Konten dari Pengguna

Mahasiswa Penerima IISMA Menjadi Terlalu 'Barat': Salah dimana?

Muhammad Rifqi Daneswara
Research Fellow di Indonesian Advanced Institute for International Studies (INADIS) Lulusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia (2022)
9 Juni 2023 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rifqi Daneswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Pertukaran Pelajar di Kelas (Kenny Eliason/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pertukaran Pelajar di Kelas (Kenny Eliason/Unsplash)
Kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diimplementasikan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim memiliki beberapa program yang mendukung implementasinya. Salah satunya adalah program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Program IISMA dideskripsikan sebagai skema beasiswa yang membiayai mahasiswa Indonesia selama satu semester untuk melakukan pertukaran pelajar di Universitas-universitas top di negara luar. Berdasarkan data yang dipublikasikan di website IISMA, program yang berjalan sejak tahun 2021 ini telah memberangkatkan total 3295 Awardees ke 67 host universities yang tersebar di 25 negara. Program ini memiliki enam tujuan: 1) Tujuan yang pertama adalah memberikan pengetahuan dan skill yang didapatkan dari Universitas Top Dunia, 2) Memperkuat networking mahasiswa di level internasional, 3) Memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar secara multidisiplin, 4) Meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap kebudayaan asing dan 5) Mempersiapkan mahasiswa untuk karir setelah lulus dari kuliah. Menteri Nadiem Makarim mendeskripsikan bahwa pertukaran belajar ini krusial untuk mempersiapkan mahasiswa Indonesia menjadi generasi baru masyarakat dunia.
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, program ini dapat dikatakan memiliki tujuan yang hebat. Di era globalisasi ini, masyarakat Indonesia tidak cukup hanya memiliki wawasan mengenai Indonesia namun perlu memiliki pengetahuan mengenai lingkungan global Indonesia. Dengan program pertukaran pelajar, diharapkan mampu mencetak mahasiswa yang memiliki wawasan tersebut.
Namun apabila dilihat lebih detail, terdapat kekhawatiran bahwa wawasan yang didapatkan oleh awardee melalui program IISMA akan bercondong ke salah satu perspektif saja. Condongnya perspektif awardee penulis berargumen dipengaruhi oleh universitas-universitas yang menjadi partner IISMA pada saat ini. Mayoritas dari Universitas IISMA berada antara di Amerika Serikat, Eropa maupun United Kingdom (UK) yang notabene merupakan negara-negara barat yang memiliki perspektif western. Berdasarkan data yang didapatkan dari website IISMA, dari 76 Universitas yang menjadi partner IISMA, 62 berlokasi negara-negara barat atau western. Spesifiknya adalah di Amerika Serikat dan Kanada terdapat 13 Universitas, Eropa 21, UK dan Irlandia 16, Australia dan Selandia Baru 12. Sedangkan 14 universitas tersisa yang tidak berlokasi di negara barat, 6 berada di wilayah Asia Timur yaitu Jepang 2, Korea 2 dan Taiwan 2. Sedangkan di wilayah Asia Tenggara hanya terdapat 6 Universitas. Dengan Timur Tengah dan Amerika Latin masing-masing hanya terdapat satu Universitas (IISMA, 2023). Ketimpangan ini diperparah dengan tidak adanya universitas di negara-negara besar Asia seperti India dan China yang padahal merupakan negara besar dengan perspektif non-barat yang mampu memperkaya awardee dengan wawasan global. Bila dibandingkan antara universitas yang menjadi partner IISMA di negara-negara barat dengan negara non-barat maka terdapat ketimpangan yang berpotensi mengakibatkan awardee-awardee IISMA lebih banyak hanya memiliki perspektif dari negara barat saja .
ADVERTISEMENT
Akibatnya adalah awardee-awardee IISMA yang dihasilkan walaupun memiliki perspektif global, namun mayoritas dari awardee memiliki perspektif yang berasal dari negara barat. Padahal perkembangan ekonomi dan dunia menunjukkan bahwa masa depan dunia berada di Kawasan Asia dan Pasifik, bukan lagi di Eropa maupun Amerika Serikat. Akibatnya mahasiswa yang selesai menjalani IISMA walaupun memiliki perspektif global namun tidak sesuai dengan prediksi perkembangan masa depan yang berfokus di kawasan Asia dan Pasifik.
Untuk mengatasi masalah ini, IISMA perlu memprioritaskan universitas-universitas di Asia terutama Asia Timur dan Asia Tenggara untuk menjadi partner IISMA. Universitas-universitas besar di negara Asia seperti China dan India harus menjadi prioritas untuk menjadi partner IISMA dikarenakan potensinya sebagai negara besar sekaligus perspektif unik yang dapat ditawarkan dari kedua negara ini. Selain dari adjustment dengan menambah jumlah Universitas dari negara-negara Asia, perlu juga adjustment dari jumlah kuota untuk universitas dari Asia. Kuota mahasiswa yang dikirim ke Universitas-universitas di negara non-barat perlu ditambahkan untuk mengurangi jumlah ketimpangan yang ada. Diharapkan melalui dua kebijakan ini IISMA mampu menghasilkan awardee-awardee dengan perspektif global dan menyeluruh.
ADVERTISEMENT