Mbah Ngesot

Mall Angker Jakarta: Penglaris (Part 4)

3 April 2020 11:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mall Angker Jakarta. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mall Angker Jakarta. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan
ADVERTISEMENT
“Jangan heran. Setiap tahun suka ada yang mati di mal ini," kata Tio sambil terus main HP.
ADVERTISEMENT
“Masa sih?” aku mengerutkan dahi.
Aku dan Tio duduk di depan Kios yang sebentar lagi tutup, kami sedang menunggu pelanggan setia kami yang suka datang setiap malam. Bi Risma terlihat masih sibuk menghitung pendapatan untuk hari ini.
“Iya, sini,” Tio memintaku untuk mendekatkan daun telinga, ia hendak membisikkan sesuatu.
“Di mal ini banyak pesugihannya.”
“Hah!” aku terkejut.
“Kios kita juga dong?” tanyaku.
Tio mengangguk, ia kembali memainkan HP-nya.
“Kamu tahu dari mana ada pesugihan di sini?”
“Lihat aja nanti hari Jumat.”
Aku semakin penasaran apa yang akan terjadi di hari Jumat. Tidak lama kemudian, aku mendengar suara langkah rombongan anak-anak itu, mereka tak lain adalah pelanggan setia kios kami. Suara berisik terdengar di lorong lift sebelum tubuh mereka terlihat. Aku dan Tio bangkit dari duduk kami dan bergegas masuk ke dalam kios, bersiap melayani mereka. Seperti biasa, kami sibuk melayani mereka yang jumlahnya entah berapa. Mereka semua anak muda yang berpakaian kekinian.
ADVERTISEMENT
Tidak butuh waktu lama, dagangan kami ludes. Satu per satu mereka mengantre untuk bayar. Aku membantu Bi Risma menghitung harga per porsi, sedangkan Tio membereskan meja makan. Setelah semuanya selesai, mereka langsung pergi.
***
Di hari Jumat, seperti yang dikatakan Tio kalau aku akan menyaksikan sebuah bukti kalau di mal ini ada pesugihan. Sebelum kios tutup, tidak biasanya Bu Indri datang. Ia menanyakan pendapatan hari ini juga kami masing-masing tiga ratus ribu.
“Ini buat jajan,” kata Bu Indri sambil tersenyum ramah.
Aku, Tio, dan Bi Risma menerimanya dengan senang hati. Setelah menerima uang itu, Bi Risma langsung mengajakku pulang tanpa menutup kios terlebih dahulu. Aku manut saja tanpa banyak tanya, sementara Tio mencolek lenganku. Ia memberi isyarat untuk tidak pulang dan melihat apa yang akan di lakukan Bu Indri di dalam kios.
ADVERTISEMENT
Kebetulan sekali, saat kami sedang menunggu lift, handphone Bi Risma berbunyi. Itu jelas dari pacarnya, lelaki itu sudah menjemputnya di bawah. Mereka akan jalan-jalan, Bi Risma menyuruhku untuk pulang sendiri. Aku mengiyakannya.
Setelah sampai di lantai dasar dan melihat Bibiku pergi dengan pacarnya, aku dan Tio naik lagi ke atas. Aneh! Ada beberapa kios yang tadinya sudah tutup, sekarang dibuka kembali.
“Lihat. Kios-kios yang buka itu,” Tio menunjuk ke jajaran kios.
“Pemiliknya lagi sajenan,” lanjut Tio.
"Sajenan untuk apa?"
"Penglaris," jawabnya singkat.
“Ayo,” ia menarik lenganku.
Kami perlahan mendekati kios tempat kami bekerja. Pelan-pelan, kuintip dari balik dinding kios. Sayangnya aku tidak dapat melihat Bu Indri karena terhalang oleh meja kasir. Tapi, tak lama kemudian aku mendengar ketawa seorang anak kecil dari dalam kios, juga langkah kaki berkeliaran di dalam.
ADVERTISEMENT
“Inun, lihat itu!” Tio menepuk pundakku, ia menunjuk ke arah salah satu kios yang jaraknya tidak jauh dari kami.
Tidak sengaja aku menjerit ketakutan lantara ada sebuah kios makanan yang dipenuhi oleh pocong. Entah berapa jumlah pocong di dalam kios itu, pocong-pocong itu berjejalan memenuhi ruangan.
“Jangan berisik nanti ketahuan.”
Tio panik, dia menarik lenganku, mengajak pergi dari tempat itu. Namun, sebelum kami pergi tiba-tiba terdengar suara seseorang menyapa kami.
“Kalian belum pulang?”
Itu Bu Indri.
Nantikan cerita Mall Angker Jakarta selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten