Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Aku tahu, kamu menyangka itu hanya halusinasiku saja, bukan? Aku pun berpikir seperti itu. Sayangnya, kenyataan yang terjadi adalah semenjak pertemuan pertamaku dengan bocah misterius itu membuka jalan kepada pertemuan lainnya. Kini, malamku tidak lagi senyap, tiap menjelang jam dua belas malam aku selalu mendengar suara tawa anak-anak yang bermain di halaman rumahku, persis seperti yang diceritakan Pak Ranto dan tetangga lain kepadaku.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang juga anak-anak kurus itu memperhatikanku diam-diam dari pojok ruangan, dan menggodaku dengan tawanya yang bikin bulu tengkuk meremang.
Suara-suara itu mengingatkanku kepada suasana taman kanak-kanak di pagi hari. Namun, tentunya rumahku bukan taman kanak-kanak dan ini bukan pagi hari, melainkan tengah malam buta dan suara itu berubah jadi mengerikan untuk didengarkan. Ketika kuperiksa halaman rumah, ternyata halaman rumahku kosong. Begitu saja tiap malam, sedikit banyak suara itu membuat konsentrasiku terganggu. Pekerjaanku lambat laun banyak terbengkalai. Untungnya, bos besar di kantorku tidak marah karena itu.
“Itu tuyul Mas Danang.” Ujar Pak Ranto dengan ngotot di suatu pagi ketika kami kembali bertemu. “Tuyul ya, Pak,” aku merespon, “tapi kok uang saya gak hilang ya.”
ADVERTISEMENT
Pak Ranto tidak mau kalah, ia tetap mempertahankan argumennya, “Tuyul gak selamanya ngincer uang Mas, mungkin rumah Mas Danang dijadikan tempat bermain buat mereka. Mas Danang tetep harus hati-hati, tuyul itu makanannya darah loh Mas, dan lebih bahaya lagi kalau istri Mas sedang hamil. Janinnya bisa digangguin.”
Aku bergumam pelan sembari manggut-manggut mendengar penuturan Pak Ranto yang meski tidak bisa ditelan seluruhnya tapi ada benarnya juga. Setelah Pak Ranto bilang kalau jangan-jangan keberadaan tuyul tersebut menjadi penyebab istriku kerap kali keguguran dan aku tidak menyadarinya sama sekali.
Oke, perkataan Pak Ranto sudah melantur terlalu jauh, dokter mengatakan istriku keguguran lantaran kelelahan pekerjaan dan perjalanan jauh. Seharusnya sudah kuusir bapak-bapak mistik ini, kenapa aku tidak langsung melakukannya.
ADVERTISEMENT
Tapi, bagaimana jika perkataannya benar? Ternyata si tuyul itu bertanggung jawab atas kematian janin di kandungan istriku?
“Lalu bagaimana cara saya mengusirnya, Pak?”
Pak Ranto tersenyum menang, akhirnya aku percaya perkataannya.
“Gampang Mas, pancing saja tuyulnya lalu masukan ke dalam botol nanti saja ajarkan mantranya. Pasti berhasil,” jawab Pak Ranto.
Aku menyetujuinya.
Menurut Pak Ranto, aku harus menyediakan Yuyu, sejenis kepiting air tawar, dan menaruhnya di halaman rumah untuk menarik perhatian tuyul tersebut. Nanti ketika tuyul itu teralihkan perhatiannya, aku harus mendekati mereka seraya membawa toples bening, lalu mantra yang diajarkannya akan memenjarakan tuyul itu.
Pak Ranto menyuruhku untuk merahasiakan permasalahan ini dan memberikan tuyul itu kepadanya jika tertangkap, aku langsung saja menyetujuinya.
ADVERTISEMENT
Pada malam yang sudah direncanakan, aku sengaja menunggu istriku tertidur sebelum memulai aksi penangkapan tuyul. Aku tidak ingin membuat istriku takut. Ketika menjelang jam dua belas malam, aku menyiapkan tiga ekor Yuyu dan meletakannya di pekarangan depan, aku menunggu di balik pintu dengan toples kaca bening. Aku mengintip dari balik jendela, kali saja tuyul itu muncul.
Satu jam aku menunggu di sana, tanpa hasil. Lama kelamaan aku merasa bodoh, Pak Ranto telah berhasil memanfaatkan ketakutan untuk membodohiku. Bagaimana bisa orang pintar sepertiku dibodohi olehnya, aku menggeram kesal dan memutuskan untuk pergi. Niatku berhenti saat anak-anak kurus telanjang mulai muncul dari sudut pekarangan yang gelap. Tidak hanya satu, tapi ada empat bocah gundul bermata hitam.
ADVERTISEMENT