Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Ketimpangan yang Dialami Perempuan Afrika Selatan
5 Juli 2022 20:15 WIB
Tulisan dari Maydina Nuril tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Gambar diambil dari Pixabay](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01g6x57gyfxas87kp6vmyybhwh.jpg)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh World Bank, Afrika Selatan disebut sebagai negara yang paling tidak setara di dunia dalam artian ketimpangan yang dimiliki oleh Afrika Selatan adalah yang paling buruk. Di antara deretan 164 negara yang ada, Afrika Selatan berada di urutan pertama dalam Data Kemiskinan Global World Bank. Hal ini juga turut dipengaruhi dari cara masyarakat yang ada di sana dalam berinteraksi. Sebagai negara yang bekas-bekas politik Apartheid-nya masih terasa, kehidupan di sana masih dikendalikan secara tidak langsung oleh ras. Kesenjangan sosial antara warga berkulit putih dengan warga berkulit hitam juga masih besar. Masih belum menghitung terkesampingnya para suku bangsa asli yang ada, permasalahan mengenai kesenjangan ini masih menjadi sebuah isu yang belum bisa diatasi oleh pemerintah setempat.
ADVERTISEMENT
Namun, dibandingkan dengan ketimpangan yang terjadi secara general di antara dua pihak (kulit hitam dan kulit putih), ketimpangan ini memberikan dampak yang jauh lebih negatif kepada kaum perempuan yang bertempat tinggal di sana. Secara umum, kesetaraan gender yang ada di kawasan Afrika Selatan masih belum bisa dilaksanakan dengan maksimal.
Perempuan di Afrika Selatan masih mendapat gaji dengan jumlah 38 persen lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki walaupun mereka memiliki pendidikan dan beberapa karakteristik yang sama. Namun, ketimpangan gaji itu menjadi lebih buruk lagi ketika persoalan gender digabungkan dengan permasalahan ras. Persentase yang sebelumnya 38 persen, apabila ras juga turut dilibatkan ke dalam analisis, maka angka tersebut menjadi lebih besar yaitu sebesar 41 persen. Sehingga, bisa dilihat di sini pula bahwa ras juga turut menjadi tantangan tersendiri bagi kaum perempuan untuk mendapatkan jumlah gaji yang adil.
ADVERTISEMENT
Kesetaraan gender pada dasarnya adalah sebuah hal yang sangat mendasar di dalam hak asasi manusia. Namun, keadaan di Afrika Selatan pada saat ini masih jauh dari kata “setara”. Di dalam laman milik UNICEF mengenai ketidaksetaraan gender di kawasan Afrika, juga turut membahas bahwa perempuan mengalami ketidaksetaraan di dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka dipasrahkan sebagai pengurus di dalam rumah tangga dan memiliki kesempatan yang lebih kecil daripada laki-laki untuk dipekerjakan. Sekalipun mereka bekerja, pendapatan yang mereka hasilkan jauh lebih kecil angkanya dibanding kaum laki-laki. Selain itu, kaum perempuan jarang sekali diangkat ke dalam kursi pemerintahan. Serta, seringkali perempuan juga mengalami level kekerasan yang sangat tinggi.
Ketimpangan yang terjadi di Afrika Selatan tidak hanya berdampak terhadap perempuan di ruang lingkup kerja korporasi atau pemerintahan, tetapi juga berdampak terhadap perempuan di bidang kesehatan. Secara umum, Afrika memiliki jumlah pekerja kesehatan perempuan dengan tingkat paling rendah di dunia. Hal ini disebabkan akibat kurangnya akses pendidikan bagi mereka karena keterbatasan biaya, norma gender, pernikahan dini, hingga kekerasan yang dialami mereka di lingkungan sekolah. Selain itu, kekerasan terhadap perempuan yang bekerja di ruang lingkup kesehatan memiliki angka yang cukup tinggi. Bahkan, gaji yang didapatkan bagi pekerja medis perempuan masih lebih kecil dibandingkan pekerja laki-laki.
ADVERTISEMENT
Tak hanya permasalahan pekerja medis saya yang terdampak dari adanya ketimpangan ini, tetapi juga para wanita yang berkeinginan untuk mendapat pelayanan kesehatan. Akses perempuan terhadap layanan kesehatan masih terbatas dan tidak mencapai angka melebihi 50 persen di Afrika. Sayangnya, karena hal ini masih banyak terdapat kasus kematian ibu yang terkait dengan kehamilan. Padahal apabila layanan kesehatan itu bisa menjangkau keseluruhan masyarakat, persentase yang ada akan ikut mengecil.
Masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah dan masyarakat yang ada di Afrika Selatan. Dengan menyandang predikat sebagai “the most unequal country in the world”, salah satu isu yang berdampak terhadap julukan itu adalah adanya ketimpangan yang cukup jauh antargender di sana. Sehingga, ada baiknya apabila kesetaraan yang ada kian ditingkatkan. Dengan begitu, masa depan Afrika Selatan akan menjadi lebih baik bagi generasi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Klouche, Nihel. (2021). Gender Inequality In African Healthcare Workers: 5 facts you need to know. teamscope. https://www.teamscopeapp.com/blog/gender-inequality-in-african-healthcare-workers-5-facts-you-need-to-know
UNICEF. (n.d.). Gender Equality. https://www.unicef.org/esa/gender-equality
World Bank. (2022). Inequality in Southern Africa : An Assessment of the Southern African Customs Union. Diambil dari https://documents.worldbank.org/en/publication/documents-reports/documentdetail/099125303072236903/p1649270c02a1f06b0a3ae02e57eadd7a82