part 10 square(1).jpg

Tragedi Pabrik Berhantu: Dia Pelakunya (Part 10)

18 April 2020 17:28 WIB
comment
36
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor 'Tragedi Pabrik Berhantu'. Foto: Massayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor 'Tragedi Pabrik Berhantu'. Foto: Massayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Lampu menyala kembali. Kali ini tidak ada gedung pabrik. Sejauh mata memandang hanya ada hamparan pekuburan. Aku ingat kalau ini masih halaman pabrik tempatku bekerja. Ada jalan raya yang tidak jauh dari sana.
ADVERTISEMENT
"Nah, ini dia lahannya. Nanti kita gusur kuburan ini dari ujung sana sampai ke sini," kudengar sebuah obrolan dari belakangku. Aku membalikkan badan.
Mungkin jaraknya hanya sepelemparan batu dari tempatku berdiri. Ada dua lelaki dan seorang wanita yang tidak asing bagiku. Wanita itu adalah Mona. Sedang apa dia di sana?
"Pokoknya saya mau pembangunan pabrik lampu saya lancar ya. Saya tidak mau ada kendala masalah lahan," timpal lelaki tua berbadan kurus yang mengenakan jas hitam dan kemeja putih layaknya bos besar.
"Baik, Pak."
"Kalau ada apa-apa kamu bisa hubungin anak saya," tambah lelaki itu sambil menyentuh pundak Mona.
"Beres, Pak. Saya jamin tidak akan ada kendala pembebasan lahan."
ADVERTISEMENT
***
Lampu kembali padam. Seketika gelap gulita. Aku tidak dapat melihat apa pun. Tidak lama berselang, lampu menyala kembali. Aku berada di gedung baru. Ini tempatku bekerja. Di dalam gedung itu ada Mona dan seorang lelaki tua. Mereka terlihat sedang bingung.
"Pabrik kita terus rugi, Pak. Pasti gara-gara tugu ini," Mona menunjuk tugu keramat.
"Kita harus cari jalan keluarnya, Nak. Bapak tidak mau pabrik ini bangkrut cuma gara-gara tugu sialan itu."
"Kita coba hancurkan lagi, Pak."
"Tidak akan berhasil. Kamu lihat sendiri dulu pas awal pembangunan, bulldozer pun tidak sanggup menghancurkan tugu itu. Kata orang, ada dukun sakti yang dikubur di bawahnya," lelaki tua menyentuh keningnya, terlihat sangat bingung.
ADVERTISEMENT
"Kita cari orang pintar saja, Pak."
"Dukun?"
"Iya. Siapa tahu dia bisa mengusir setan yang membuat kita rugi terus," kata Mona.
Setelah itu, wajahku seperti diterpa cahaya yang sangat menyilaukan mata. Kejadian demi kejadian melintas di hadapanku. Setiap tahun Mona membunuh karyawannya untuk dijadikan tumbal. Yang dia incar adalah karyawan kelas bawah. Perlahan pabriknya mulai tumbuh. Mona dan bapaknya meraup untung besar.
Tubuhku terlempar lagi. Kali ini kembali ke tempat semula saat aku dibunuh. Anehnya, gedung itu kini dipenuhi para wanita. Mereka menangis meminta pulang. Tapi, tidak satu pun yang bisa keluar dari gedung tersebut.
Keesokan harinya, kulihat bapakku datang ke pabrik untuk mencariku. Aku berteriak minta tolong sambil menggapai-gapai lenganku ke arah bapak. Tapi, bapak sama sekali tidak mendengarku. Bapak panik, lalu menangis di depan gedung tempatku bekerja.
ADVERTISEMENT
Surya ternyata masih hidup. Ia berusaha membantu bapak untuk mencariku. Hingga bertahun-tahun kemudian, aku tetap menjadi penghuni gedung pabrik ini bersama puluhan wanita lainnya yang menjadi tumbal.
Setiap tahun jumlah kami selalu bertambah. Aku sering melihat Mona menyamar menjadi karyawan baru dan memilih tumbal yang tepat. Kami menangis siang dan malam. Tapi, tidak ada satu pun yang mendengar tangaisan kami.
Mona, kau benar-benar iblis!

SELESAI
___
Nantikan cerita Tragedi Pabrik Berhantu selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:

Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten