Part 4 - Kim.jpg

Tahun Baru di Hutan Terlarang: Kim (Part 4)

5 Januari 2020 17:36 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kim. (Foto: Masayu Antarnusa)
zoom-in-whitePerbesar
Kim. (Foto: Masayu Antarnusa)
ADVERTISEMENT
Setelah mendapat telepon panggilan interview, Wisnu sangat bersemangat untuk menghadirinya. Ia mengajak Ika yang akhir-akhir ini hubungan mereka semakin dekat. Mungkin karena Wisnu merasa satu hobi dengan Ika. Lagi pula, Ika adalah wanita yang baik dan perhatian. Wisnu merasa nyaman di dekatnya.
ADVERTISEMENT
Ia dipanggil ke dalam sebuah ruangan interview, sementara Ika menunggu di loby. Dalam ruangan itu ada dua orang kandidat lainnya; dua-duanya perempuan. Yang satu terlihat tomboi, mengenakan jaket jeans hitam dan celana levis serta sepatu converse. Sedangkan perempuan yang satunya mengenakan rok biru dan baju kaos ping terlihat lebih feminim, wajahnya juga oriental. Bolehlah dikatakan mirip anggota girlband asal Korea Selatan; putih, mulus, tinggi semampai, dan murah senyum. Wisnu bahkan melihatnya tersenyum terus dari semenjak ketemu di loby. Berbeda dengan perempuan yang tomboi, dia terlihat lebih serius dan siap menjadi detektif handal.
Wisnu tahu kalau posisi ini hanya butuh dua orang saja. Jadi, akan ada satu orang yang gugur. Ia sangat percaya diri kalau akan diterima di perusahaan itu karena dialah satu-satunya lelaki yang mengikuti interview. Bapak HRD di hadapannya bertubuh kurus, mengenakan kemeja putih sederhana. Kemeja itu terlihat transparan sehingga menampakkan kaos singletnya. Ia tidak mengenakan dasi, sebuah pulpen terselit di saku kemejanya. Wajah bapak HRD terlihat ramah, matanya sendu seperti mengantuk, tapi memang bawaannya seperti itu. Di hadapannya sudah ada tumpukan map; CV para kandidat yang ia print tadi pagi.
ADVERTISEMENT
“OKE!” bentaknya sambil menggebrak meja memecah keheningan, tapi mengangetkan semua kandidat di hadapannya. Perempuan yang feminim hampir saja terjengkang dari tempat duduk.
“Iya, Pak,” timpal Wisnu.
“Iya apanya?” balas bapak HRD.
Wisnu celingkukan, tidak bisa menjawab. Perempuan feminim di sampingnya menutup mulut, menahan tawa.
“Jadi, kalian mau jadi detektif?”
“Iya, pak,” jawab Wisnu.
“Iya apanya,” balas bapak HRD.
“Ma... mau jadi detektif.”
“Ya nggak usah dijawab kali, itu kan basa-basi,” bapak HRD malah bercanda.
“Saya mulai dari mana, ya?” bapak HRD membuka lembaran CV di hadapannya.
“Fika Viola Anatasya.”
“Saya, Pak,” jawab perempuan tomboi dengan tegas dan tatapan tajam.
“Hobi kamu apa?”
“Berburu babi, Pak. Saya tangguh, bisa berkelahi. Dan dapat memecahkan berbagai kasus. Saya juga pernah ikut komunitas detektif di kampus saya,” jawabnya dengan jelas dan tegas.
ADVERTISEMENT
“Hebat!” bapak HRD mengacungkan jempol.
“Afriana Meiskara Sudarjono. Ribet nama kamu. Panggilanya apa?”
Perempuan feminim itu malah tersenyum, “Panggil saja saya Kim.”
“Kim?” bapak HRD mengerutkan dahi, “Jauh banget.”
“Iya itu nama Korea saya hehehe.”
“Hobi kamu apa?”
“Nonton anime Pak. Saya suka nonton Saitama, Naruto, Boruto, Anohana the Flower, Angel Beats, Chobits, Ai Yori Aoshi, Nyankoi, dan ....”
“Cukup! Cukup!” bapak HRD pengap mendengar ocehan Kim.
“Selain nonton anime ada lagi?”
“Oh, tentu. Saya suka boyband dan girlband Korea.”
“Oke cukup!” wajah Bapak HRD tampak kelelahan.
“Wisnu... Wisnu. Sekarang kamu, hobi kamu apa?”
“Siap, Pak! Saya suka baca novel detektif seperti sherlock holmes dan menonton film-film detektif yang membuat saya terinspirasi untuk menjadi bagian dari perusahaan ini. Saya yakin kalau saya layak mendapatkan pekerjaan ini.”
ADVERTISEMENT
“Oke, udah tahu kan kalau hanya dua kandidat yang diterima di perusahaan ini. Kami butuh orang-orang yang profesional untuk menangani kasus yang sangat sukar dipecahkan. Nanti yang keterima akan mendampingi tiga orang detektif senior di perusahaan ini untuk memecahkan sebuah kasus hilangnya perempuan bernama Safirah dan kekasihnya Daud di hutan dekat kampung Ciliman.”
Ketika kandidat itu mengangguk paham.
“Baik setelah saya pertimbangkan. Yang diterima diperusahaan ini adalah Wisnu dan Kim.”
Wisnu dan Fika terheran-heran kenapa Kim diterima. Tapi, mereka tidak mau banyak protes. Fika akhirnya pamit dari ruangan itu dengan wajah kesal dan tidak terima.
“Kenapa saya pilih Kim? Jadi detektif itu pekerjaan yang jenuh. Sedikit banyak Kim bisa menjadi teman penghibur di sana,” kata bapak HRD sambil tertawa.
ADVERTISEMENT
Ia meraih gagang telepon, “Ya, tolong suruh tiga detektif senior menghadap ke ruangan saya ya.”
“Boleh tanya sesuatu, Pak?” Wisnu mengacungkan lengannya.
“Iya.”
“Nama bapak siapa.”
“Saya tidak mau memberi tahu nama saya. Cari tahu sendiri. Itu latihan awal kamu buat jadi detektif!”
___
Nantikan cerita Tahun Baru di Hutan Terlarang selanjutnya. Biar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten