Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu

Tragedi Pabrik Berhantu: Tugu Keramat (Part 5)

14 April 2020 11:45 WIB
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu. Foto: Masayu Antarnusa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor pabrik berhantu. Foto: Masayu Antarnusa
ADVERTISEMENT
Jenazah Diana dibawa ke kampung. Pihak keluarga ingin menguburkannya di kampung halaman. Kasus ditutup begitu saja dengan dugaan kalau Diana bunuh diri, tapi aku yakin sekali kalau Diana mati dibunuh.
ADVERTISEMENT
Anehnya lagi, orang-orang pabrik malah menduga kalau Diana kualat tugu keramat. Persetan dengan tugu itu, dua temanku sudah mati. Aku harus menyelidiki siapa dalang di balik semua ini.
"Desi!" aku baru mau pulang setelah seharian bekerja, tiba-tiba Surya menyapaku dari belakang.
"Iya Surya?"
"Des, kamu besok libur kan?"
Aku diam sejenak, dari mana dia tahu jadwal kerjaku?
"I... iya libur. Kok tahu, ya?"
"Oh, aku tadi tanya ke Pak Yogi, atasan kamu."
"Ada apa ya, Surya?"
"Jadi gini Des, kebetulan besok di Jati ada pasar malam. Aku mau ajak kamu ke pasar malam, mau yah?"
"Em... pasar malam, ya? Gimana, ya?"
"Ayolah, nanti kita sambil ngobrolin kasus kematian Diana."
ADVERTISEMENT
Baiklah apa salahnya menerima ajakan Surya, aku pun mengangguk. Ini ajakan pertamanya yang aku terima, entah sudah berapa ratus kali dia mengajakku jalan-jalan dan selalu kutolak.
"Jemput, ya," kataku sambil tersenyum.
"Siap komandan!" Surya malah hormat, aku tertawa melihatnya.
Keesokan malamnya, aku mematut diri di depan cermin. Menjajal satu-persatu pakaian yang menurutku bagus. Entah kenapa aku merasa ingin tampil semaksimal mungkin di hadapan Surya nanti malam. Pilihanku jatuh pada baju kaus putih bergambar wajah Marilyn Monroe. Sedangkan untuk celananya, aku memilih celana jeans biru yang tidak terlalu ketat.
"Anak Bapak jam segini dandan, mau ke mana sih, Nak," saat aku duduk di ruang tamu sambil menunggu Surya, tiba-tiba bapak muncul.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian duduk di sampingku. Aku anak tunggal, sedangkan Ibu sudah lama meninggal. Jadinya hanya tinggal aku dan Bapak yang tinggal di rumah ini. Perawakan bapakku gendut, ia gampang sekali merasa gerah. Makanya ia sering sekali terlihat hanya mengenakan sarung dan kaus singlet sambil kipasan.
"Aku mau main ke pasar malam, Pak."
"Sama pacarmu?"
"Bukanlah,"
Bapak malah ketawa.
"Des, bapak saranin kamu agar cepat nikah. Bapak mau banget punya cucu."
"Belum kepikiran, Pak," jawabku singkat.
Tidak lama kemudian, terdengar suara motor berhenti di depan rumahku. Aku yakin sekali itu pasti motor si Surya dan benar saja. Ia membawa motor Vespa warna kuning. Dengan sopan, Surya menyalami Bapak. Setelah itu kami langsung pamit.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di lokasi pasar malam, kulihat pengunjungnya sangat ramai. Kami masuk ke dalam pasar itu, Surya membelikanku gulali. Dia juga menggandeng lenganku, aku merasa nyaman bersamanya.
Setelah mencoba wahana ombak banyu dan rumah hantu, kami naik bianglala. Itu wahana kesukaanku. Bianglala berputar perlahan. Dari ketinggian itu, aku bisa melihat pemandangan pasar malam yang gemerlap dan juga dipadati pengunjung.
"Des, aku curiga kalau kematian Diana ada kaitannya sama tugu keramat itu."
"Nggak Surya, aku yakin kalau si Diana itu dibunuh."
"Siapa?" tanya Surya."
"Nah, itu aku nggak tahu."
"Kamu tahu nggak Des kalau sudah banyak orang yang mati karena kualat tugu."
"Iya tapi itu kan cuma cerita dari mulut ke mulut," timpalku.
ADVERTISEMENT
"Emangnya tugu itu benar-benar batu nisan, ya?" tanyaku.
"Iya Des. Itu kuburan seorang wanita yang mati melahirkan, makanya banyak karyawan yang suka melihat penampakan kuntilanak," jelas Surya.
"Iya, aku juga pernah melihat penampakan itu," kataku.
"Tapi aku sangat yakin kalau Diana dibunuh," lanjutku.
"Kau mencurigai seseorang?"
"Tentu."
"Siapa?" tanya Surya penasaran.
"Mona."
Saat bianglala yang kami tumpangi berada di posisi rendah, aku melihat Mona berdiri di antara lalu-lalang orang sambil melihat ke arahku. Ia tersenyum.
"Itu...! Itu mona!" teriakku sambil menunjuk ke arah Mona.
___
Nantikan cerita Tragedi Pabrik Berhantu selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten