Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Alih Bahasa Sebagai Alih Teknologi Menuju Indonesia Emas 2045
19 September 2024 13:59 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Maximillian Kenas Tarmidi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anna Eleanor Roosevelt, mantan Ibu Negara Amerika Serikat, seorang tokoh politik, diplomat, dan aktivis pernah mengatakan: “Great minds discuss ideas, average minds discuss events, small minds discuss people.”
ADVERTISEMENT
Penulis ingin mengemukakan gagasan aplikatif solutif nan konkret untuk mencerdaskan bangsa Indonesia melalui artikel ini. Pengajaran (onderwijs) dan pendidikan merupakan senjata terkuat untuk mengubah dunia, seperti perkataan Nelson Mandela: “Education is the most powerful weapon to change the world.”
Meski masih menjadi perbincangan, faktanya menurut datum atau berdasarkan penggolongan Bank Dunia, Indonesia masih dikategorikan sebagai negara berkembang. Penghapusan Indonesia dari daftar negara-negara berkembang di World Trade Organization menurut penulis merupakan kepentingan politis.
Adapun menurut Sulani, ahli dan praktisi hukum: "Negara maju adalah negara di mana masyarakatnya berkeinginan untuk maju, memiliki pola pikir yang progresif, serta memiliki integritas. Sebagai contoh ekstrim, negara maju adalah negara yang anggotanya tidak melakukan pencurian."
ADVERTISEMENT
Secara esensial, pendidikan dan pengajaran merupakan alat untuk mengubah seseorang atau masyarakat ke arah yang lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas orang/orang-orang tersebut. Selanjutnya perihal bahasa, “Knowledge of languages is the doorway to wisdom.”- Roger Bacon. Pengetahuan akan berbagai bahasa akan sangat membantu meningkatkan kebijaksanaan seseorang dan masyarakat Indonesia jika dipelajari.
Swiss, negara maju di Eropa Barat yang disayangkannya tidak memiliki definisi tersendiri di KBBI VI merupakan negara yang patut untuk dicontoh. Mulai dari strategi bijaknya saat Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2 dengan bersikap netral hingga kepiawaiannya dalam mempelajari berbagai bahasa demi memajukan negaranya.
ADVERTISEMENT
Indonesia, negara yang berpotensi menjadi poros maritim dunia dan layak untuk disebut sebagai poros maritim dunia secara historis sudah seyogianya mengikuti jejak Swiss menjadi negara maju dengan rendah hati mempelajari berbagai bahasa.
Dalam menulis esai ini, penulis melakukan penelitian dengan berbagai pendekatan: pendekatan konseptual, pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan empiris. Pendekatan konseptual menitikberatkan pada gagasan, interpretasi, serta pandangan penulis sedangkan pendekatan historis berusaha untuk melihat dunia secara holistik, koheren, dan sistematik. Pendekatan komparatif, memberikan perbandingan keadaan antara suatu negara dan negara lainnya. Terakhir, pendekatan empiris, menekankan pada pemaparan kondisi riil yang ada.
Pembahasan
Dunia berkembang dengan pesat dan globalisasi telah semakin menghapus batas-batas antar negara. Perkembangan teknologi negara-negara maju yang cepat telah menarik negara-negara berkembang untuk ‘mengadopsi’ teknologi-teknologi tersebut. Namun, terdapat hambatan utama dalam proses mempelajari berbagai ilmu pengetahuan tersebut, yakni bahasa.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, alur untuk memperoleh ilmu pengetahuan di luar negeri adalah mempelajari bahasa yang digunakan pada negara tersebut, menguasainya, bekerja di sana kemudian pulang ke Indonesia dan mengaplikasikannya atau dengan mengizinkan negara lain untuk membangun pabrik di Indonesia, tetapi hal ini biasanya juga membutuhkan penerjemah atau kemampuan bahasa negara yang membangun pabrik di Indonesia.
Penulis di sini telah menemukan suatu metode baru untuk memajukan Indonesia dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, yaitu dengan alih teknologi melalui alih bahasa. Pandangan ini sebenarnya mungkin telah lama dipikirkan orang-orang dan sering dipraktikkan, tetapi mungkin tanpa disadari dan belum dibentuk menjadi suatu ide yang konkret agar mudah untuk diikuti dan diaplikasikan oleh masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam Genesis 11:1-9 dijelaskan secara historis pada esensinya: The Babylonians’ attempt to build a tower that reaches the heavens to make a name for themselves. God interrupts their work by confusing their language so they can no longer understand each other, and the city is never finished. The story is thought to be an attempt to explain the existence of different human languages.
Alasan penulis menggunakan Alkitab sebagai referensi sejarah sebab merupakan kitab suci yang kesahihannya sulit untuk diragukan dan menurut The Institute for Creation Research: “The Bible has been proven geographically and re-proven historically accurate, in the most exacting detail, by external evidence.” Penulis bukan bermaksud menyinggung SARA, melainkan melihat dari prespektif ilmu sejarah dan pendekatan secara saintifik.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan pentingnya untuk mempelajari berbagai bahasa baik secara mandiri melalui pendidikan atau pengajaran (ondewijs) yang dapat dilihat dari kutipan seorang ilmuwan, fisikawan, dan filsuf mazhab naturalis, Sir Isaac Newton: “We build to many walls and not enough bridges.”
Di mana menurut interpretasi penulis berdasarkan hasil analisis didukung pengetahuan sejarah penulis tentang sejarah bahasa-bahasa di dunia di mana seperti di India misalnya di mana kaum Brahmana membuat bahasa mereka sendiri. Umat manusia telah berusaha untuk berkomunikasi antar bangsa menggunakan lingua franca yang terkenal yaitu bahasa Inggris.
Menurut Simon & Simon: “English global reach has occurred because of a number of factors, including British colonial history, the rise of the United States as a global superpower, and the fast spread of technologies and literature from the first Industrial Revolution ahead.” Bahasa Inggris intinya dapat menjadi lingua franca salah satu sebabnya adalah negara Inggris sangat maju pada saat zaman revolusi industri yang membuat banyak bangsa lain tertarik untuk mempelajari bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Informasi ini dapat digunakan jika ada dari pembaca budiman yang ingin agar bahasa Indonesia nantinya digunakan sebagai lingua franca oleh dunia juga. Baik cita-cita Indonesia Emas 2045, Indonesia maju, dan bahasa Indonesia sebagai lingua franca dunia niscaya terwujudkan jika gagasan penulis ini dijalankan.
Mempelajari dan mengakuisisi banyak bahasa membuka wawasan seseorang atau masyarakat suatu bangsa menjadi lebih maju. Selain dapat berkomunikasi dengan bangsa lain di mana menurut penulis bahasa adalah nyawa suatu bangsa, mereka yang memiliki kemampuan banyak bahasa akan mampu bersikap lebih objektif dan mampu untuk mengakses informasi dan pengetahuan-pengetahuan baru di internet seperti melalui jurnal-jurnal internasional berbahasa asing, berita, artikel, blog, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Kemampuan berbahasa asing yang fasih dapat mendayagunakan dan meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Hal ini disebabkan mereka yang telah menguasai bahasa asing baru akan membuka pintu baru menuju pencerahan pengetahuan.
Melihat kembali ke belakang, yakni sejarah zaman-zaman keemasan bangsa lain di dunia, semunya memiliki ciri khas yang sama, yaitu negara atau masyarakat yang dipenuhi oleh kaum intelektual di mana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Keadaan ini pasti terwujud di Indonesia jika transfer teknologi dilakukan melalui media bahasa asing ke bahasa Indonesia.
Hukum pada dasarnya adalah tentang bahasa. Semakin banyak kosakata berbagai bahasa yang mampu diserap dan didayagunakan seseorang atau masyarakat khususnya masyarakat Indonesia maka semakin tinggi kecerdasan seseorang atau masyarakat tersebut. Kecerdasan yang tinggi adalah salah satu ciri negara maju dan pendorong suatu bangsa menuju zaman keemasan sebab semakin tinggi kecerdasan suatu bangsa, semakin efisien bangsa tersebut dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
ADVERTISEMENT
Menurut Olessia Jouravlev, dkk., seorang poliglot dapat menggunakan otaknya secara lebih efisien dibanding mereka yang monolingual atau bilingual. Sesuai falsafah salah satu bapak pendiri bangsa Indonesia, Dr. (H.C.) Ir. Sukarno, yakni berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri, pendidikan, terutama pendidikan berbagai bahasa asing sangat ideal dalam mendukung falsafah tersebut.
Sebab Malcom X pernah berkata: “Education is the passport for the future, for tomorrow belongs to those who prepare for it today.” Dengan dilengkapi pendidikan yang baik, khususnya pendidikan dan pengetahuan akan berbagai bahasa, bangsa Indonesia tentunya akan dapat bukan hanya survive, melainkan striving di masyarakat global di era globalisasi ini.
ADVERTISEMENT
Kemampuan berbagai bahasa asing meningkatkan nilai jual dan daya saing bangsa Indonesia di kancah internasional. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 amendemen ketiga yang merupakan grundnorm untuk masyarakat dan penduduk Indonesia berisi: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”
Selanjutnya, Indonesia merupakan negara demokratis menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, hal ini juga wajib untuk ditaati jika ingin menjalin hubungan baik dengan negara-negara lain. Ubi societas ibi ius, di mana ada masyarakat di sana ada hukum.
Article 29 number 2 of the Universal Declaration of Human Rights stated: “In the exercise of his rights and freedoms, everyone shall be subject only to such limitations as are determined by law solely for the purpose of securing due recognition and respect for the rights and freedoms of others and of meeting the just requirements of morality, public order and the general welfare in a democratic society.”[1]
ADVERTISEMENT
Dalam negara demokrasi, kebebasan pendapat dijamin oleh undang-undang, penulis berpandangan bahwa hal ini berdampak baik bagi perkembangan intelektual suatu bangsa jika diiringi dengan pendidikan yang baik. Negara tentunya dapat maju dengan sistem demokrasi jika ceteris paribus.
Penutup
Indonesia merupakan negara yang berpotensi untuk menjadi negara adidaya dan negara yang mencapai zaman keemasan jika diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan berbagai bahasa asing pada setiap Warga Negara Indonesia.
Mewujudkan Indonesia Emas 2045 memang bukan hal yang mudah, melainkan tidak mustahil dan sangat mungkin untuk direalisasikan. Dengan prinsip ora et studet, berdoa dan belajar sesuai dengan nilai sila pertama pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, Indonesia niscaya mampu untuk memanifestasikan Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT
[1] United Nations (1948) Universal Declaration of Human Rights. Tersedia di: https://www.un.org/en/about-us/universal-declaration-of-human-rights (diakses 14 Agustus 2024).
Daftar Pustaka
Peraturan Perundang-undangan
Universal Declaration of Human Rights.
International Covenant on Civil and Political Rights
Convention