Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Overthinking, Bukan Masalah Kejiwaan tapi Lebih dari Berpikiran yang Berlebihan
9 Februari 2023 6:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Mayritza Aurel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kata overthinking berlalu-lalang baik di media sosial maupun di telinga. Namun, tahukah kalian akan berkembang seperti apa overthinking itu?
ADVERTISEMENT
Pada masa kini, sama sekali tidak asing jika telinga ini mendengar dan mata ini membaca tentang overthinking. Overthinking menjadi hal yang tidak luput dan justru berkembang pada hampir setiap orang di masyarakat pada masa kini. Bahkan, kata overthinking sendiri bisa disebut berkali-kali dalam percakapan sehari-hari.
Overthinking diambil dari bahasa inggris, kata over artinya berlebihan, think berarti berpikir. Kemudian kedua kata tersebut menjadi satu yang dapat diartikan sebagai berpikir berlebihan.
Namun, warga Indonesia tetap menyebutnya overthinking dikarenakan penyebutannya yang lebih singkat.
Overthinking lebih dari sekadar kepikiran. Overthinking bisa ditandai melalui hal-hal seperti resah yang berpindah-pindah dari satu topik ke satu topik lain, selalu memikirkan skenario terburuk, sulit berkonsentrasi dan selalu gelisah, mencari kepastian berulang kali dari orang lain, serta menghabiskan waktu memikirkan makna tersembunyi di balik perkataan orang atau peristiwa yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Namun perlu diketahui bahwa overthinking tidak tercatat sebagai penyakit kejiwaan .
Sikap overthinking tertanam pada setiap pribadi manusia, namun bahaya tidaknya tergantung pada bagaimana pribadi tersebut bisa mengendalikannya dan mengalihkannya.
Overthinking yang berlebihan akan mendatangkan stress berkepanjangan ketika orang yang berpikir jauh justru hanya bisa meratapi. Ketika orang-orang yang overthinking menghabiskan waktunya dengan berpikir berlebihan, mereka tidak bisa fokus dalam menjalankan atau mengerjakan sesuatu.
Overthinking juga kerap disebut paralysys analysys, di mana orang tersebut terus menerus memikirkan suatu permasalahan tanpa menemukan solusi atau buntu (Fakhir, 2019).
Overthinking juga menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang mudah terpancing. Kecuali, overthinking dipakai sebagai rem agar apa yang pernah terjadi bisa dicegah dan dijadikan pelajaran.
ADVERTISEMENT
Overthinking bisa disebabkan oleh beberapa hal, yakni kejadian traumatis yang pernah dialami, tidak terwujudnya harapan, serta pribadi yang selalu mengarah negatif.
Orang-orang yang terlalu sering overthinking lama-kelamaan akan sulit menikmati hidup, jika mereka tidak pernah lepas dari pikiran terlalu jauh yang mengarah ke hal negatif. Diri yang terlalu sering berpikir berlebihan tanpa mencari solusi akan merasa terkekang dan terbatas.
Selain menyebabkan sulit tidur, overthinking juga menyebabkan seseorang kelelahan secara batin. Otak mereka terus bekerja dan tidak pernah dibuat rileks karena terus-terusan berpikir.
Dalam hubungan sosial, seseorang yang overthinking akan seseorang selalu merasa curiga dan tidak percaya diri karena ketakutan.
Tidak perlu khawatir, overthinking bisa diatasi dengan cara-cara berikut:
ADVERTISEMENT
Kembali lagi ke awal, overthinking tertanam pada setiap pribadi manusia dan bahaya tidaknya tergantung seberapa sering mereka berpikir negatif yang berlebihan dan bagaimana cara mengendalikannya.
Ketika pikiran negatif sudah berlebih maka akan berpengaruh pada bagaimana seseorang berperilaku. Ada baiknya jika berpikir berlebihan yang dialihkan menjadi pengendali bagaimana seseorang akan bertindak ke depannya agar lebih berhati-hati, bukannya membatasi.
ADVERTISEMENT
Dengan berpikir lebih positif, hari-hari akan dijalani dengan lebih santai karena tidak menduga-duga sesuatu yang belum terjadi.