Part 8 Square(4).jpg

Bekas Rumah Sakit: Sarang Setan (Part 8)

6 Mei 2020 15:36 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bekas Rumah Sakit. Foto: Massayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bekas Rumah Sakit. Foto: Massayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Angga berteriak ketakutan lalu lari sekuat tenaga menuju ruang IGD. Dengan terengah-engah, ia menjelaskan apa yang barusan dilihatnya pada Dokter Diong. Jelas saja Dokter Diong terkejut mendengar penjelasan Angga, mereka lalu bergegas menuju kamar Mayat. Setibanya di sana, mayat wanita itu sudah terbaring kembali di atas brankar dan tentunya tidak bernyawa.
ADVERTISEMENT
“Ah, kamu mengada-ngada saja,” Dokter Diong kesal pada Angga.
“Ada apa ya, Dok?” tanya penjaga kamar mayat.
“Sumpah Dok, tadi aku lihat wanita itu hidup lagi,” sergah Angga yang tetap ngotot kalau dia tidak salah lihat.
“Kayaknya kamu kebanyakan nonton film horor,” timpal Dokter Diong.
“Hah? Hidup lagi? Kamunya aja kali yang penakut, hahaha...,” penjaga kamar mayat ketawa mendengar perkataan Angga.
“Ya sudah, ayok kerja lagi,” Dokter Diong beranjak dari sana.
Sedangkan Angga masih berdiri di mulut pintu sambil menatap mayat wanita. Ia merasa ada yang tidak beres dengan rumah sakit ini.
***
Lewat tengah malam, Angga pergi ke luar rumah sakit untuk beristirahat, kebetulan tepat di depan rumah sakit ada pedagang nasi goreng. Ia menghampiri pedagang itu dan duduk di bangku pelanggan.
ADVERTISEMENT
“Sudah lama mangkal di sini, Bang?” tanya Angga basa-basi.
“Wah sudah belasan tahun, Mas,” jawab pedagang nasi goreng sambil sibuk memasak.
“Sudah lama juga ya, Bang.”
“Iya Mas. Saya betah mangkal di sini.”
Tidak perlu menunggu lama, nasi goreng pesanan Angga akhirnya siap dihidangkan. Aromanya menggoda, Angga makan dengan lahap sambil sesekali memainkan handphone-nya.
“Bang, nasi gorengnya satu,” terdengar suara lembut seorang wanita memesan nasi goreng.
“Baik, Mbak,” kata pedagangnya.
Angga terlalu fokus dengan makanan dan handphone-nya, ia tidak sempat menoleh pada wanita itu.
“Pedas nggak, Mbak?”
“Nggak, Bang. Saya nggak suka pedas.”
Tidak sengaja, Angga menoleh ke arah wanita itu dan ia terkejut karena ternyata yang sedang memesan nasi goreng adalah pasiennya yang baru saja meninggal akibat kecelakaan. Sontak Angga memuntahkan nasi yang belum selesai ia kunyah.
ADVERTISEMENT
“Se... setan!” Angga panik, ia tidak melihat keberadaan tukang nasi goreng.
Angga berdiri, hendak kabur. Tapi, tiba-tiba tukang nasi goreng berdiri di hadapannya tanpa kepala.
“Mau ke mana? Bayar dulu, Mas.”
Tukang nasi goreng itu menodongkan tangan kanannya, meminta bayaran. Angga jatuh pingsan melihat kejadian menyeramkan itu. Keesokan paginya, ia sudah terbaring di ruang rawat inap.
***
Semenjak kejadian itu, Angga tidak masuk praktik selama tiga hari. Ia masih trauma dengan apa yang ia alami. Aini sudah membujuknya untuk kembali bertugas, tapi Angga tetap tidak mau. Dia bahkan ingin pindah lokasi praktik.
“Kita harus pindah atau mengundurkan diri. Rumah sakit itu sangat angker, sayang,” kata Angga saat Aini menjenguknya di rumah.
ADVERTISEMENT
“Aku sudah mengajukannya ke pihak kampus, tapi ditolak. Kita harus tetap menyelesaikan praktik di rumah sakit itu.”
“Nggak, itu terlalu berbahaya. Aku yakin rumah sakit itu sarang setan.”
Hus! Jangan sembarangan kalau ngomong,” potong Aini.
“Ya sudah, kamu istirahat dulu aja di rumah. Ingat kata-kata aku, jangan mengundurkan diri, ya,” lanjutnya.
Di lain waktu, giliran Aini yang berjaga malam. Sama seperti Angga, ia juga mengalami kejadian aneh. Malam itu, rumah sakit sepi pengunjung. Aini keluar dari toilet lalu melihat jejak kaki seseorang di lantai. Jejak itu berlumpur, Aini lalu mengikutinya.
Semakin diikuti, jejak itu ternyata mengarah ke kamar mayat yang pintunya terbuka. Lampu ruangannya mati, Aini menyalakan senter handphone-nya. Karena sangat penasaran, ia pun masuk ke dalam kamar mayat. Sambil memanggil Pak Lukman, si penjaga.
ADVERTISEMENT
“Pak Lukman?”
"Pak?"
Namun di sana tidak ada siapa-siapa. Ia terus mengikuti jejak yang mengarah ke pojok kana ruangan. Dan di sana, Aini menemukan sebuah lubang berbentuk segi empat. Lubang itu cukup dalam, tapi Aini dapat melihat ke dasarnya dengan bantuan senter handphone.
“Mungkin lagi ada perbaikan,” kata Aini pelan.
Namun saat Aini akan keluar dari kamar mayat, terdengar suara tangis seseorang dari dalam lubang tadi. Aini tidak jadi beranjak dari sana, ia perlahan melongokkan kepala ke dalam lubang tersebut lalu mengarahkan cahaya senternya kembali. Di dalam lubang, Aini melihat soerang wanita berbaju putih dengan rambut tergerai sebahu sedang menangisi bayi yang dibungkus kain kafan.
“Tolong anak saya...,” wanita itu mendongak, menatap Aini dari dalam lubang sambil menangis.
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Bekas Rumah Sakit selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten