Mbah Ngesot

Sekolah Angker: Nama Kamu Siapa? (Part 1)

14 Februari 2020 12:32 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekolah Angker Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah Angker Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
"Gina, lu serius berani sendiri?"
Fika mengarahkan cahaya senter ke gedung sekolah tiga lantai. Tak ada lampu yang menyala di gedung itu, mungkin listriknya sedang mati.
ADVERTISEMENT
"Iya Fik. Itu jam tangan pemberian almarhum nyokap gua. Takut ilang kalau nggak diambil sekarang."
"Lagian lu ada-ada aja pake lupa segala. Eh, gua nggak berani nganter lu masuk ke kelas, ya. Gua nunggu di sini."
"Iya nggak apa-apa. Lu jagain motor gua."
"Eh, tapi gua juga takut sendirian di sini gimana dong?" Fika merengek.
"Lu tenang aja. Gua pasti nggak akan lama-lama."
Gina membuka gerbang sekolah yang kebetulan tidak dikunci. Sekolah SMA Setia Bakti memang tidak ada satpamnya. Pihak sekolah sudah membuka lowongan, tapi tidak ada orang yang berani melamar. Banyak cerita horor yang beredar dari mulut ke mulut tentang sekolah itu.
"Gin, tunggu. Lu yakin mau masuk," Fika menarik lengan bajunya Gina.
ADVERTISEMENT
"Eh, gua kan udah bilang kalau gua yakin mau masuk. Lagian sumpah ya gua nggak percaya yang namanya hantu-hantuan. Fiktif itu."
"Ih...! Gina jangan sembarangan ih kalau ngomong. Ya udah sana, cepat balik lagi, ya."
Gina berjalan perlahan sambil melihat sekeliling. Senter yang ia bawa diarahkan ke tangga gedung. Kelasnya ada di lantai tiga. Ia heran kenapa listrik sekolah mati? Padahal di perjalanan menuju sekolah, ia melihat listrik di warung-warung angkringan pinggir jalan masih menyala.
Perlahan dan dengan hati-hati Gina menaiki anak tangga. Sekelilingnya gelap hanya cahaya senter yang menjadi penerang. Ia berhenti sejenak mengatur napas, tubuhnya yang gemuk seakan tak sanggup lagi menaiki anak tangga. Setelah mengatur napas, ia kembali melanjutkan langkahnya. Akhirnya ia sampai di lantai tiga, satu per satu ia melewati ruang kelas. Kebetulan kelasnya Gina ada di paling ujung, tidak ada rasa takut sedikit pun dalam dirinya. Gina memang gadis pemberani.
ADVERTISEMENT
Pintu kelasnya tidak dikunci, suara engsel berderit saat Gina membuka pintu. Ia menyorot sekeliling ruangan dengan cahaya senter. Bangku-bangku kelas ditata rapi di atas meja, ruangannya bersih tidak ada sampah sedikit pun. Segera ia menuju tempat duduknya yang berada di baris kedua paling kanan. Dirogohnya kolong meja lalu ia tersenyum sambil menghembuskan napas lega.
"Untung masih ada."
Ia kenakan jam tangan itu. Setelah itu bergegas untuk pulang, tapi saat akan menuju anak tangga. Ia melihat bercak lumpur membentuk jejak sepatu seseorang di atas lantai. Jejak sepatu siapa ini? Karena penasaran, Gina mengikuti arah jejak sepatu yang ia temukan. Semakin ia ikuti, semakin ia mendengar dengan jelas suara perempuan yang sedang menangis dengan suara yang halus dan kecil. Suara yang ia dengar mengarah ke ruang kelas paling tengah, tepatnya kelas 2 A.
ADVERTISEMENT
Ragu-ragu Gina mendorong pintu. Disorotkan cahaya senternya ke arah jendela paling pojok. Di sana berdiri seorang wanita berambut sepinggang yang masih mengenakan seragam sekolah lengkap dengan sepatu kulit hitam dan kaos kaki selutut berdiri di atas jendela sambil membelakangi Gina. Perempuan itu menangis pilu. Gina perlahan menghampirinya.
"Hai, kamu kenapa nangis? Kok malem-malem masih di sini?" Tanya Gina.
Wanita itu tidak menjawab malah tetap menangis.
"Eh, kaki kamu berdarah tuh." Gina melihat darah kental mengalir dari dalam rok wanita itu.
"Nama kamu siapa?" Gina menyentuh lengan wanita di hadapannya, terasa dingin.
Bukannya menjawab wanita di hadapannya malah loncat, menjatuhkan dirinya sendiri. Sontak saja, Gina berteriak. Ia melihat tubuh wanita itu terkapar di belakang sekolah. Buru-buru ia menuruni tangga.
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Sekolah Angker selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten