Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kilas Balik Pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
3 Desember 2023 9:53 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Mawar Dwy Intan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih ingat gak sama lagu "Tanjung Perak" yang dinyanyiin sama Waljinah? Nah, lagu itu bukan cuma tentang nada-nada yang merdu, tapi juga jadi jendela nostalgia ke masa lalu Surabaya, nih. Yah Surabaya, kota yang dikenal sebagai pusat bisnis dan industri, ternyata punya sejarah maritim yang keren banget.
ADVERTISEMENT
Jadi, dulu kala, Surabaya tuh bukan cuma pusat perdagangan maritim, tapi juga kiblatnya nih! Mulai dari Jembatan Merah yang legendaris banget, sampe Pasar Krempyeng yang dulu jadi pelabuhan utama Surabaya. Gak nyangka ya, di balik keriuhan bisnis dan modernitasnya sekarang, Surabaya punya jejak sejarah yang epic.
Ceritanya dimulai dari tahun 1910, Pelabuhan Tanjung Perak dirancang buat jadi jawaban atas kebutuhan perdagangan yang makin rame di Hindia Belanda. Dengan proyek bertahap, termasuk perluasan pelabuhan, pengerukan sungai, sampe pembangunan dermaga, Tanjung Perak jadi megah banget.
Gak cuma itu, ternyata Surabaya sudah jadi pusat perdagangan maritim sejak abad ke-13, pas Majapahit dan Demak berkuasa. Sampe abad ke-19, pelabuhan Surabaya jadi rebutan antara Inggris dan Belanda. Belanda punya kebijakan pelabuhan bebas biar gak kalah sama Inggris, dan Tanjung Perak muncul sebagai jawabannya.
Tahun 1910, konstruksi Tanjung Perak dimulai beneran, deh. Dengan dibangun dermaga sejajar garis pantai, kolam pelabuhan yang luas, sampe pengadaan mesin penghisap lumpur semuanya direncanain cermat. Proyek ini dibuat dengan hati-hati dan dengan anggaran yang gak main-main, sekitar 14.000.000 Gulden atau sekitar Rp 102.313.939.000!
ADVERTISEMENT
Jangan salah, Terus di tahun 1912, fase kedua ada pembangunan tembok kanal, servis mesin pengeruk, dan bikin kantor pelabuhan. Lanjut ke fase tiga, mereka ngebikin gudang penyimpanan buat stok gula pasir dan garam. Di fase empat, ada pembangunan jalan dan jembatan krusial di sekitar pelabuhan.
Nah, fase kelima mereka bikin kanal lagi buat bikin area perdagangan di perairan dangkal. Fase keenam, mereka melebarkan Kalimas, dan fase ketujuh adalah bikin sistem air minum. Pada fase kedelapan, mereka sediain listrik buat tenaga dan penerangan. Fase kesembilan, mereka ngebikin tempat tinggal dan hotel.
Nah, Ada juga proyek-proyek lainnya termasuk bikin dermaga panjang buat kapal, alat bongkar muat kayak crane listrik dan floating drydocks, plus mengupgrade Kalimas dengan melebarkan sisi dan ngebangun tembok. Semua ini jadi fondasi kuat buat Pelabuhan Tanjung Perak jadi tempat yang modern dan lengkap buat ngatur lalu lintas kapal dan perdagangan. Keren banget deh!
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, Tanjung Perak jadi pelabuhan modern yang mendukung perdagangan, baik lokal maupun internasional. Gak cuma buat bisnis, tapi Surabaya juga dapat infrastruktur baru, gudang, industri, sampe rumah tinggal dan hotel. Pelabuhan ini bener-bener jadi tulang punggung ekonomi Surabaya.
Jadi, gak heran kalo sejarah Tanjung Perak ikut membentuk karakter unik Surabaya sebagai "Kota Pahlawan." Dengan langkah-langkah pembangunan yang diperhitungkan, Surabaya bukan cuma jadi pusat bisnis, tapi juga ngejaga warisan maritimnya dengan baik.
Nah, jangan lupa, guys, lestarikan sejarah ini. Biar kita semua bisa ngerasain aroma lautnya Tanjung Perak dan nyadar bahwa di balik gemerlap modernitas, Surabaya tetap jadi saksi bisu sejarah maritim yang epic!