Apakah Indonesia Akan Mengalami Resesi?

Mawar Safriani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
22 Oktober 2022 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mawar Safriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Indonesia terancam resesi Sumber : Canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia terancam resesi Sumber : Canva.com
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 memberikan banyak perubahan di seluruh dunia. Mulai dari kebiasaan, gaya hidup, dan yang paling besar adalah perubahan iklim ekonomi yang dirasakan di seluruh dunia. Hal ini dapat kita liat dari peningkatan jumlah pengangguran dan angka kemiskinan. Kemungkinan paling buruk dari perubahan iklim ekonomi adalah terjadinya resesi. Resesi ekonomi menjadi hantu yang paling menyeramkan bagi seluruh negara, termasuk di Indonesia. Kondisi ekonomi saat ini tidak baik-baik saja dan penuh dengan ketidakpastian. Jika dilihat dari perkembangan ekonomi global, komoditas energi yang melesat, sehingga inflasi melambung tinggi. Panas inflasi ini akan membuat bank sentral dunia memutuskan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena akan semakin sadar bahwa kita sangat dekat dengan jurang krisis, dan resesi menjadi muara dari krisis tersebut.
ADVERTISEMENT
Resesi terlihat sangat nyata, termasuk bagi Amerika Serikat (AS). CEO JP Morhan Chase, Jamie Dimon memberikan peringatan yang serius terhadap prediksi ekonomi yang akan dihadapi oleh Amerika Serikat yang diperkirakan akan mengalami resesi pada pertengahan tahun depan. Kondisi memang relatif baik-baik saja untuk saat ini, jika dibandingkan dengan krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008. Namun jika kita berbicara ekonomi, maka tidak ada yang pasti. Hal ini akan berubah dalam waktu yang sangat singkat. Selain pandemi, ada indikator lain terancam nya terjadi krisis, yaitu perang Rusia dan Ukraina. Ini menjadi semacam alarm bagi seluruh dunia untuk terus waspada.
Sama halnya dengan negara-negara lainnya, Indonesia juga termasuk negara yang akan ter papar resesi ekonomi. Hal ini diperingatkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hal ini sejalan dengan laporannya pada World Economic Outlook: Countering The Cost of Living Crisis yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF). IMF menilai bahwa situasi 2023 mendatang adalah gambaran pertumbuhan ter lemah jika dilihat dari tahun 2001, kecuali pada masa pandemi dan krisis keuangan global. Hal ini menyebabkan resesi dipastikan terjadi di Amerika Serikat serta Eropa. Selain Amerika Serikat dan Eropa, China pun juga tidak akan baik-baik saja. Bahkan dapat dikatakan sangat terpuruk. Ekonomi China sedang menurun bahkan diperkirakan mencapai titik ter gelap di tahun depan. Biasanya, pertumbuhan ekonomi China tumbuh double digit, namun kini diperkirakan hanya akan tumbuh single digit saja. Survei terbaru saat ini dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom memperlihatkan perekonomian China diperkirakan 3,2% di tahun 2022, hal ini jauh dari target pemerintah yaitu 5,5%.
ADVERTISEMENT
Ramalan gelapnya ekonomi yang akan terjadi di China, tentu hal ini membuat Indonesia harus waspada. Hal ini karena China adalah pangsa pasar ekonomi Indonesia. Jika China mengalami hal buruk dalam per putaran ekonomi walaupun sedikit, hal ini akan jelas Indonesia terkena dampaknya. Pasalnya, China berkontribusi terhadap ekspor-impor yang jumlah yang sangat besar dengan Indonesia. Bayangkan saja 33,8% impor kita dari China, dan tujuan ekspor ke China porsi nya 21,8%. Dari segi negara asal investasi, dalam masa periode 2016-2020 realisasi investasi China melompat dari 2,6 miliar USD menjadi 4,8 miliar USD (data BPS).
Indonesia yang menjadi bagian dari ekonomi global, tentunya akan ter dampak resesi. Hal ini terpengaruh melalui jalur ekspor, pelemahan harga komoditas, serta pelemahan nilai tukar. Kondisi ini akan melemahkan kondisi perekonomian domestik menjadi tidak pasti, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) akan melemah. Ekspor di Indonesia masih didominasi komoditas dengan kontribusi terbesar 50% selama ini, Indonesia memang sedang menikmati keuntungan dengan adanya kenaikan harga komoditas setelah terjadinya perang Rusia-Ukraina meledak. Namun seharusnya ini menjadi tanda-tanda akan adanya ujung dari “durian runtuh” yaitu komoditas andalan Indonesia akan habis.
ADVERTISEMENT
Pelemahan rupiah akan membebani perusahaan dan masyarakat karena barang modal dan barang impor makin mahal.Yang cukup mengerikan adalah efek balance sheet atau neraca bagi perusahaan. Perusahaan-perusahaan di dalam negeri dengan utang dalam dolar akan mengalami peningkatan beban karena utangnya menjadi mahal. Ketika beban utang mahal, porsi investasi akan turun.
Walaupun saat ini kondisi ekonomi Indonesia masih stabil dan sehat namun kita tidak boleh lengah, karena hal ini tidak dapat diprediksi dan akan terus menjadi mimpi buruk. Masyarakat diimbau untuk selalu siaga dengan menyiapkan dana darurat agar mampu menghadapi situasi ekonomi terburuk.