarian di twitter, pasti ada banyak referensi autobase di sana. Dilansir dari Sipahutar, dkk. (2020), terdapat autobase yang memiliki karakteristik layaknya fanpage, curahan hati, literasi, meme, musik, makanan, sampai dengan topik pendidikan. Bahkan saat ini juga banyak akun autobase universitas-universitas tertentu. Meskipun autobase memiliki karakteristik masing-masing, ternyata terdapat autobase yang menyelipkan menfess followersnya berupa curahan hati meskipun itu bukan karakteristik utama (Sipahutar, dkk., 2020).
ADVERTISEMENT
Maraknya akun autobase menandakan bahwa akun-akun ini semakin banyak digemari para pengguna twitter. Mereka akan dengan mudah menuangkan isi hati dan pikirannya dengan mengirimkan direct message ke autobase tersebut, kemudian dipublikasikan sebagai cuitan tanpa menyertakan identitas pengirimnya (anonim). Cuitan-cuitan tersebut akan secara otomatis muncul dalam linimasa pengguna twitter, utamanya para pengikut autobase tersebut. Pengirim menfess pun akan mendapatkan respons dari mereka yang berkomentar dalam menfess tersebut.
Lebih nyaman curhat dengan orang asing tanpa identitas yang jelas?
Jika kita analisis, kesimpulan yang kita dapat dari hal di atas adalah fenomena kenyamanan bercerita, menyampaikan keluh kesah, ataupun curahan hati di media sosial dengan anonim kini kian marak. Hal ini tentu berbeda dari apa yang dilakukan individu pada umumnya, yakni berkeluh kesah kepada orang terdekat. Banyak individu memandang bahwa terdapat banyak cara untuk melepaskan diri dari permasalahan yang dihadapi, seperti curhat dengan teman dekat atau keluarga (Maulina & Darmawan, 2019). Seperti dalam detikhealth, Psikolog bernama Henny Wirawan menyebutkan bahwa ada baiknya kita curhat kepada orang terdekat, seperti sahabat. Dengan berbagi suka dan duka kepada sahabat, maka individu akan menjadi lebih sehat mental.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana jika kita curhat di base dan mendapat respons dari orang yang tidak dikenal?
Ya, fenomena ini menimbulkan pro dan kontra. Menurut studi yang dilakukan oleh Sipahutar dkk. mengenai pengalaman komunikasi curhat anonim bagi followers @18autobase di twitter, ada dua macam kemungkinan respons yang didapat dari mengirim curahan hati ke akun autobase. Respons pertama adalah respons yang menimbulkan kontra dari fenomena ini.
Mengungkapkan isi hati di autobase yang khalayaknya ramai, maka tidak menutup kemungkinan si pengirim menjadi korban kejahatan melalui dunia virtual. Ternyata twitter kerap kali digunakan sebagai alat penyalur emosi yang salah. Dicontohkan, seseorang mengkritik kebijakan yang tidak disukainya namun ia malah menjadi korban perundungan pengguna twitter lainnya yang tidak setuju dengan pernyataan yang ia buat (Maulina & Darmawan, 2019). Khawatirnya, respons-respons negatif seperti inilah akan berdampak buruk bagi kesehatan mental orang yang bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Seperti dikatakan Tika (2019) dalam penelitian skripsinya yang berjudul “Hubungan antara Cyberbullying dengan Generalized Anxiety Disorder pada Remaja Pengguna Media Sosial”, di tahun 2017 terdapat seseorang bercerita bahwa ia pernah menjadi korban cyberbullying melalui twitter yang dilakukan oleh pengikut salah satu autobase. Ia dihujani komentar kejam, kasar, dan penghinaan hingga menyebabkannya didiagnosis gangguan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).
Terlepas dari hal negatif tersebut, jurnal berjudul “Pengalaman Komunikasi Curhat Anonim bagi Followers @18autobase di Twitter” milik Sipahutar, dkk. telah mengungkap banyak hal positif yang didapat dari mencurahkan hati melalui autobase. Para responden penelitiannya mayoritas mendapatkan respons yang dapat membantu mengatasi permasalahan pribadi yang dihadapi. Kemudian, melalui akun anonim inilah para responden merasa lebih bebas berekspresi ketika curhat tanpa memunculkan identitas. Pada akun-akun autobase, ditetapkan peraturan yang jelas, sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pengikutnya untuk bercerita. Hal ini akhirnya memicu mereka selalu memiliki keinginan untuk mencurahkan isi hatinya melalui autobase.
ADVERTISEMENT
Pengalaman ini lah menjadikan model, sehingga pengikut lain dari akun autobase yang mengamatinya akan melakukan imitasi. Imitasi dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi terhadap apa yang diimitasi (Apsari, dkk., 2017). Dalam hal ini, pengalaman menyenangkan tersebut kemudian menciptakan makna bagi pengguna-pengguna twitter lain bahwa mengekspresikan isi hati ataupun curhat di akun autobase akan melegakan perasaan emosi, mendapatkan solusi, memperoleh perspektif berkualitas, serta merasakan keleluasaan dalam mengekspresikan diri.
Sebenarnya, kenyamanan yang ditimbulkan dari anonimitas tersebut perlu untuk disoroti.
Mengapa begitu? Ya, anonimitas ternyata memiliki hubungan positif dan signifikan dengan deindividuasi. Ketika anonimitas tinggi, maka deindividuasi juga tinggi, begitu sebaliknya (Mukhoyyaroh, 2020). Anonimitas akan berpengaruh dalam terbentuknya deindividuasi pada individu yang memiliki pola dalam penggunaan media sosial. Menurut psikologi sosial, deindividuasi merupakan bentuk perilaku dimana identitas, tanggung jawab, dan perilaku individu secara umum terendam dalam grup. Deindividuasi bisa menyebabkan hilangnya kewaspadaan diri, ketidakmampuan mengevaluasi situasi ketika tidak dikenali, hilangnya batasan normal dalam berperilaku di kerumunan, serta menyebabkan self-awareness individu berkurang.
ADVERTISEMENT
Yuk, jadi pendengar yang baik! 😊
Sikap anonimitas seharusnya dapat menjadi cara bagi individu, utamanya para pengguna twitter untuk berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Berbagi cerita ataupun keluh kesah bukan menjadi masalah, kok. Jika dirasa cerita itu layak dibagikan di khalayak umum, it’s okay to share it. Terkadang banyak individu berkata, “orang terdekat lah yang justru akan menyakiti kita dengan komentarnya”, yang menjadikan individu tersebut trust issue dengan orang terdekatnya. Maka dari itu, mari kita mencoba renungi diri kita, apakah sikap kita kepada orang-orang terdekat sudah baik? Ataukah justru kita yang menyakiti ketika mereka butuh didengarkan? Break the stigma, mari jadi pendengar yang baik.
Referensi
Aklani, S. (2016). Pemanfaatan Social media Sebagai Media Promosi Mahasiswa PadaMatakuliah Kewirausahaan di Universitas Internasional Batam. Konferensi Nasional PKM Dan CSR Ke, 2.
ADVERTISEMENT
Andi Dwi Riyanto. (2021). Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2021. Andi.Link. https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2021/
Apsari, L., Mayangsari, M. D., & Erlyani, N. (2017). Pengaruh Perilaku Modeling Pada Tayangan Drama Korea Terhadap Citra Diri Remaja Penggemar Drama Korea. Jurnal Ecopsy, 3(3).
detikHealth. (2015). Kata Psikolog, Ini Manfaat Curhat ke Sahabat. DetikHealth. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2817977/kata-psikolog-ini-manfaat-curhat-ke-sahabat
Maulidhina, N. (2019). Konsep Diri Alter Ego Di Media Sosial (Studi Fenomenologi Konsep Diri Pengguna Akun Alter Ego Memposting Foto Seksi di Twitter dalam Menunjukkan Identitasnya yang Berbeda di Kota Bandung) (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
Maulina, G., & Darmawan, F. (2019). Peran Media Sosial Twitter dalam memenuhi Motif Mahasiswa. Prosiding Jurnalistik ISSN, 2460, 6529.
Mukhoyyaroh, T. (2020). Anonimitas dan Deindividuasi pada Remaja Pengguna Sosial Media. Jurnal Penelitian Psikologi, 11(1), 26-32.
ADVERTISEMENT
Noza, C., & Primayanti, A. (2019). Pemanfaatan Akun Twitter@ Womanfeeds Sebagai Media Informasi Dikalangan Followersnya. eProceedings of Management, 6(3).
Sipahutar, C. M., Poerana, A. F., & Nurkinan, N. (2020). PENGALAMAN KOMUNIKASI CURHAT ANONIM BAGI FOLLOWERS@ 18AUTOBASE DI TWITTER. JURNAL LENSA MUTIARA KOMUNIKASI, 4(2), 56-74.
Tika, F. (2019). HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN GENERALIZED ANXIETY DISORDER PADA REMAJA PENGGUNA MEDIA SOSIAL (Doctoral dissertation, Universitas Widya Dharma).
Yoyok. (2020). Fenomena Akun Alter di Media Sosial. diadona.id. https://www.diadona.id/d-stories/fenomena-akun-alter-di-media-sosial-200117a.html