Konten dari Pengguna

Menelusuri Dunia Twitter

Maysali Sudarwati
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
21 Januari 2022 14:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maysali Sudarwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi media sosial Twitter. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial Twitter. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Selama berjalan-jalan di Twitter, Saya bertemu dengan banyak stranger dengan berbagai macam profil yang ternyata mewakili identitas dari kelompoknya. Jadi, beberapa pengguna Twitter mengelompokkan diri mereka ke dalam kelompok tertentu dan membuat sebuah ciri khusus. Mayoritas, kelompok akun terbagi menjadi 4 macam akun yaitu Cyber Account (CA), Fan Account (FA), Roleplayer Account (RPA), dan Personal Account (PA). Namun, belakangan ini muncul beberapa kelompok baru yang mengidentifikasikan akun mereka sebagai rant account, akun ambisius, akun bisnis, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya jenis-jenis akun ini, para pengguna akun Twitter akan mendeklarasikan diri mereka, bagian manakah mereka. Ternyata cara mereka mendeklarasikannya dilakukan dengan cara produksi dan konsumsi konten tertentu. Seperti pada fan account, akun mereka didominasi dengan hal yang berbau mengenai idolanya, seperti halnya “ #anitwt: bucinnya Mikey” tak lupa dengan huruf Jepangnya dan cuitan seputar anime. Apabila akun tersebut merupakan fan account artis korea maka akun tersebut akan didominasi oleh foto artis dan cuitan mengenai idola mereka.
Konsumsi dan produksi yang dilakukan oleh para pengguna menjadi sebuah gaya hidup mereka, terutama gaya hidup di dunia maya. Gaya hidup yang dilakukan oleh mereka akan menciptakan identitas dan semakin memperkuat identitas mereka. Namun ternyata cara mereka mempertahankan identitas tidak hanya sebatas melakukan kegiatan produksi dan konsumsi konten, tetapi juga dengan melakukan seleksi terhadap calon teman-temannya. Hanya orang-orang tertentulah yang dapat menembus tembok batas pertemanan, yaitu kelompoknya sendiri. Contohnya jika pada fan account anime, maka hanya para penggemar anime yang akan menjadi teman di akun tersebut. Dengan kata lain, pecinta anime membatasi siapa yang akan menjadi teman dan siapa yang akan menjadi penikmat konten mereka.
ADVERTISEMENT
Cara memberikan batasan tersebut dilakukan untuk memperkuat identitas yang telah mereka ciptakan dan untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kuasa atas akun mereka. Selain itu mereka akan menjadi perwakilan dari suatu kelompok. Menariknya, perilaku seperti yang disebutkan tidak hanya terjadi di fan account, tetapi juga terjadi pada tipe akun lainnya.
Selanjutnya, pada tipe akun bisnis (business account atau BA), selain identitas yang dibangun adalah sebagai seorang penjual atau pembeli, beberapa pengguna tipe akun bisnis akan membentuk identitas kelas sosial borjuis dan proletar. Hal tersebut sering terjadi pada akun yang "berjualan huruf" alias berjualan username (nama pengguna). Jika nama pengguna yang mereka gunakan jarang ditemukan, maka pengguna tersebut akan memiliki nama pengguna yang mahal. Apalagi jika nama pengguna itu terdiri dari 4 huruf atau kurang, hanya berupa angka, atau berdasarkan nama artis dengan popularitas tinggi, maka harga nama pengguna akan semakin mahal. Dengan alasan tersebut, nama pengguna mahal akan mencirikan identitas orang-orang mampu atau yang disebut borjuis. Seperti pada stereotip gaya hidup pengguna Apple, pengguna dengan nama pengguna mahal menjaga gaya hidup tersebut agar tetap menjadi bagian dari kelas borjuis.
ADVERTISEMENT
Pertemuan dengan orang asing di Twitter tidak berakhir hanya sampai titik itu, berlanjut bertemu dengan tipe cyber account. Tipe akun cyber account sangat beragam bahasannya. Mereka tidak hanya fokus dalam satu topik, melainkan beragam topik. Dalam mempertahankan identitasnya sebagai akun “suka-suka”, pengguna membagi perhatian konsumsi dan produksi pada berbagai topik secara sama rata tanpa adanya dominasi dari topik tertentu. Selain dikenal sebagai akun "suka-suka", cyber account juga dikenal sebagai akun "sambat", karena akun tersebut berisi keluhan penggunanya.
Untuk mengenali akun tersebut, dapat dengan melihat pada bio yang terpampang di profil akunnya, atau bahkan hanya dengan melihat foto yang dipasangnya. Foto yang biasa dipasang oleh pengguna biasanya berupa meme, foto pemandangan, foto artis, atau foto apa pun. Tetapi mereka enggan untuk menggunakan foto diri mereka sendiri. Tidak lupa pengguna mengedit atau mempercantik foto-foto tersebut sebelum diunggah di akunnya, sehingga menimbulkan ciri khusus pada akunnya.
ADVERTISEMENT
Identitas yang dibangun oleh pengguna biasanya merujuk pada lingkup gender. Mereka akan membangun identitas gender, apakah mereka maskulin, feminin, atau tidak ingin disebutkan. Identitas ini dapat dibangun melalui ketikan mereka. Ketika mereka menggunakan ketikan yang mendekati kaidah PUEBI, maka mereka akan merepresentasikan bagian dari kelompok maskulin. Ketikan yang dimaksud tadi juga biasa disebut dengan "typing ganteng".
Perilaku-perilaku yang dilakukan oleh para pengguna Twitter di atas merupakan salah satu bentuk distingsi. Haryatmoko dalam bukunya yang berjudul Membongkar Rezim Kepastian: Pemikiran Post-Strukturalis menjelaskan penjelasan dari Pierre Bourdieu bahwa distingsi merupakan tindakan membedakan diri dari suatu kelompok yang kemudian akan memperkuat kuasa atau identitas dari diri tersebut. Dalam membedakannya dapat dilakukan melalui makanan, budaya, dan penampilan, sesuai dengan fenomena pada akun akun yang telah disampaikan tadi.
ADVERTISEMENT