Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Putu tercengang dengan apa yang dilihatnya. Ada makhluk berbadan manusia dengan kepala kambing sedang menggerayangi mayat Sri. Segera Putu meraih gagang sapu dan memukul pugung makhluk itu berkali-kali. Sontak saja makhluk berkepala kambing menghilang dari hadapan Putu. Tubuhnya membias seperti embun, Putu celingukan mencari makhluk tersebut.
ADVERTISEMENT
"Bangsat!" Putu marah-marah tubuh istrinya digerayangi makhluk gaib.
Ada apa sebenarnya ini? Kenapa makhluk itu menggerayangi Sri? Putu duduk di samping mayat istrinya. Mengelus-elus kening Sri yang sudah kering, ceruk matanya semakin terlihat, dan rambutnya sangat kaku. Putu kemudian membaringkan diri di samping istrinya. Dan sesaat kemudian telepon genggamnya berbunyi.
"Putu kau kemana saja? Kenapa belum pulang, Nak?" Itu suara ibunya berbicara dari seberang telepon.
"Maap Bu. Aku lupa kasih tahu ke ibu. Jadi sepulang dari kerabat Sri, aku langsung di suruh ke kantor. Ada pemindahan tugas Bu. Sekarang aku sedang kerja di luar kota, nanti kalau libur aku pasti pulang, Bu," Putu lagi-lagi mengarang cerita.
"Bapakmu lagi sakit Nak. Pulang dulu lah barang sehari atau dua hari."
ADVERTISEMENT
"Bapak sakit apa?"
"Dari kemarin demam, Putu. Pulang dulu lah Nak."
"Iya Bu, kalau begitu aku akan coba izin ke atasan, ya."
Telepon ditutup. Ia tidak mau pulang sebelum Sri hidup kembali. Lagi pula cutinya masih panjang dan uang sisa pesta pernikahan masih cukup untuk menopang hidupnya saat ini. Putu meletakkan kembali telepon genggamnya, tapi saat hendak membaringkan badan, tidak sengaja matanya melihat rambut berwarna putih yang tergeletak di lantai, menjulur keluar kamar.
Pelan-pelan Putu mengikutinya, rambut tersebut mengarah keluar rumah, terus menjulur hingga ke halaman belakang. Segera Putu mengambil telepon genggam lalu menyalakan senternya. Tepat di bawah patang pohon bambu, ia berhenti lalu mendongakkan kepala. Rambut yang ia ikuti menjuntai dari atas pohon itu, di sana Putu melihat seorang nenek yang datang di mimpinya sedang melayang di sela-sela pohon. Putu terkejut saat mengarahkan senternya pada sosok nenek.
ADVERTISEMENT
"Nek? Sri bagaimana Nek? Di... dia sampai sekarang belum juga hidup, Nek."
Nenek itu terkekeh di atas pohon bambu, angin menerpa wajahnya.
"Tumbal. Carilah tumbal," jawab nenek itu.
"Tumbal apa lagi? Bukankah semua sudah kulakukan?"
"Manusia, kau harus menumbalkan manusia. Kalau kau sudah menumbalkan tiga orang manusia maka Sri akan benar-benar bangkit dari kematiannya."
"Apakah aku harus membunuh tumbal-tumbal itu."
"Biarkan dia hidup. Makhluk berkepala kambing itu akan memakan tumbalmu."
Putu kebingungan, dari mana dia dapat tumbal manusia? Saat Putu sedang berpikir, tiba-tiba nenek itu terbang sambil tertawa terbahak, kemudian hilang di antara batang-batang pohon bambu. Sesaat kemudian Putu teringat pada mayat istrinya, jangan-jangan makhluk berkepala kambing itu muncul lagi. Dia langsung lari menuju kamar, ternyata makhluk itu tidak muncul lagi. Putu menghembuskan napas lega.
ADVERTISEMENT
***
Seorang perempuan berparas cantik yang berpakaian sexy berdiri di pinggir jalan. Wajahnya sangat medok oleh make up, sebatang rokok yang masih panjang ia hisap berkali-kali sambil terus memperhatikan jalanan yang sepi. Ia seorang pelacur yang sedang mencari nafkah. Sudah hampir sejam dia berdiri di sana, tapi belum juga ada pelanggan yang tertarik padanya. Sesaat kemudian, wajahnya seketika cerah saat melihat seorang lelaki berjalan kaki mendekatinya. Lelaki itu tidak lain adalah Putu.
"Berapa untuk bisa tidur semalam denganmu?"
"Tiga ratus ribu sudah sama hotel."
"Aku tidak mau di hotel, di rumahku saja."
"Aman?" Tanya wanita itu.
"Sangat aman."
Putu kemudian membawanya ke rumah. Ia mengurung pelacur itu di dalam kamar Sri. Terdengar suara teriakan meminta tolong, pelacur itu menjerit-jerit kesakitan hingga suaranya menghilang. Putu bergidik ngeri mendengar jeritan wanita tersebut, ia tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya makhluk berkepala kambing memakan pelacur tersebut. Setelah suara jeritan tidak terdengar lagi, perlahan Putu membuka pintu kamarnya, pelacur tersebut sudah tidak ada. Bercak darah tercecer di lantai, ia buru-buru menghampiri mayat Sri. Ajaib! Tangan kanan Sri terasa hangat seperti ada darah yang mengalir di dalamnya. Putu semakin semangat melakukan ritual, besok dia akan mencari tumbal lagi.
ADVERTISEMENT
___
Nantikan cerita Mayat Pengantin selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: