Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dokter tidak mengerti dengan apa yang dialami Nova. Kandungannya tiba-tiba raib seperti ada yang mengambil jabang bayi dalam perutnya. Setiap malam Nova menangis, ia tidak bisa merelakan bayinya yang hilang. Rian sudah berusaha untuk menenangkannya, tapi Nova benar-benar sedih dan kadang malah melamun sendiri di jendela kamarnya.
ADVERTISEMENT
Soal pohon kemenyan di depan rumah Rian, ia sudah mencoba untuk menebang pohon tersebut, tapi batang pohon itu sangat keras seperti batang besi yang tidak bisa dirobohkan. Berbagai cara sudah Rian lakukan untuk menebang pohon tersebut, tapi semuanya sia-sia. Rian yakin ini bukan pohon sembarangan.
Seperti yang pernah ia saksikan malam itu. Istrinya sudah tidur dengan pulas, tiba-tiba ia mendengar suara seorang perempuan menyanyikan lagu Nina Bobo di halaman rumahnya. Suara itu terdengar halus dan menakutkan. Rian heran kenapa malam-malam seperti ini ada orang yang nyanyi.
Sengaja ia tidak menyalakan lampu rumah, langkahnya sangat hati-hati mendekat ke jendela. Ia buka sedikit tirai jendela rumahnya agar bisa mengintip, anehnya di sana ia tidak melihat siapa pun. Batang pohon kemenyan itu masih tegak berdiri, tidak ada orang di sana. Suara perempuan itu pun berhenti, Rian mengembuskan napas lega.
ADVERTISEMENT
Tapi, lagi-lagi saat ia hendak kembali ke tempat tidur, perempuan itu kembali bernyanyi. Rian tidak mau membangunkan Nova, ia khawatir istrinya ketakutan. Dengan memberanikan diri, Rian keluar dari rumahnya, ia menoleh ke sekeliling, tetap tidak ada siapa-siapa di sana.
Tapi tunggu dulu, kedua mata Rian menangkap sesuatu yang aneh di bawah pohon kemenyan. Ia berjalan mendekati pohon, dan tepat di bawah batangnya, ada helaian rambut panjang seukuran satu meter terserak berantakan. Dahi Rian berkerut, rambut siapa itu? Gumamnya dalam hati.
Kemudian ada seseorang meludahi kepalanya dari atas pohon. Rian sontak saja mendongak dan di sana ia melihat sesosok kuntilanak sedang duduk di dahan pohon sambil menggendong bayi. Rian berteriak ketakutan lalu masuk ke dalam rumahnya. Nova terbangun mendengar teriakan Rian.
ADVERTISEMENT
“Ada apa sayang?” tanya Nova yang seketika saja panik.
Rian menelan ludahnya sendiri, napasnya terengah-engah, dahinya berkeringat. Sebisa mungkin ia tetap tenang.
“Nggak ada. Nggak ada apa-apa, Nov.”
Nova penasaran, ia membuka tirai jendela dan dilihatnya seorang wanita berdiri di depan pohon kemenyan sambil memandangi ke arah Nova. Itu jelas kuntilanak, wajahnya tersenyum, ia menggendong seorang bayi.
“Sayang, itu kuntilanak!”
“I... iya Nov. Udah ayo masuk ke kamar. Biarkan saja, jangan kita ganggu.”
Tangan Rian bergetar menuntun istrinya masuk ke dalam kamar.
***
Tidak lama setelah kejadian itu, Rian dan Nova mendengar suara tangisan bayi di halaman rumahnya. Itu terjadi di siang bolong, suaranya bersumber dari pohon kemenyan. Warga berkerumun di halaman rumah Rian untuk mendengar tangisan itu. Bergantian mereka menempelkan telinga ke pohon kemenyan.
ADVERTISEMENT
“Jadi bagaimana ini Pak Rian?”
“Iya Pak, jelas ada bayi di dalam batang pohon ini.”
“Tebang sajalah, Pak.”
Warga berebut mengajukan saran.
“Kita kan sudah coba tebang, tapi pohon ini tidak bisa ditebang bapak-bapak," kata Rian.
Seorang lelaki muncul di tengah kerumunan warga. Ia tiba-tiba menebaskan golok ke batang pohon kemenyan.
“Wah sekarang bisa nih Pak,” kata lelaki itu.
Rian mengerutkan dahi, ia memperhatikan batang pohon yang baru saja ditebas, “Ya sudah kita tebang saja,” timpal Rian.
"Tapi hati-hati, takutnya di dalam benar-benar ada bayi," tambah Rian.
Mereka kemudian menebang pohon tersebut, semakin terkupas permukaan batangnya, semakin terlihat kulit seorang bayi di sana. Ternyata ada ruang di dalam batang pohon itu, sebuah tangan bayi terlihat bergerak-gerak.
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Anak Kemenyan selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: