Konten dari Pengguna

Legenda Batu Eon di Bandung: Kekuatan Mistis yang Tak Terpecahkan

M Daffa Apriza
Penulis lepas di bidang sosial-humaniora. Berusaha mengenal dan memahami Indonesia melalui budayanya.
30 Juli 2024 8:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Daffa Apriza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi batu Eon yang berdiri sendiri di tengah kolam tandon PLTA Cikalong. Sumber: Unsplash/Lionel Gustave
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi batu Eon yang berdiri sendiri di tengah kolam tandon PLTA Cikalong. Sumber: Unsplash/Lionel Gustave
ADVERTISEMENT
Batu Eon adalah salah satu objek wisata kebanggaan warga Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Letak dan sejarahnya yang unik menjadi daya tarik bagi siapapun yang berkunjung ke Desa Lamajang.
ADVERTISEMENT
Batu berukuran perut induk kerbau ini berdiri kokoh di tengah kolam tandon Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cikalong, Desa Lamajang. Kabarnya, PLTA ini diresmikan oleh presiden pertama Indonesia, Bung Karno.
Namun, ada dua versi terkait kapan PLTA Cikalong resmi berdiri. Ade Sukmana—pengelola Desa Wisata Lamajang, mengatakan bahwa PLTA Cikalong resmi berdiri pada tahun 1954.
“Sulit mencari informasi yang valid mengenai kisah itu. Tapi yang pasti PLTA ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1954 lalu,” jelas Ade kepada detikcom.
Namun, Lamajang Abah Ilin Darsyah—tokoh adat di Desa Cikondang—mengatakan bahwa PLTA Cikondang baru resmi pada tahun 1961. Meskipun terdapat perbedaan pendapat terkait waktu peresmian, warga sekitar sepakat pada asal-usul batu Eon yang mendiami PLTA ini.
ADVERTISEMENT
Batu tersebut seharusnya dipindahkan saat proses pembangunan PLTA. Namun, tidak ada warga yang mampu memindahkan batu ini. Bahkan, tindakan ekstrem seperti penggunaan bahan peledak juga tidak membuahkan hasil.
Menurut legenda setempat, terdapat seorang warga yang melakukan berbagai upaya untuk menyingkirkan batu tersebut. Nama orang tersebut adalah Abah (sebutan untuk laki-laki tua) Eon.
Abah Eon sudah melakukan berbagai upaya untuk memindahkan batu ini. Namun, semua usaha beliau tidak kunjung membuahkan hasil. Karena sudah frustasi, Abah Eon akhirnya mencoba meledakkan batu tersebut dengan dinamit.
Ajaibnya, batu tersebut tidak kunjung hancur. Sayangnya, Abah Eon tidak mampu meneruskan usahanya karena beliau meninggal seminggu kemudian. Dalam rangka mengingat usaha Abah Eon dan kesaktian batu tersebut, warga menamai batu itu dengan nama batu Eon.
ADVERTISEMENT
“Gak juga hancur, tujuh harinya Abah Eon meninggal. Nah, dari situ kenapa batunya dinamakan Batu Eon,” papar Abah Darsyah kepada detikcom.

Berbagai Legenda Seputar Batu Eon

Warga setempat meyakini bahwa kesaktian batu Eon berasal dari sejarahnya yang sarat dengan mistisisme. Konon, batu ini pernah menjadi tempat semedi Mbah Balu Tunggal—seorang penyebar agama Islam pada abad ke-17.
Menurut Abah Darsyah, Mbah Balu Tunggal dulunya adalah tokoh penyebar agama Islam di sekitar Desa Lamajang. Selain menjadikan batu Eon sebagai tempat pertapaan, Mbah Balu Tunggal juga menyimpan pusakanya di dalam batu tersebut.
“Di dalam batu itu ada perkakas—ada pusaka—makanya tidak bisa meletus,” jelas Abah Darsyah.
Abah Darsyah meyakini keberadaan pusaka di dalam batu Eon karena sebuah kejadian saat beliau masih SMP. Meskipun batu tersebut terkenal tidak dapat hancur, Abah Darsyah melihat bahwa ada orang yang pernah membelah batu tersebut.
ADVERTISEMENT
“Pernah Abah waktu masih SMP ada tukang mecahin batu. Dia dapat mimpi buat mecahin batu. Ketika dipecah, keluar keris. Sayangnya batu sisanya malah dihancurin padahal itu bisa disimpan di museum,” tutur Abah Darsyah.
Menurut legenda lain, tanah tempat berdirinya Batu Eon sebelumnya adalah pemakaman yang terkenal angker. Ade Sukmana, mengatakan bahwa sebelum PLTA Cikalong ada, lahan tempat batu ini berada dulunya adalah persawahan.
Namun, terdapat rumor bahwa banyak kambing warga yang mati mendadak saat digembalakan di tempat itu.
“Kata orang tua dulu banyak jurig-nya (sebutan hantu dalam bahasa Sunda). Sebenarnya ada batu yang lebih kecil selain Batu Eon; semuanya digunakan untuk pembangunan,” ungkap Ade.