Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1


ADVERTISEMENT
Apakah kamu percaya pada hantu? Aku harus menanyakannya padamu, jujur saja, di malam-malam sunyi ketika aku berada di kamarku, di saat aku mendengar suara tangisan yang pelan dan sayup dari kejauhan.
ADVERTISEMENT
Tangisan itu tertutup kabut, tepat di mana cahaya terang sekali pun tidak akan menembusnya, tidak ada apa-apa di sana kecuali kegelapan malam. Tanya kadang mampir di kepalaku, suara siapa gerangan itu? Apakah ada gadis lain di desa ini yang doyan tidur malam seperti diriku?
Aku meragukannya, karena gadis mana yang kuat tidak tidur setelah seharian berada di sawah, menggiling batang-batang padi menjadi gabah dan menyimpannya di lumbung untuk kemudian dipecahkan jadi beras. Seperti itulah hari-hari gadis seperti diriku di desa ini, tidak heran jika rupa mereka tidak karuan. Kulit mereka yang sudah cokelat kemudian menghitam lantaran terbakar sinar matahari, rambut panjang mereka jadi kering sebab dijemur tengah hari buta, bau badan mereka? Jangan ditanya, baunya lebih buruk ketimbang bau prengus.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain aku berbeda sekali, sedari kecil kedua orang tuaku tidak pernah memberikanku bekerja kasar di sawah. Paling-paling aku hanya disuruh mengantarkan makan siang kepada mereka, sisanya aku tinggal di rumah dan kadang membantu ibu memasak di dapur.
“Perempuan harus cantik kalo mau punya masa depan bagus.” Kata Bapak suatu hari di ruang tamu kami yang sederhana.
Meski tidak mengenyam pendidikan tinggi dan seorang buruh tani, ayah tidak pernah membiarkan aku didekati oleh lelaki miskin. Terang sekali ia tidak ingin lelaki yang setara dengan dirinya menikahiku, aku harus dapat lelaki kaya yang terhormat untuk mengangkat derajat keluargaku. Itulah alasan utama Bapak menjagaku di dalam rumah.
“Menikahlah dengan lelaki yang dapat membahagiakanmu, ibu sama bapak enggak mau lihat kamu susah seperti kami ini.” ujar ibu mengimbangi perkataan bapak sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Aku sangat mengerti, tidak marah sama sekali. Jika dengan mendapatkan pria yang kaya dan terhormat akan membuat mereka bahagia, maka aku rela.
Pikiranku mendadak kosong dan suara tangis itu terdengar semakin keras. Aku bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela, mengintip sedikit dari tepi jendela, aku dapat melihat seorang perempuan duduk di salah satu batu besar di tanah kosong tepat di seberang rumahku. Tanah itu dibiarkan kosong begitu saja. Dengar-dengar dari orang desa, rencananya akan dibangun perumahan di sana. Namun siapa yang mau tinggal di dekat kuburan?
Darahku naik ke atas ketika melihat perempuan itu dari jauh, ia duduk bertumpang kaki membelakangiku. Aku jadi teringat legenda tanah kosong itu, konon di tanah itu ada kuburan tua yang kemudian tergusur. Salah satu gadis generasi pertama di desa ini terkubur di sana karena mati setelah melahirkan anaknya. Semenjak itu, arwahnya kerap terlihat di sana, menangisi anaknya yang mati bersama dirinya namun tidak dikubur bersamanya.
ADVERTISEMENT
Aku langsung melesat kembali ke tempat tidur keburu sesuatu yang buruk terjadi, aku tidak mau perempuan itu tahu aku memperhatikannya. Bisa-bisa ia mampir ke sini, bisa mati aku dibuatnya.
Kehadiran cerita di desaku itu adalah alasan pertama aku percaya terhadap dunia yang tak kasat mata. Seorang temanku bernama Wati pernah mengatakan padaku bahwa arwah gentayangan karena ada urusan yang belum selesai di dunia, jadi mereka penasaran dan tertahan di dunia ini selamanya. Perempuan itu bisa saja menangisi jabang bayinya yang hilang sehingga langkahnya terhenti menuju peristirahatannya yang terakhir dan siapa saja yang lewat ketika ia duduk di tempatnya, siap-siap saja diganggu.
Kadang ia muncul dengan wujud yang sangat menyeramkan, wujudnya setengah busuk dengan rambut penuh tanah kuburan dan kedua kelopak matanya dipenuhi belatung. Menurut mereka yang pernah melihat sosok itu, belatung tumpah dari kelopak matanya seperti air dari keran yang bocor.
ADVERTISEMENT
Sudahlah, aku tidak mau lagi membahas arwah perempuan itu. Aku bisa mati ketakutan dibuatnya.
Senang membaca kisah horor seperti ini, klik tombol subscribe di bawah untuk mendapatkan notifikasi setiap ada kisah horor terbaru dari mbah ngesot.