PAMALI_PART5.jpg

Pamali: Kematian Warga Kampung (Part 5)

5 Februari 2020 15:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pamali. Foto: Masayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pamali. Foto: Masayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Kabar kalau bapak mampu menyembuhkan orang sakit tersebar ke mana-mana. Rumahku semakin hari semakin ramai oleh tamu yang mau berobat ke bapak. Profesi bapak berubah dari tukang mainan menjadi seorang tabib yang mengobati segala macam penyakit. Bapak tidak pernah mematok tarif untuk jasa pengobatannya. Orang-orang boleh memberi imbalan semampu mereka, ada juga yang membayar bukan dengan uang melainkan dengan hasil bumi. Gabah di rumahku penuh, buah-buahan tidak termakan saking banyaknya, ibuku gemukan karena dapat asupan gizi yang baik. Kalau biasanya keluarga kami makan daging ayam sebulan sekali, semenjak bapak banyak uang, kami makan apa pun yang kami mau.
ADVERTISEMENT
Bapak juga memperluas beranda rumah agar orang-orang bisa mengantre dengan nyaman. Setiap hari setidaknya seratus orang lebih datang ke rumah untuk berobat. Semua orang yang diobati bapak pasti sembuh, kebanyakan dari mereka terserang ilmu santet, pelet, dan ketempelan jin jahat. Hanya dengan satu semburan air saja. Semua penyakit sembuh total. Semua berjalan dengan baik sampai pada suatu hari ada seorang warga kampung bernama Pak Darsoni yang berobat ke bapak. Katanya sudah dua hari dia demam dan tidak sembuh-sembuh sekali pun minum obat.
"Pak Abu, aku heran sama penyakitku ini. Jangan-jangan aku terkena santet," Pak Darsoni duduk di tepi ranjang pasien.
Sehabis pulang sekolah, aku rajin membantu bapak, menjadi asistennya. Membantu mengambilkan air kalau habis dan memanggil pasien satu per satu.
ADVERTISEMENT
"Iya, memang benar dugaanmu. Kau terkena santet, tapi jangan khawatir setelah ini kau pasti sembuh."
Seperti biasa, bapak menyemburkan air ke wajah Pak Darsoni. Seketika, rambutnya yang sudah beruban menjadi klimis terkena semburan air. Aneh, bukannya sembuh besoknya dia malah tewas. Kampung mulai geger dengan kematian Pak Darsoni. Bu Karsih, istri Pak Darsoni, mendatangi rumahku. Saat itu, pasien sedang ramai.
"Heh, dukun sialan! Kau bunuh suamiku, hah!" Dia menggebrak meja, kulihat sebuah parang yang tajam di tangan kirinya.
"Ada apa ini?!" Bapak panik, ia kaget tiba-tiba dituduh membunuh.
"Suamiku mati setelah berobat sama kau?!" Nada bicaranya terkesan berteriak, matanya melotot.
Tanpa basa-basi lagi, ia bacok punggung bapak dengan parang itu. Sontak aku berteriak ketakutan, darah membasahi punggung bapak. Ia ambruk ke lantai sambil meringis kesakitan. Semua orang yang sedang berobat panik lalu berhamburan ke luar rumah. Tiga orang lelaki yang tidak lain adalah pasien bapak, menahan tubuh Bu Karsih. Ia mengamuk sambil menyabetkan parang di tangannya ke sembarang arah. Beberapa lelaki terkena sayatan parang tersebut, hingga akhirnya mereka dapat menghentikan amukan Bu Karsih.
ADVERTISEMENT
Hari itu, semua pasien bubar. Kulihat wajah mereka cemas dan mulai tidak percaya pada pengobatan bapakku. Kulihat Bu Karsih terkapar pingsan. Ia digotong ke ruang tamu, sementara bapak dilarikan ke Puskesmas. Ibuku nangis sejadi-jadinya melihat bapak yang bersimbah darah. Tragedi itu terjadi sangat cepat, aku masih beruntung tidak menjadi sasaran pembacokan Bu Karsih.
***
Malamnya aku disuruh menjaga adikku di rumah, sementara ibu menemani bapak di ruang rawat inap. Secara tidak sengaja, kulihat seseorang mengendap-endap di belakang rumahku. Di tangannya ada sebuah piringan kecil yang mengepulkan asap, mungkin saja asap kemenyan. Aku tidak dapat melihat dengan jelas wajah lelaki itu.
"Hei?! Mas lagi ngapain di situ?" Kuberanikan diri menegurnya.
ADVERTISEMENT
Dia menoleh ke arahku dan pergi begitu saja. Kulihat sekilas wajahnya tua, dia memakai blangkon yang warnanya samar. Siapa lelaki itu? Dan apa yang dia lakukan di belakang rumahku?
Nantikan cerita Pamali selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten