Mbah Ngesot

Jaran Goyang 2: Kematian Ahmad (Part 2)

23 Maret 2020 10:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jaran Goyang 2 Foto: Massayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jaran Goyang 2 Foto: Massayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Kaki yang terasa sakit ia paksakan untuk melangkah menghampiri perempuan yang mirip dengan istrinya. Sambil tertatih, Ahmad mendekati perempuan itu. Dan benar saja itu memang Mila, istrinya yang selama ini ia cari-cari.
ADVERTISEMENT
Ahmad tidak langsung menyapanya, sedangkan Mila yang terlihat sudah semakin tua, masih sibuk memilih sayuran yang akan ia beli. Air mata Ahmad menetes, ia terharu bisa menemukan istrinya lagi.
"Mila?"
Perempuan itu menoleh pada Ahmad.
"Iya, siapa, ya?" anehnya Mila tidak lagi mengenali Ahmad.
"Aku Ahmad. Suamimu."
Mila mengerutkan kening, ia menganggap kalau lelaki di hadapannya adalah orang gila.
"Em... saya nggak kenal sama kamu," buru-buru Mila mengambil belanjaannya dan beranjak pergi. Ia ketakutan.
"Mila, tunggu, Mil. Ini aku Ahmad, suami kamu!"
Mila tidak menoleh dia tetep berjalan dengan tergesa-gesa. Punggungnya hilang di antara lalu-lalang orang. Ahmad mencoba untuk mengejarnya, namu tidak berhasil. Tubuhnya malah ambruk, orang pasar kembali menggotongnya keluar.
ADVERTISEMENT
Sementara Mila terus berjalan tanpa menoleh, ia berbelok ke kanan tempat para penjual daging ayam. Di sana ia melihat Daru, suaminya. Buru-buru Mila menghampiri Daru, wajah Mila ketakutan.
"Kamu kenapa?" lelaki yang rambutnya mulai beruban itu menyentuh kedua pundak Mila.
"Ada orang gila ngejar aku tadi," napas Mila ngos-ngosan.
"Mana?" Daru melongok ke kerumunan orang. Tidak ada orang gila di sana.
"Tadi dia ngaku-ngaku kalau dia itu suami aku."
Mendengar pernyataan Mila, seketika saja dada Daru seolah ditendang. Ia teringat perkataan Pak Parman, mertuanya. Pak Parman mengingatkan Daru tentang Ahmad yang pernah menjadi suami Mila. Dan Daru yakin itu orang gila yang Mila maksud adalah si Ahmad.
"Dia di mana?"
ADVERTISEMENT
Mila menunjuk ke arah kiri, "Tadi aku lihat di dekat tukang sayur."
"Ya sudah, ayo kita pulang saja."
Mereka meninggalkan pasar itu. Sesekali Daru menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaan Ahmad.
***
Daru takut kalau Ahmad mengganggu rumah tangganya. Ia sudah memprediksi itu, suatu saat si Ahmad pasti datang kembali untuk menemui Mila. Ia tidak akan membiarkan lelaki itu mengusik rumah tangganya. Maka malam itu juga Daru memburu dan menghabisi Ahmad.
Ahmad malam itu tengah tebaring di kolong jembatan yang tidak jauh dari pasar tradisional. Perutnya lapar dari pagi dia belum makan. Tiba-tiba meloncat tiga orang lelaki berbadan besar membuat Ahmad kaget dan terbangun. Matanya masih terasa sakit, seorang lelaki berambut gondrong mengangkat tubuh kurus Ahmad.
ADVERTISEMENT
"Ada apa ini?" tanya Ahmad ketakutan.
Tanpa basa-basi lagi Ahmad dipukuli, wajahnya ditonjok dengan kepalan tangan bercincin batu akik membuat Ahmad muntah darah. Perutnya ditendang, satu orang lainnya mematahkan kaki Ahmad. Ia berteriak minta ampun, tapi tidak ada ampun baginya. Daru mengawasinya dari atas, ia menyorot wajah Ahmad yang sudah babak belur dengan sebuah senter.
"Apa salahku, bangsat? Siapa kau?" Ahmad berteriak sambil mendongak ke arah Daru.
Suara lalu lalang mobil membuat Daru harus mengeraskan suaranya.
"Ahmad. Aku kira kau sudah mati membusuk di penjara."
Kedua tangan Ahmad dicengkram kuat oleh dua orang lelaki, sengaja mereka berhenti memukulinya agar bisa berbicara dengan Daru.
"Siapa kau?! Salahku apa, bangsat?!"
ADVERTISEMENT
"Kau pelet Mila. Itu salahmu. Sekarang dia sudah menjadi istriku dan tidak akan kubiarkan kau menghancurkan keluargaku."
Ahmad terdiam, napasnya terengah-engah. Daru menjentikkan jarinya, memberi isyarat agar Ahmad dibunuh. Tiga lelaki itu menarik paksa Ahmad untuk masuk ke sungai yang kotor dan bau. Wajahnya disungkurkan ke dalam air. Tubuhnya ngamuk tapi ketiga orang itu terlalu kuat, Ahmad kehabisan napas dan mati begitu saja.
"Hanyutkan," kata Daru singkat. Setelah beres mereka pergi dari sana.
Mayat Ahmad mengapung perlahan ke hilir seperti mayat seekor kucing yang tidak berguna. Orang-orang di pinggiran sungai yang sedang berpacaran tidak menyadari kalau ada mayat yang mengapung melintasi mereka. Jauh dari tempat pembunuhannya, mayat Ahmad tersangkut sebuah dahan pohon tua, mayat itu tertahan di sana.
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Jaran Goyang 2 selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten