part 3 square.jpg

Tersesat di Nusakambangan: Rencana (Part 3)

21 Januari 2020 12:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tersesat di Nusakambangan. Foto: Masayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tersesat di Nusakambangan. Foto: Masayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Malam semakin larut, Roni tiba di Lapas Batu; sebuah lapas untuk narapidana kelas kakap. Dua orang polisi berbadan kekar memegangi pundaknya dan mengawalnya menuju gerbang lapas. Di sana, Roni disambut dua orang lelaki berperut buncit yang mengenakan seragam dinas lengkap dengan sepatu boot hitam. Dibukanya pintu gerbang tersebut, terdengar nyaring suara denyit gesekan roda gerbang, membuat ngilu di telinga.
ADVERTISEMENT
"Ya, masuk," suruh petugas berseragam dinas.
Langkah Roni terasa berat, ia tidak menyangka kalau hidupnya akan berakhir di Nusakambangan. Kepalanya menengok ke kiri dan ke kanan, memerhatikan sekeliling. Pagar penjara sangat tinggi dan di ujungnya terdapat kawat duri yang dipasangkan dengan rapi. Sementara di sudut-sudut pagarnya terdapat posko pemantau. Di atas sana, ada petugas yang berjaga dua puluh empat jam. Mereka semua adalah para penembak jitu dengan senapan laras panjang yang siap menembak siapa pun yang berani kabur dari lapas. Penjagaan bukan hanya sampai di situ, lampu tembak juga terpasang di sudut-sudut pagar penjara untuk memudahkan pemantauan di malam hari. Dengan penjagaan yang sangat ketat, mustahil bagi Roni untuk bisa kabur dari lapas.
ADVERTISEMENT
Tiba di pos pemeriksaan, baju Roni dilucuti dan disuruh ganti dengan baju tahanan yang baru. Setelah berganti pakaian, Roni diminta menyebutkan beberapa informasi diri, petugas sibuk mencatatnya. Setelah itu, ia digiring kembali melintasi sebuah koridor. Di sana, ada sel-sel tahanan yang hanya di isi satu orang per sel. Ia kemudian dimasukkan ke dalam sel tahanan nomor sebelas.
"Masuk," suruh petugas.
Roni tidak menimpali, ia berjalan perlahan masuk ke sel tersebut.
"Tanganmu," pinta penjaga tersebut.
Dari dalam penjara, Roni menyodorkan kedua lengannya melalui teralis penjara. Petugas itu membuka borgol Roni dan tersenyum satire.
"Selamat bermalam di hotel Nusakambangan, boy," kata petugas itu sambil menatap Roni.
"Tunggu, Pak," sesaat sebelum petugas itu beranjak, Roni memanggilnya.
ADVERTISEMENT
"Iya?" petugas menghentikan langkahnya.
"Nama Bapak siapa?" tanya Roni.
"Rojak, panggil saja Pak Rojak. Baik-baik di sini, jangan buat masalah," saran Pak Rojak.
Ia kemudian berlalu sambil bersiul-siul. Satu sel tahanan hanya di isi satu orang saja demi menjaga keamanan. Roni melangkah mundur lalu duduk lesu di atas sebuah ranjang kayu, di atas ranjang itu ada sebuah kasur lantai yang sudah apek dan kempes karena termakan usia. Juga bantal kecil dan selimut tipis tergeletak di ujung ranjang. Sementara di pojok kanan ruang tahanan, ada sebuah toilet duduk yang sudah sangat usang. Dudukan toilet itu dekil dan pecah-pecah. Di samping toilet, ada sebuah wastafel kecil dan cermin yang retak di sana-sini.
ADVERTISEMENT
Dinding sel Roni terlihat tua dan catnya pudar, ada bekas air hujan yang merembes pada dinding tersebut, sehingga kalau disentuh maka akan terasa basah di telapak tangan. Roni melangkah menuju wastafel, ia menyalakan airnya dan melihat pantulan wajahnya di cermin. Wajahnya terlihat sangat kusut, sungguh ia tidak pernah menyangka hidupnya sebentar lagi akan berakhir. Seketika saja, ia teringat anak dan istrinya yang sekarang entah di mana. Lima tahun yang lalu ia menceraikan istrinya, juga menelantarkan anaknya. Sialnya, dia belum sempat minta maaf sampai detik ini.
Tidak. Ia tidak mau mati di sini. Lebih baik mati ditembak saat melarikan diri ketimbang menyerahkan nyawa di hadapan regu tembak. Maka malam itu juga, dalam sel tahanannya, ia berencana untuk kabur. Entah dengan cara apa, ia harus benar-benar memikirkannya sebelum hari eksekusinya tiba.
ADVERTISEMENT
Saat benak Roni sedang memikirkan cara untuk kabur, tiba-tiba saja jatuh setetes darah dari atas mengenai rambutnya. Ia terkejut lalu mendongak ke atas, tapi tidak ada apa-apa.
Nantikan cerita Tersesat di Nusakambangan selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten