Mbah Ngesot

Ilmu Begal: Menuju Balangandang (Part 6)

19 Mei 2020 14:11 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilmu Begal. Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Ilmu Begal. Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
“Dua, Be. Dua rekan kau tewas! Dan sekarang kau mau mengajakku? Nggak, Be! Lagi pula tak banyak di daerah sini yang punya kerbau peliharaan.”
ADVERTISEMENT
Abe lagi-lagi membujuk temannya agar mau membantunya mencuri kerbau.
"Kali ini kita curi kerbau di penangkaran, Bang."
“Itu lebih berbahaya, Be. Penjaganya kandangnya banyak. Kenapa kau tidak cari kerbau liar saja, hah?”
“Aku sudah cari, sekarang jarang ada kerbau liar seperti itu.”
Ayolah Bang Ali. Bantu aku. Kita bisa hajar para penjaga itu.”
“Be, aku tidak bisa membantu kau. Sekalipun kita berkelahi dengan para penjaga itu, kita pasti kalah. Aku tahu di penangkaran, mereka bahkan punya senjata api," Ali menggelengkan kepala.
"Begini, aku benar-benar tidak bisa bantu kau, tapi aku bisa sarankan sesuatu," lanjutnya.
“Apa, Bang?” Abe penasaran.
“Kau harus punya ilmu begal.”
“Ilmu begal?” Abe mengerutkan kening.
ADVERTISEMENT
“Kau pergi ke Jawa, cari ilmu di sana. Dengan ilmu begal, tubuh kau akan kebal dan kau juga bisa menghilang. Badanmu akan menjadi sangat kuat, Be. Tak ada yang bisa mengalahkanmu.”
“Bang Ali sudah coba?” Abe menunjuk temannya itu.
Ali meraih segelas teh panas lalu menyeruputnya. Mereka berdua duduk di ruang tamu rumah Ali.
“Abe, aku ini begal senior. Aku juga rekan kakakmu sudah lama. Dulu aku pernah punya ilmu begal. Tak ada satu pun yang bisa bunuh aku, dikeroyok dua puluh orang pun aku masih bisa melawan dan mereka semua kukalahkan,” Ali kembali menyeruput teh hangatnya lagi.
“Sayangnya ilmu itu sekarang hilang,” lanjutnya.
“Kenapa hilang, Bang?”
“Aku malas bertapa. Seharusnya setiap satu tahu sekali aku harus bertapa.”
ADVERTISEMENT
Mereka berdua terdiam sejenak.
“Eh Abe, dengarkan aku. Kalau kau mau berhasil mencuri kerbau di penangkaran itu, pergilah ke Jawa dulu. Cari ilmu.”
“Kira-kira berapa lama saya bisa menguasai ilmu itu, Bang?”
“Dua minggu, tapi bisa kurang.”
Abe terlihat sedang berpikir, ia memalingkan pandangannya dari Ali.
“Ya sudah. Alamatnya di mana ya, Bang?”
Balangandang. Di Balangandang, itu desa mati, hanya ada Ki Bamantara, seorang dukun sakti yang tinggal di desa itu. Bergurulah padanya.”
“Berapa duit, Bang?”
“Eh jangan salah. Ki Bamantara itu tidak butuh duit asal kau menurut saja apa katanya.”
Abe tersenyum, ia seperti menemukan titik terang. Setelah menguasai ilmu begal, dia berjanji akan menikahi Mirna dan juga membalaskan dendam pada orang yang telah membunuh Iwan. Sebelum Abe pergi, Ali menulis dengan lengkap alamat desa Balangandang di atas kertas lalu menyerahkannya pada Abe.
ADVERTISEMENT
***
Keesokan paginya, ia berangkat sendiri dari rumah, menyeberang ke pulau Jawa. Dari pelabuhan, dia harus naik kereta dan berkali-kali naik angkot. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, ia akhirnya tiba di pertigaan jalan desa Balangandang.
Kata orang-orang yang ia tanyai di jalan, desa Balangandang sudah lama tidak berpenghuni. Jalan kecil menuju desa itu juga tertutup rumput liar. Sopir angkot menunjuk ke arak semak belukar saat Abe diturunkan.
“Nah ini, jalannya lurus ke arah sana.”
Abe terlihat bingung, yang ia lihat hanya semak-semak.
“Jalannya memang tertutup rumput soalnya udah lama nggak ada yang ke sana, Mas. Lagi pula berbahaya Mas. Angker banget,” kata sopir angkot.
“Saya lagi ada tugas, Pak. Nggak apa-apa nanti saya telusuri jalan ini pelan-pelan,” timpal Abe.
ADVERTISEMENT
“Ya sudah. Hati-hati ya, Mas.”
Sopir Angkot memasang wajah kesal, ia tahu kalau ada orang yang ke desa Balangandang pasti ada maunya. Entah itu pesugihan, atau urusan gaib lainnya.
Angkot itu pergi perlahan meninggalkan Abe. Tidak banyak barang yang Abe bawa, hanya beberapa pakaian yang ia masukkan ke dalam tas gendongnya, juga sebuah golok yang dibungkus dengan kertas koran. Abe mengenakan sepatu gunung sehingga ia bisa menembus semak belukar yang tumbuh di sepanjang jalan itu.
Hari sudah semakin malam, Abe harus segera sampai ke desa Balangandang. Medan yang ia tempuh semakin sulit lantaran rumputnya semakin tinggi-tinggi. Ia sampai harus mengeluarkan golok untuk menebas rumput itu.
Saat Abe sedang susah payah menebas rerumputan, tiba-tiba muncul seseorang di balik rumput itu. Jelas saja Abe terkejut, lelaki itu tidak mengenakan baju, ia hanya mengenakan celana levis yang sudah kotor. Kedua kakinya juga nyeker.
ADVERTISEMENT
“Kau Abe?” tanya lelaki itu, tatapannya kabur seperti orang buta.
Abe mengangguk.
“Aku Gilang. Mari kuantar, Ki Bamantara sudah menunggumu.”
Abe heran. Dari mana Ki Bamantara bisa tahu kalau dirinya akan datang. Tanpa banyak tanya lagi, Abe mengikuti langkah Gilang dari belakang. Gilang menyibakkan rumput yang menghalangi jalannya, sementara Abe sesekali menebas rumput itu.
Nantikan cerita Ilmu Begal selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten