jaran goyang part 4.jpg

Jaran Goyang: Abah Quir (Part 4)

27 Januari 2020 19:23 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jaran Goyang. Foto: Masayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jaran Goyang. Foto: Masayu/kumparan
ADVERTISEMENT
"Jadi gitu, Tang."
Ahmad menceritakan pertemuannya dengan Abah Quir.
ADVERTISEMENT
"Sakti sekali Abah Quir itu," Tatang berdecak kagum.
"Apa gua datangin dia saja, ya?"
"Coba saja, siapa tahu ada solusinya," Tatang mencomot pisang goreng dan memakannya.
Pagi ini, Ahmad berkunjung ke rumah Tatang. Mereka duduk di atas bangku rotan di beranda rumah Tatang.
"Anter gua, ya."
"Kapan?"
"Besok."
"Kalau Abah Quir ngasih lu ilmu pelet, emang lu mau?" Tanya Tatang.
Ahmad bergeming, "Apa boleh buat. Gua masih cinta sama Mila."
Ahmad meraih segelas air dan meminumnya, "Pokoknya Mila harus jadi milik gua."
***
Keesokan harinya, berangkatlah mereka berdua ke kampung Situ Gede menggunakan mobil milik Tatang. Di perjalanan mereka sempat nyasar, lantaran sulit menemukan lokasi kampung Situ Gede. Beberapa kali mereka menanyakan keberadaan kampung itu kepada orang-orang di pinggir jalan. Setiap orang yang ditanyai, mereka hanya dikasih tahu agar tetap jalan lurus saja ke arah barat.
ADVERTISEMENT
Tidak terasa, malam pun jatuh. Mereka berdua akhirnya tiba di kampung Situ Gede. Kampungnya sepi, tidak ada lalu lalang orang di jalan. Lampu-lampu rumah warga menyala, tapi tidak satu orang pun yang bisa Ahmad temui di beranda rumah mereka. Mobil yang mereka kendarai melintasi jalan berlubang, cahaya lampu mobilnya berayun-ayun. Senyum Ahmad mengembang saat melihat seorang lelaki melintas di hadapan mobil. Segera Tatang menginjak rem.
"Pak, maap mau tanya. Rumahnya Abah Quir di mana, ya?"
"Oh, Abah Quir. Itu di sana," kata lelaki kurus itu. Ia mengenakan kaos putih dengan sarung yang diselempangkan.
"Oke, terima kasih banyak, Pak," kata Ahmad.
Mereka melihat sebuah rumah panggung yang disinari lampu lima watt. Seekor anjing yang sedang tertidur pulas di kolong rumah terbengun mendengar kedatangan mereka. Seketika anjing itu menggong-gong lantaran bertemu dengan orang asing. Ahmad dan Tatang ke luar dari mobil mereka kemudian berjalan kaki menuju rumah Abah Quir.
ADVERTISEMENT
"Permisi, Bah," Ahmad mengetuk pintu.
Tanpa diduga-duga yang membukakan pintu adalah seorang wanita muda yang mengenakan baju kebaya, rambutnya dikonde, tubuhnya gemulai. Wajahnya cantik oriental seperti wajah wanita Korea.
"Mohon maaf, malam-malam mengganggu. Kami mau tanya, apakah ini rumahnya Abah ...," Tatang berpikir, mengingat-ingat nama orang sakti itu.
"Quir, Mbak. Abah Quir,"potong Ahmad.
"Oh, Abah. Sebentar, ya," kata wanita cantik itu.
Ia kemudian masuk ke dalam sebuah kamar. Kamar itu tidak ada daun pintunya hanya ditutupi sebuah kain putih. Sesaat kemudian, Abah Quir muncul dari dalam kamar. Ia melayangkan senyum pada Ahmad dan Tatang.
"Oalah, kamu yang di bus, ya?" Abah Quir menyuruh mereka untuk masuk.
ADVERTISEMENT
Penampilan Abah Quir sangat sederhana. Ia mengenakan kaos partai yang sudah lusuh dan kain sarung yang ujungnya melinting saking usangnya. Ruang tamu Abah Quir kosong melompong, tidak ada perabotan apa pun, Ahmad hanya melihat sebuah golok yang berukuran sekitar satu meter dibungkus dengan kain putih terpajang pada dinding bilik. Abah Quir menggelar tikar pandan. Kemudian, menyuguhkan seteko air putih.
"Jadi, maksud kedatangan saya ke sini...," Ahmad langsung ke topik pembicaraan.
"Abah tahu," lagi-lagi Abah Quir memotongnya.
Ahmad kembali terkejut.
"Teman kamu bisa tunggu di luar dulu saja," pinta Abah Quir.
Tatang kemudian bangkit dan berjalan ke luar. Sebelum beranjak, ia sempat berbisik kepada Ahmad.
"Semangat bro," bisiknya.
ADVERTISEMENT
Abah Quir lalu membuka tirai pintunya, Ahmad melihat isi kamar Abah Quir, hanya ada sebuah meja kecil dengan tumpukan kembang tujuh warna di atasnya. Abah Quir duduk sila, ia bergumam membaca mantra-mantra pemanggil jin. Sesaat kemudian, ia ke luar dari kamarnya, menyerahkan secarik kertas dan sebotol kecil air putih.
"Ini ajian Jaran Goyang. Kau harus bertapa di air terjun Panggelangan selama empat hari tanpa makan dan minum. Selama bertapa, akan banyak jin yang mengganggumu kalau kau berhasil maka Mila akan jatuh cinta padamu, tapi kalau kau gagal, kau akan jadi orang gila selamanya."
Ahmad tertunduk. Antara mau dan tidak mau. Namun, cinta sudah membutakannya.
"Nanti kalau bertapamu berhasil, akan ada jin yang memberi tahu harus diapakan sebotol air ini."
ADVERTISEMENT
"Baik Bah, saya terima ajian ini."
"Selama bertapa, bacalah mantra Jaran Goyang ini," Abah Quir menunjuk secari kertas. Terbata-bata Ahmad membacanya.
Akhirnya, Ahmad menerima ajian Jaran Goyang itu. Setelah ia setuju, Ahmad langsung pamit.
"Gua dikasih pelet Jaran Goyang," kata Ahmad di dalam mobil.
"Wih, mantap!" Timpal Tatang.
"Oya lu liat nggak sih cewek cantik di rumah Abah Quir yang ngebukain kita pintu?"
Ahmad mengerutkan dahinya.
"Iya, anjir. Ke mana cewek itu ya. Tadi pas tirai pintunya dibuka, gua nggak liat siapa-siapa di kamar Abah Quir padahal jelas-jelas kita lihat cewek itu masuk ke dalam kamar."
"Serius lu, Mad."
"Iya."
"Anjir merinding gua," Tatang mengusap pundaknya.
Nantikan cerita Jaran Goyang selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten