Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu

Tragedi Pabrik Berhantu: Kematian Diana (Part 4)

13 April 2020 13:43 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu. Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu. Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
Satu minggu berlalu kasus pencurian jenazah Herni belum juga terkuak. Sampai saat ini, liang lahatnya masih dilingkari garis polisi. Belum ada satu pun petunjuk untuk kasus ini. Semenjak kejadian itu, penjagaan di TPU semakin ketat, warga bergantian ronda di sana.
ADVERTISEMENT
Aku dan teman-teman yang lain masih membicarakan jenazah Herni yang dicuri. Kami duduk di meja kantin untuk makan malam. Kebetulan aku, Diana, dan Surya sedang lembur. Kami masuk kerja jam 7 malam sampai jam 7 pagi.
Kantin pabrik lumayan luas, bisa muat dua ratus karyawan. Semua makanan di sana juga gratis, karyawan bebas memilih makanan apa pun yang mereka mau. Tapi, terkadang aku membawa makanan sendiri dari rumah karena bagiku makanan di pabrik kurang enak.
Aku menoleh ke kanan, di sana ada Mona yang sedang duduk sendirian menikmati makanannya. Aku masih penasaran dengan wanita itu, bukan karena penampilannya yang selalu menor dan seksi, tapi aku curiga kalau kematian Herni ada kaitannya dengan Mona. Soalnya Herni kesurupan tepat setelah menghina Mona.
ADVERTISEMENT
"Eh ada si Mona, tuh," Diana ternyata menyadari juga kalau ada Mona.
"Cantik ya dia," timpal Surya.
"Huh dasar buaya," ledek Diana.
"Aku jijik sama penampilannya, lihat deh. Celananya ketat banget, bawahan bajunya diiket sampe kelihatan udelnya. Udah kayak mau ke diskotik aja," kata Diana sambil memperhatikan Mona.
"Diana, kamu jangan sembarangan ngatain dia. Kamu masih ingat nggak kalau Herni mati tepat setelah ngatain si Mona."
"Aduh bener juga. Gimana nih aku takut," Diana meletakkan sendoknya, wajahnya mengkerut ketakutan.
Tiba-tiba Mona menoleh ke arah kami lalu tersenyum sambil melambaikan tangan. Kami balas mengangguk, aku mengajaknya untuk bergabung dengan kami.
"Sini Mona," ajakku dari kejauhan.
ADVERTISEMENT
Dia mendekat membawa makanannya, gaya berjalannya memang seperti dibuat-buat. Sudah macam model papan atas. Ia duduk di sampingku, Diana sangat ketakutan melihat Mona. Aku tahu Diana berusaha untuk bersikap tenang.
"Aku ikut nimbrung ya," parfum Mona seketika tercium sangat menyengat.
"Iya silakan Mona," aku dan Surya kompak menyambutnya.
"Ternyata kalian juga lembur ya," aku tahu Mona hanya berbasa-basi.
"Ia Mon," timpal Diana.
Suasana menjadi canggung. Yang aktif mengobrol hanya Surya, aku sesekali menimpali saja. Diana hanya mengangguk tanpa ikut mengobrol. Aku tahu dia masih ketakutan. Kami tidak berlama-lama, setelah selesai makan, kami langsung kembali bekerja.
Sekitar jam 2 dini hari, aku masih sibuk bekerja. Radio dinyalakan dengan volume besar, menyiarkan lagu Arie Wibowo 'Madu dan Racun' para karyawan sesekali menari-nari kecil untuk mengusir kantuk.
ADVERTISEMENT
"Aku ke toilet dulu ya. Kebelet pipis nih," pinta Diana.
"Oh iya, Na," aku menoleh padanya sambil tersenyum. Tanganku sibuk memasukkan lampu ke dalam kardus.
Sampai jam 3 dini hari, Diana tidak kunjung kembali. Aku khawatir dan buru-buru menyusulnya ke toilet. Ada tiga pintu toilet di sana, dan salah satunya terkunci rapat. Di lantai ada genangan darah, aku panik, kugedor pintu toilet itu sambil memanggil namanya. Kucoba dobrak pintunya, tapi tidak bisa.
Segera aku lari ke pos satpam. Pak Sutyo dan tiga rekannya segera berlari ke toilet wanita. Mereka dengan sekuat tenaga mendobrak toilet itu. Ketika pintu berhasil didobrak, aku berteriak sambil menangis melihat Diana terkapar tidak bernyawa. Ada luka di bagian leher seperti ada yang menggoroknya. Sebuah golok tergeletak di samping kloset, memberi kesan kalau Diana bunuh diri. Namun, aku tahu betul sifat temanku itu, tidak mungkin dia berani bunuh diri. Ini pasti pembunuhan!
ADVERTISEMENT
___
Nantikan cerita Tragedi Pabrik Berhantu selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten