dark-3782985_1920.jpg

Hotel Bekas Pembunuhan: Penghuni Gaib (Part 3)

20 Juni 2020 17:42 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Zainal membuka pintu kamarnya. Ia menoleh ke sekeliling, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Pikir Zainal, mungkin tadi ada orang yang iseng. Pintu ditutup kembali.
ADVERTISEMENT
Masih penasaran dengan bau parfum yang ia endus, ia akhirnya perlahan membuka pintu kamar mandi itu. Anehnya, tidak ada apa-apa di dalam sana. Zainal mendongak ke atas. Tapi tetap saja tidak ada apa pun.
Ia berdecak kesal lalu kembali kembali ke tempat tidurnya. Malam itu ia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak. Namun, lagi-lagi saat ia bangun di pagi hari, televisi itu sudah menyala. Ia mencoba mengingat-ingat dan yakin tidak menyalakan televisi sebelum tidur.
“Pasti televisinya rusak,” gumam Zainal. Diraihnya remote televisi, lalu mematikannya.
Hari ini akan ada seminar tentang Sejarah Bulan Bahasa. Ia harus segera mandi dan sarapan. Beberapa saat kemudian telepon berbunyi. Saat itu Zainal sedang mengenakan pakaian. Buru-buru ia mengangkatnya.
ADVERTISEMENT
“Halo!”
“Zainal, kita ketemu di bawah, ya. Udah disiapin sarapan tuh. Orang-orang juga udah pada kumpul.”
“Oh... oke, Dil.”
Zainal menutup telepon. Ia mempercepat geraknya, mematut diri di depan cermin. Tak lupa, ia juga menyisir rambutnya sampai klimis. Setelah rapi dengan mengenakan batik keemasan, celana bahan, dan sepatu pantofel, ia kemudian bergegas ke lobi.
Di sana sudah ramai oleh para peserta. Mereka mengambil sendiri makanan yang sudah disajikan oleh pihak hotel. Zainal dan Fadil bergabung satu meja dengan dua peserta lain yang berasal dari Tangerang.
“Kalian tahu enggak sih kalau pernah ada pembunuhan di hotel ini?” tanya Santi.
Seriusan?” Fadil penasaran.
“Iya. Tapi, kamar hotelnya dirahasiakan. Enggak ada yang tahu pembunuhan itu terjadi di kamar nomor berapa,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
“Menurut gua, hotel ini memang angker,” ujar Hilda, lalu menyeruput lemon tea.
“Ya, setiap hotel pasti ada saja penghuni gaibnya. Selama kita tidak mengganggu mereka, gua yakin kita baik-baik saja,” timpal Zainal. Ia enggan menceritakan kejadian aneh yang dialaminya semalam.
Acara hari itu berjalan sesuai rencana. Ada sesi seminar, perkenalan masing-masing peserta dan interview bersama para juri. Selepas acara, Zainal kembali ke kamar. Ia sangat lelah setelah mengikuti rangkaian acara seharian.
Namun setibanya di kamar, ia heran lantaran kamarnya acak-acakan seperti kapal pecah. Padahal tadi siang ia sudah merapikannya. Lebih parahnya lagi ada bungkusan makanan ringan yang berserak di lantai. Itu makanan yang sengaja ia bawa dari kampus.
ADVERTISEMENT
"Siapa yang sudah memakannya?" tanya Zainal dalam hati.
Yang lebih membuatnya kaget, ada jejak kaki berlumur darah di kamar. Jejak itu mengarah ke koridor sebelah kanan. Karena penasaran, ia pun mengikuti jejak kaki tersebut. Tetapi, di depan jendela hotel, jejak itu terputus.
Dari jendela itu, Zainal melihat ada seorang wanita. Ia sedang asyik berenang di kolam renang belakang hotel.
Nal?” seseorang menyentuh pundaknya. Itu membuat Zainal terkejut bukan main.
“Ah, ngagetin aja lu, Dil!” ternyata itu Fadil. Zainal berdecak kesal.
“Gua boleh tidur di kamar lu, enggak?” tanya Fadil.
“Emang kenapa kamar lu?” Zainal mengerutkan dahi.
“Gua enggak bisa tidur, takut setan. Gara-gara waktu siang ada yang cerita korban pembunuhan.”
ADVERTISEMENT
Yaelah, Dil. Gitu aja takut,” Zainal melirik jejak kaki di lantai. Anehnya jejak itu sudah tidak ada.
Sebisa mungkin Zainal menyembunyikan ketakutannya. Ia tidak mau membuat suasana semakin kacau. Dalam hatinya, ia sebenarnya bersyukur si Fadil mau numpang tidur di kamarnya.
“Gila, berantakan banget kamar lu, Nal?”
“Em... ia nih. Maklum lah namanya juga cowok,” jawab Zainal. Ia berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa pun di kamarnya.
Malam itu, Fadil tidur di kamarnya Zainal. Mereka tidur sangat nyenyak. Tidak ada makhluk halus yang mengganggu mereka.
Tepat jam enam pagi, telepon berbunyi membangunkan Zainal. Sementara itu, Fadil masih tidur nyenyak. Dalam kondisi masih mengantuk, Zainal mengangkat telepon itu.
ADVERTISEMENT
Nal, cepat mandi! Sarapan ke bawah ya. Hari ini ada acara presentasi dari masing-masing peserta,” itu suara Fadil dari seberang telepon.
Seketika jantung Zainal berdegup kencang. Ia mulai merinding. Keringat dingin mulai keluar. Kantuk itu seketika sirna, berganti dengan rasa takut dan ngeri.
Lantas, siapa lelaki yang sedang tidur di sampingnya?
***
Nantikan cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten