Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
"Udah?" Gilang membenarkan kerah bajunya, ia menghadap ke kamera dan duduk di kursi berwarna biru di kamarnya.
ADVERTISEMENT
"Belum Lang, bentar. Oke, tiga, dua, satu, mulai," Satria memfokuskan kamera pada wajah temannya itu.
"Hai, gua Gilang. Gua rasa penting ngebagiin pengalaman mengerikan ini ke teman-teman semua. Langsung aja ya, kejadian ini terjadi sekitar tiga hari yang lalu. Saat itu karena lembur, gua pulang malem dari Sudimara ke Maja naik kereta."
Gilang menyilangkan kakinya, mengubah posisi duduk.
"Nah, gua masuk ke dalam kereta terus duduk sambil dengerin musik, di gerbong itu ada hanya ada seorang cewek masih muda duduk di dekat pintu kereta sambil nunduk. Gua santai-santai aja, soalnya gua pikir dia lagi tidur."
"Satu-dua stasiun dilewati tapi belum ada penumpang yang masuk ke gerbong gua, maklumlah udah malem dan sepi. Nah, gua tuh bener-bener fokus mainin HP dan nggak sempet nengok ke cewek itu."
ADVERTISEMENT
"Dan pas nggak sengaja gua noleh ke arah dia, tiba-tiba aja cewek itu ngeliatin gua dengan wajahnya yang datar. Gua kaget dong! Dalam hati, ada apa nih? Gua langsung nunduk lagi dan fokus ke HP."
"Sialnya pas gua nengok lagi, dia masih tetap ngeliatin gua kali ini mukanya tegang, matanya melotot. Gua makin takut sama cewek itu."
"Nah udah gitu, gua dengar suara seorang bayi. Dan, gila! Bener-bener gila, gua nggak nyangka kenapa tiba-tiba di tangannya ada seorang bayi. Bayi itu berlumur darah dan masih ada tali ari-arinya."
Gilang menghembuskan napas berat.
"Gua ketakutan. Terus lari mau pindah gerbong, tapi pintu gerbong itu malah terkunci. Gua panik, apalagi tiba-tiba cewek itu nyanyi pakek bahasa Jawa. Entah apa artinya gua nggak ngerti, yang jelas serem banget. Dan pas gua noleh lagi, dia... dia udah berubah jadi sosok kuntilanak. Rambutnya panjang banget, gua nyium bau busuk di gerbong itu. Sambil teriak minta tolong, gua terus berusaha buat buka tuh pintu."
ADVERTISEMENT
"Pas gua noleh ke belakang. Kuntilanak itu berdiri sambil terus nyanyi, sedangkan bayi di tangannya menangis semakin keras. Lu tau dia ngapain?"
Wajah Gilang pucat.
"Dia makan bayi itu. Dari kepala sampe tali ari-ari. Abis itu gua pingsan dan tau-tau udah ada di rumah sakit."
Gilang meraih segelas air putih di depannya. Lalu, meminumnya perlahan.
"Nah, itu pengalaman mengerikan yang bisa gua share ke teman-teman malam ini. Thanks banget udah nonton video ini."
Satria menekan tombol stop, kamera berhenti merekam.
***
3 hari sebelumnya
Seorang wanita yang sedang hamil besar berjalan terhuyung-huyung di trotoar. Malam-malam ia kabur dari rumah sebab tidak kuat dimarahi terus oleh orang tuanya. Maklum wanita itu hamil diluar nikah, pacarnya kabur begitu saja setelah tahu kalau dia hamil. Kandungannya sudah menginjak sembilan bulan, dan terasa semakin berat saat berjalan. Dia tidak tahu mau ke mana, yang jelas ia tidak kuat tinggal di rumah.
ADVERTISEMENT
Wanita itu masuk ke sebuah pasar tradisional yang sudah sepi. Di depan toko yang sudah tutup, ia duduk sambil bersandar. Rasanya tidak sanggup lagi berjalan, tangan kanannya memegangi perut yang besar. Sesaat kemudian perutnya tiba-tiba mulas, selangkangannya basah, dia meringis kesakitan dan berteriak meminta tolong, tapi tidak ada seorang pun yang melintas di sana.
"Mbaknya mau melahirkan, ya?" Ia terkejut saat tiba-tiba melihat seorang perempuan berdiri di hadapannya.
Tidak sanggup ia menjawab pertanyaan itu, karena rasa sakit yang tidak tertahankan.
"Saya Jesika, Mbak. Ku bantu ya. Biar bayinya selamat," Jesika tersenyum.
Lalu, ia meluruskan kedua kaki wanita itu. Semakin lama, wanita itu menjerit kesakitan, bokongnya sudah sangat basah.
ADVERTISEMENT
Perlahan Jesika menyingsingkan baju daster wanita di hadapannya. Terpampanglah perut buncit yang berisi jabang bayi. Melihat itu Jesika tersenyum, kemudian dengan kuku-kukunya tajam ia meremasnya membuat perempuan di hadapannya menangis dan menjerit kesakitan. Kuku Jesika akhirnya merobek permukaan kulit, ia mencabik-cabik perut tersebut, dan mengeluarkan dengan paksa jabang bayinya. Tentu saja wanita itu tewas, sementara Jesika membawa kabur bayi yang bertali ari-ari dan masih berlumur darah itu. Ia berjalan perlahan sambil menyanyikan Lingsir Wengi.
Nantikan cerita Lingsir Wengi Tembang 3 selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: