Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu

Tragedi Pabrik Berhantu: Sajenan Pabrik (Part 6)

15 April 2020 16:25 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu. Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu. Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
Sebelum sempat kuhampiri, Mona sudah pergi. Wanita itu sangat misterius. Aku harus mencari tahu lebih dalam tentangnya. Aku curiga kalau dialah yang membunuh teman-temanku. Terlebih aku juga heran, kenapa dia sering sekali muncul secara tiba-tiba seperti sedang mengikutiku.
ADVERTISEMENT
"Aku rasa si Mona ngikutin kita."
"Ah, mungkin hanya kebetulan aja kali," kata Surya.
Setelah mencoba semua wahana di pasar malam, kami bergegas pulang. Aku sebenarnya sempat menoleh ke sekeliling, siapa tahu si Mona masih ada di sekitar pasar. Tapi, tidak sama sekali kutemukan batang hidungnya.
Sesampainya di rumah, Surya tidak mau mampir. Ia langsung pamit begitu saja seperti sedang terburu-buru. Aku masih kepikiran tentang Mona. Kalau memang benar dia pembunuhnya, lalu bagaimana caraku membuktikan dan mengungkap pembunuhan itu?
Setelah cuci muka, aku membaringkan tubuh di atas kasur. Aku harus cepat tidur karena besok shift pagi. Namun, saat tertidur, aku mengalami mimpi aneh malam itu, seperti sedang berada di tengah hutan. Dari arah belakang ada tiga bola api melayang mengejarku.
ADVERTISEMENT
Aku lari sekuat tenaga. Tapi, bola api itu melayang dengan cepat hingga menggapai dan membakar punggungku. Saat itulah, tiba-tiba Surya muncul lalu memadamkan api yang membakar punggung. Ia juga mengusir bola api tersebut.
Aku tergelagap bangun dengan napas terengah-engah. Keringat membasahi dahi. Segera kuraih segelas air di meja dekat tempat tidurku. Kulirik jam dinding, ternyata sudah jam 5 pagi. Aku harus menyiapkan sarapan untuk bapak.
Saat turun dari tempat tidur, kakiku menginjak sesuatu yang aneh. Aku merasakan sebuah cairan seperti lendir. Cairan itu lengket dan menjijikan. Bukan hanya di bawah tempat tidur, ternyata lendir itu memenuhi seluruh lantai kamarku.
Lendir itu tidak bau, hanya lengket saja. Tapi, itu benar-benat menjijikkan. Dengan dibantu Bapak, aku membersihkan lantai kamarku. Bapakku juga heran kenapa tiba-tiba ada lendir di dalam kamar.
ADVERTISEMENT
***
Aku tiba di pabrik tepat waktu. Terlihat Mona sudah sibuk mengepak lampu ke dalam kardus. Nanti pas jam makan siang akan kuhampiri dia untuk menanyakan perihal semalam. Kali ini, aku akan lebih hati-hati saat berbicara dengannya.
Dari tadi aku belum melihat Surya. Apa dia berbeda shift denganku hari ini? Ah, tapi apa peduliku. Entah kenapa semakin lama aku semakin nyaman bersama si Surya. Mungkin kali ini dia berhasil meluluhkan hatiku.
"Pengumuman! Bagi semua karyawan di gedung produksi harap menghentikan aktivitasnya terlebih dahulu. Pihak pabrik akan mengadakan ritual sajenan demi kelancaran operasional pabrik."
Pengumuman itu terdengar dari pengeras suara yang terpasang di sudut-sudut gedung. Semua karyawan seketika menghentikan aktivitasnya. Segerombolan orang berpakaian hitam muncul dari luar. Mereka membawa nasi tumpeng, buah-buahan, ayam cemani, dan sajenan lainnya.
ADVERTISEMENT
Mereka meletakkan sajenan itu di depan tugu keramat. Dua orang wanita menari-nari seperti sedang melakukan tarian ritual yang aneh. Dua dukun membaca mantra dengan sangat keras, sedangkan yang lain hanya duduk sila menghadap tugu.
"Ngusir setan kok pake tarian. Aneh banget," bisik Ulfa di telingaku. Dia teman satu shift denganku hari ini.
"Iya, dukun palsu kali. Masa mau ritual aja rame-rame gitu. Udah kayak mau ngantre sembako," aku tidak percaya dengan kesaktian dukun-dukun itu.
"Jangan-jangan mereka satu keluarga," Ulfa tertawa kecil.
"Mungkin saja iya. Eh, tapi aku nggak habis pikir kenapa yang punya pabrik percaya sama dukun," kulirihkan suaraku.
"Mungkin karena udah ada dua karyawan mati tiba-tiba. Makanya mereka minta tolong sama dukun," jelas Ulfa.
ADVERTISEMENT
"Hm... bisa jadi sih."
Setelah selesai menari-nari dan membaca mantra, mereka keluar dari gedung. Terlihat sangat aneh dan konyol, pikirku.
Seperti yang sudah kurencanakan, aku menghampiri Mona saat jam makan siang di kantin pabrik. Dia sedang duduk bersama seorang lelaki. Tapi, aku tidak kenal lelaki itu. Yang jelas dia adalah karyawan pabrik juga.
"Hai, boleh aku gabung?" aku meletakkan botol minum dan wadah makanan di meja mereka.
"Oh... hai, Desi, silakan. Gabung saja sini," Mona dengan ramah mempersilakanku.
Kantin pabrik sedang ramai sekali sehingga dapat terdengar gemuruh para karyawan yang sedang makan siang sambil mengobrol. Awalnya aku hanya berbasa-basi mengobrol dengan mereka berdua tentang hal-hal sepele. Namun, sebelum menyelesaikan makan siang, aku masuk ke inti pembicaraan.
ADVERTISEMENT
"Oh iya, semalam aku sempat lihat kamu di pasar malam. Itu beneran kamu bukan sih?"
"Oh, iya. Semalam aku jalan sama pacarku ke pasar malam dan enggak sengaja lihat kamu naik bianglala."
"Pacarmu?"
"Iya aku pacarnya, Mona," lelaki di sampingku menyela obrolan.
"Oh... iya ya. Kukira kamu ngikutin aku."
"Maksudnya gimana?" Mona tersenyum sambil mengerutkan dahi.
"Em... lupakan, jangan dibahas lagi," aku nyengir malu.
***
Dua hari kemudian, aku kembali mendengar kabar buruk kalau kuburan Diana ada yang membongkar. Mayatnya juga hilang. Lagi-lagi pencurian mayat terjadi. Ini aneh sekali, setiap temanku mati pasti mayatnya dicuri. Ada apa sebenarnya dengan mereka?
___
Nantikan cerita Tragedi Pabrik Berhantu selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten