Konten dari Pengguna

Sejarah dan Perkembangan Kontemporer Hubungan Iran dan Indonesia

22 Maret 2021 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kedutaan Besar Republik Islam Iran - Jakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam Rangka 70 Tahun Hubungan Bilateral
Oleh: Dr. Mohammad Kh. H. Azad - Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Tehran - Desember 2016
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Tehran - Desember 2016
Hubungan dan interaksi historis antara Iran dan Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Iran memiliki hubungan perdagangan yang luas dengan China melalui Jalur Sutra, tetapi ini bukan satu-satunya penghubung antara Iran dan China. Melalui laut, terdapat juga jalur lain yang menghubungkan beberapa pihak yang dikenal sebagai “Jalur Rempah” antara Iran, India, Asia Tenggara dan China. Hal ini menyebabkan perdagangan dan interaksi budaya antara Iran dan negara-negara Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Menurut sumber-sumber China, hubungan Iran- China terjalin pada masa pemerintahan Mehrdad II (Ashk ke-9 yang dijuluki Kabir - 76 hingga 124 SM), pangeran Parthia yang agung. Para pedagang Persia menghasilkan banyak keuntungan dengan menjual kain buatan China, terutama sutra mentah negara tersebut. Orang Iran adalah penghubung antara China dan Romawi. Kebijakan ini diikuti selama beberapa abad. Jalur Sutra bukan hanya satu-satunya cara bagi China untuk berinteraksi dengan masyarakat luar, tetapi juga jalur air atau laut, yang kemudian dikenal sebagai Jalur Rempah menjadi pilihan mereka. Selama periode kekaisaran Sassani (224-651 M), hubungan Iran-China berkembang pesat dan pada era yang sama kepercayaan Zoroaster tersebar luas di China oleh pedagang Iran dan Sogdian. Selama masa pemerintahan Anoushirvan dan bahkan sebelumnya, masyarakat Iran berhubungan dengan orang India dan China melalui laut. Kapal-kapal setelah memuat komoditas perdagangan, berangkat dari pelabuhan Ableh yang begitu terkenal pada saat itu (dekat kota Basrah sekarang). Barang-barang tersebut adalah: Dari Ahvaz: Gula, bulu Diba (artinya bulu tiruan jenis beludru), kurma, gorden, saputangan sutra. Dari Fars: baju zirah, air mawar, berbagai jenis parfum, segala jenis kain, berbagai jenis anggur, buah-buahan kering, timah, tanah merah, dan bunga sarafi. Dari Sush: jeruk-jerukan, beragam pewangi terutama pewangi bunga violet, costmary, pelana rajutan kuda dll. Namun setelah kehadiran Islam, hubungan Iran dengan China berkembang seiring dengan kemenangan umat Islam di Turkestan dan Transoxiana. Orang Iran dan Irak pergi ke China melalui laut dan darat dan membangun beberapa masjid disana. Pedagang Iran pergi ke China melalui beberapa pelabuhan antara lain Ableh, Rivardshir (Rey-Shahr), Hormoz dan Siraf, dan dalam perjalanannya mereka bersinggah di Malabar (yang berada di tepi barat dan barat daya India), Silan (Sarandip) dan pulau-pulau Indonesia (Sumatera atau Jawa), kemudian memasuki perairan China setelah beberapa hari dan malam di laut yang berbahaya.
ADVERTISEMENT
Dalam kaitan ini, para peneliti dan sejarawan Indonesia telah mengungkapkan pandangan yang berbeda tentang zaman kuno dan sejarah perkenalan orang Iran dengan Indonesia dan kedatangan Islam di Indonesia. Prof. Dr. Husein Jayadiningrat percaya bahwa Islam diperkenalkan ke Indonesia oleh para saudagar Iran. Ia mengatakan bahwa pengucapan harakat dalam bahasa Arab di Indonesia disebut dengan istilah “Jabar” dan “Pes”, sedangkan dalam bahasa Arab disebut Fath dan Kasra.
Peneliti lain bernama Omar Amin Hossein mengatakan bahwa di Iran ada suku bernama Leren, begitu juga di kota Giri Jawa ada sebuah desa dengan yang memiliki nama sama. Terdapat pula suku lain di Iran yang bernama Jawi dimana mereka mempelajari dan berbicara bahasa Jawa yang tertulis dalam huruf arab.
ADVERTISEMENT
Profesor Azmi, sejarawan Indonesia lainnya, memberikan penjelasan tentang suku-suku lain di Iran. Ia menyatakan bahwa suku Lor (Leren = Ler) pada era pemerintahan Kerajaan Persia, Nasruddin Bin Badr pada tahun 300 H (912 M), suku Jawani (Jawi=Jawani) pada masa pemerintahan Jawani Al-Kurdi yang memerintah di Iran, tinggal di wilayah Sumatera Utara (Pasai) dan menyusun aksara Jawa (Khat Jawi). Kaum Syiah pada masa pemerintahan Rokn Al-Daulah Ibn Hassan Ibn Buyeh Al-Dailami sekitar 359 H (969 M) juga tinggal di Sumatera Timur dan mendirikan desa mereka di kawasan tersebut yang diberi nama Siak, yang kemudian berganti nama menjadi Nagari Siak dan terakhir menjadi Siak Indra Pura. Suku lain adalah Ramai yang tinggal di Timur Laut Sumatera. Para penulis Arab abad kesepuluh dan sebelas (X/M – IX/M) menyebut Pulau Sumatera dengan nama Rumi, Al-Rumi, Al-Rumani dan Lamberi. Dia juga menyebutkan suku-suku Iran lainnya seperti Saban Karah dan Ashraf, seperti Haji Sharaf bin Ziauddin.
ADVERTISEMENT
Sejarawan ternama Indonesia Uka Tjandrasasmita dalam tulisannya berpendapat bahwa hubungan maritim dan perdagangan antara Indonesia dan Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Indonesia, sangat kuat sejak abad ketujuh hingga ketujuh belas dan berpengaruh besar pada kebudayaan Indonesia. (Uka Tjandrasasmita, Hubungan Perdagangan Indonesia – Persia (Iran) Pada Masa Lampau, Jurnal Pemikiran Islam – Desember 2000, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Sebelum masuknya Islam di kawasan Melayu pada abad ke-7 M, pusat ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar berada di kota Palembang sebagai ibu kota kerajaan Sriwijaya yang beragama Buddha. Kerajaan Islam Pasai (1251-1524 M) merupakan pusat ilmu pengetahuan dan peradaban, yang kemudian digantikan oleh Kerajaan Malaka (1400-1511 M). Dan kemudian Aceh atau Banda Aceh (1524-1900 M) menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban.
ADVERTISEMENT
Almarhum Muzaffar Iqbal, profesor bahasa Persia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam disertasi doktoralnya memberikan referensi yang baik tentang pengaruh yang besar dari sastra dan budaya Iran terhadap bahasa Indonesia dan sejarah panjang hubungan antara Iran dengan Indonesia. Aksara kuno bahasa Indonesia mengambil huruf P dan C serta berbagai harakat, dari bahasa Persia. Ada pun kesimpulan dari berbagai peneliti bahwa ada lebih dari 400 kata Persia diserap oleh bahasa Indonesia.
Puncak interaksi di pusat-pusat sastra Melayu dari abad ke-15 M hingga abad ke-19 M dipengaruhi oleh pemikiran Iran. Para intelektual, penyair dan sufi di wilayah ini memperoleh buku-buku agama dan sastra Iran dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Melayu dan bahasa lokal lainnya. Mereka menciptakan dunia baru pada pemikiran Islam. Pengaruh Iran yang paling signifikan dalam sastra Indonesia dapat dilihat di pusat-pusat ilmu pengetahuan dan sastra ternama kawasan ini seperti Samudra Pasai, Malaka, Johor, Aceh, Riau, Petani, Dimak, Cirebon, Banten dan kota-kota terkenal lainnya. Sufi terhebat, penyair pertama dan bapak bahasa Melayu, Hamzah Fansuri telah sepenuhnya mempelajari bahasa Persia. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh pemikiran para cendekiawan dan sufi seperti Hallaj, Mohammad Ghazali, Al-Jalili dan pengaruh syair berbagai penyair seperti Attar, Mohammad Shabestari, Jami, Mohammad Shirin Maghrebi, Jalaluddin Rumi, Saadi, Ibrahim Eraghi, Hafez Shirazi, Abdul Qader Gilani dan Omid Khosrow Dehlavi, dalam karya-karya ternama Hamzah Fansuri seperti Asrar al-Arifin, Sharabul-Ashiqin, Al-Muntahi, dan Rubaiyat.
ADVERTISEMENT
Pengaruh bahasa Persia dalam bentuk syair Ghazal, Masnavi, Ruba’i, Nazm, Qosidah dan kisah-kisah Rasulullah dan Ahlulbait yang merupakan sastra Syiah, terlihat jelas dalam kisah-kisah sehari-hari rakyat dimana kebanyakan dari bahasa Persia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku-buku bersejarah di Indonesia seperti Hikayat Raja-Raja Pase, Sejarah Melayu, Hikayat Aceh dan buku Kanun Malaka, mendapatkan inspirasi dari buku-buku Iran.
Dalam buku-buku Melayu, pengaruh ulama dan cendekiawan Iran termasuk Imam Abu Hamid Muhammad Ghazali sangat besar, dimana sebagian besar buku-buku tersebut terinspirasi dari buku dan sastra Persia. Misalnya, buku-buku untuk mendidik raja dan pangeran Melayu mayoritas diadopsi dari bahasa dan sastra Persia. Buku Taj Al-Salatin Bukhari Al-Jauhari, Bostan Al-Sultan, Nawala Din Al-Raniri adalah beberapa contoh buku yang mendapatkan inspirasi dan pengaruh langsung dari bahasa dan sastra Persia. Buku-buku cerita sehari-hari masyarakat seperti Eskandar Nameh, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad Hanafiah telah sepenuhnya diterjemahkan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Indonesia. Karya-karya ini menunjukkan interaksi yang kuat antara sastra Persia dengan sastra Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terdapat banyak teori terkait masuknya agama Islam dan mazhab Syiah ke Indonesia. Teori yang pertama menyatakan bahwa mazhab Syiah masuk ke Indonesia sebelum mazhab Ahlussunnah wal Jamaah. Teori kedua berpendapat bahwa mazhab Syiah masuk ke Indonesia setelah mazhab Syafi’i. Dan teori ketiga mempercayai bahwa mazhab Syiah memasuki Indonesia setelah kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Tetapi diatas semua teori yang membicarakan tentang pengaruh setiap mazhab kepada masyarakat, adalah interaksi dan hubungan antara rakyat kedua kawasan yang begitu erat dan menakjubkan hingga menghasilkan beragam dimensi kedekatan sosial antara lain tradisi dan festival Tabot di provinsi Bengkulu yang pada saat yang sama dilakukan di Iran.
Tradisi Tabot di Indonesia adalah sebuah tradisi keagamaan Syiah yang memperlihatkan sejarah Islam dan perjuangan serta kebangkitan cucu Nabi Muhammad SAW yaitu Imam Husain bin Ali (as). Tradisi ini dalam perjalanan sejarah dan melalui proses penyesuaian dengan masyarakat telah menjadi sebuah “Festival Kebudayaan” di Indonesia. Peringatan Muharram atau Tabot (1 s/d 10 Muharram) dilaksanakan di berbagai kota di Indonesia antara lain Pariaman, Bengkulu, Aceh, Gresik, Banyuwangi, Solo dan Makassar dan kosakata seperti “Panji”, “Sarband”, “Boragh”, “Peri” dan lain-lain yang masih digunakan dalam festival Tabot adalah kosakata dari Bahasa Persia.
ADVERTISEMENT
Persamaan yang terdapat pada tradisi Tabot serta adanya lebih dari 400 kosakata Persia dalam Bahasa Indonesia, membuktikan dalam serta bersejarahnya hubungan antara Iran dan Indonesia.
Bahasa Persia sepanjang sejarah Kerajaan Persia memiliki interaksi yang kompleks dengan beragam budaya. Lebih dari 6.000 kosakata dari bahasa Urdu, ribuan kosakata pada bahasa Hindi, sekitar 2500 kosakata dalam bahasa Bengali, dan 1500 kosakata pada Bahasa Tamil di India selatan, berasal dari Persia. Sebagian besar peneliti dan sejarawan Barat percaya bahwa bahasa Indonesia juga mengadopsi kosakata Arabnya dari India melalui bahasa Persia. Tentu saja interaksi bahasa dan sastra merupakan salah satu cara utama untuk interaksi antara wilayah Melayu dan peradaban Islam.
Datangnya agama Islam membuat interaksi antara masyarakat Persia dan Nusantara meningkat. Pada era tersebut interaksi antara Kerajaan Persia dan bangsa-bangsa Arab memperluas sehingga menyebabkan bahasa Persia sangat mempengaruhi Bahasa Arab. Kini telah ditemukan lebih dari 400 kosakata yang murni berasal dari bahasa Persia pada bahasa Indonesia dan Melayu serta 300 kosakata lain yang berasal dari Arab (total 700 kata). Hadirnya kata-kata ini membuktikan dalam dan eratnya hubungan antara para pedagang, ulama, para raja dan rakyat kedua kawasan sebelum dan sesudah agama Islam diturunkan.
ADVERTISEMENT
Hubungan Iran-Indonesia telah melalui tiga periode sejarah. Periode pertama adalah hingga pertengahan abad ke-20 M, mencakup interaksi historis dan peradaban yang sebelumnya telah dijelaskan secara singkat. Periode kedua dimulai setelah kemerdekaan Indonesia pada dekade 50-an yaitu pada saat dinasti Pahlevi, dimana hubungan diplomatik resmi antara kedua pihak diadakan dengan pendirian kedutaan besar kedua negara di ibu kota satu sama lain pada tahun 1950. Pada tahun 1958 “Perjanjian Persahabatan” ditandatangani antara kedua negara, dan hubungan yang luas antara kedua pihak dimulai pada tahun 1960-an dan kemudian pada tahun 1971, kesepakatan kerjasama di bidang budaya ditandatangani antara kedua negara. Periode ketiga adalah sejak berdirinya Republik Islam Iran pada 1979 dan berlanjut hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
Hubungan antara Iran dan Indonesia sejak dimulai secara resmi pada tahun 1950 yaitu selama 7 dekade terakhir selalu mengalami perkembangan dan kemajuan dan kedua pihak selalu menikmati kerjasama yang baik di tingkat bilateral, regional maupun internasional.
Di tingkat bilateral, selama 70 tahun hubungan diplomatik, kedua negara di berbagai bidang politik, ekonomi, perdagangan, budaya, ilmu pengetahuan, dan lain-lain, telah menjalankan kerjasama yang luas dan saling menguntungkan serta mempergunakan kemampuan satu sama lain untuk mencapai kepentingan bersama. Selama hubungan kedua pihak, kami menyaksikan pertukaran delegasi di semua bidang dan di posisi eksekutif pada tingkat yang paling tinggi hingga paling rendah yang telah menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang kapasitas dan kapabilitas di antara kami serta menemukan bidang kerjasama baru yang dapat digali. Kunjungan para Presiden kedua negara ke ibu kota satu sama lain telah memperlihatkan betapa pentingnya hubungan bilateral ini. Presiden Republik Islam Iran, Yang Mulia Dr. Hasan Rouhani pada bulan April tahun 2015 mengunjungi Indonesia selaku Ketua Delegasi Tingkat Tinggi Politik dan Ekonomi Republik Islam Iran untuk berpartisipasi pada Pertemuan Kedua Konferensi Asia dan Afrika serta melakukan serangkaian pertemuan bilateral. Dan pada bulan Desember 2016, Presiden Republik Indonesia Yang Mulia Bapak Joko Widodo, melakukan kunjungan kenegaraan ke Iran selaku Ketua Delegasi Tingkat Tinggi Indonesia. Selain itu, para Menteri Luar Negeri kedua negara yaitu Yang Terhomat Dr. Mohammad Javad Zarif, dan mitranya di Indonesia, Yang Terhomat Ibu Retno Marsudi, telah saling mengunjungi negara satu sama lain dan juga melakukan pertemuan bilateral di sela-sela berbagai forum dan pertemuan internasional. Disamping itu berbagai perjalanan dan pertemuan diplomatik antara para pejabat tingkat tinggi kedua negara termasuk di tingkat Wakil Presiden, Menteri dan Anggota Parlemen serta Kekuasaan Yudisial kedua negara juga telah dilakukan dan para pejabat kedua negara telah saling mengunjungi dan bertemu di sela-sela pertemuan-pertemuan internasional.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan pertemuan tahunan Konsultasi Politik di tingkat Wakil Menteri Luar Negeri kedua negara, pertemuan Komisi Bersama di Bidang Kerjasama Ekonomi, pertemuan tahunan Komite Bilateral Khusus Urusan Konsuler, kerjasama IPTEK, HAM, kesehatan, dll, antara kedua negara telah menciptakan peluang dan kesempatan untuk bekerjasama serta telah memperkuat dan memperdalam hubungan bilateral kedua negara.
Salah satu isu penting dalam hubungan kedua negara adalah kerjasama di bidang HAM, dalam hal ini Republik Indonesia telah memiliki kebijakan yang independen dan selalu menentang resolusi-resolusi yang diajukan oleh negara-negara Barat tertentu dengan tujuan politis yang penuh dengan permusuhan terhadap Republik Islam Iran. Indonesia selalu menolak resolusi-resolusi tersebut dan mendukung Republik Islam Iran.
Republik Indonesia telah mendukung kesepakatan nuklir Iran (Joint Comprehensive Plan of Action - JCPOA), yang telah dicapai melalui proses negosiasi dan diplomasi untuk menyelesaikan secara damai sebuah krisis yang telah difabrikasi oleh pihak Barat terhadap program nuklir damai Republik Islam Iran. JCPOA merupakan sebuah kesekapatan yang bersifat komprehensif dan final. Republik Indonesia pun berpendapat bahwa JCPOA merupakan perjanjian yang bersifat internasional dan telah disahkan oleh Dewan Keamanan PBB melalui resolusi nomor 2231. Indonesia pun percaya bahwa tidak ada pengganti bagi JCPOA, dan oleh karena itu menekankan komitmen penuh para pihak JCPOA untuk mengimplementasikan seluruh ketentuan yang berada pada JCPOA secara penuh.
ADVERTISEMENT
Hubungan dan kerja sama kedua negara pada forum dan organisasi internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga afiliasinya, Gerakan Non-Blok, Organisasi Kerjasama Islam, Kelompok Delapan, Lembaga Kerjasama Antar Parlemen, dll, selalu bersahabat dan erat. Delegasi kedua negara pada berbagai pertemuan internasional sering mengambil kebijakan yang sama dan selalu mendukung posisi satu sama lain. Dengan memahami realitas internasional, kedua negara selalu berusaha untuk memanfaatkan peluang yang ada demi mengembangkan hubungan di tingkat global dan untuk menjamin kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyatnya. Sehingga kedua negara, tidak hanya mendukung pencalonan satu sama lain di forum internasional untuk mendapatkan posisi penting, juga telah mendapatkan keuntungan dari keanggotaan masing-masing di berbagai organisasi dan lembaga teknis internasional.
ADVERTISEMENT
Republik Islam Iran dan Republik Indonesia sebagai dua negara penting dan berpengaruh di dunia Islam, anggota Organisasi Kerjasama Islam dan Kelompok Delapan selalu berperan dalam menyelesaikan permasalahan, ketegangan dan konflik di negara-negara Islam serta selalu mengedepankan penyelesaian berbagai persoalan melalui upaya diplomatik, solusi damai dan dialog sesuai dengan Piagam PBB. Dalam kaitan ini, masalah Palestina sebagai salah satu isu terpenting dalam dunia Islam dimana Republik Islam Iran dan Republik Indonesia telah mengambil kebijakan yang sama yaitu mengutuk berbagai tindakan brutal Rezim Zionis seperti pembunuhan rakyat Palestina yang tak berdosa, penghancuran berbagai fasilitas publik dan infrastruktur Palestina serta membuat masyarakat Palestina kehilangan rumah dan terpaksa mengungsi ke negara lain. Iran dan Indonesia juga mendukung perlawanan dan cita-cita bangsa Palestina untuk mengakhiri pendudukan serta menghukum Rezim Zionis Israel pada berbagai organisasi dan pentas internasional.
ADVERTISEMENT
Di bidang hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral Iran dan Indonesia, mengingat potensi dan kapabilitas yang sangat baik yang dimiliki oleh kedua negara, hubungan di bidang ini selalu menuju perluasan dan perkembangan, sehingga pada saat-saat tertentu Republik Indonesia menjadi mitra dagang pertama Iran di Asia Tenggara dan pada saat yang sama Iran menjadi pasar yang menjanjikan bagi produk asal Indonesia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, hubungan perdagangan antara kedua pihak mengalami fluktuasi akibat sanksi unilateral, zalim dan ilegal oleh Amerika Serikat. Pada tahun 2011 perdagangan bilateral kedua negara mencapai puncaknya yaitu sekitar $ 2 miliar dolar. Pada tahun tersebut, Indonesia menjadi negara tujuan ekspor pertama Iran di kawasan Asia Tenggara dan ASEAN. Secara global juga Indonesia menjadi tujuan ekspor terbesar ketujuh Iran di Asia.
ADVERTISEMENT
Selama tahun-tahun belakangan ini lebih dari 90 kesepakatan, nota kesepahaman dan perjanjian telah ditanda tangani antara kedua negara di berbagai bidang politik, ekonomi dan perdagangan, budaya, IPTEK, pendidikan, dll, dimana lebih dari 70% di antaranya adalah di bidang perdagangan, ekspor dan impor barang, investasi dan perpajakan termasuk perjanjian perlindungan investasi, penghindaran pajak berganda, kerjasama bea cukai, jaminan ekspor, kerjasama komprehensif di bidang ekonomi, perikanan, energi, industri, kerjasama ilmiah, pembangunan kilang di Indonesia, lingkungan hidup, pameran, kesehatan, pemuda, pertanian, pendidikan dan standar.
Pada pemerintahan Yang Mulia Presiden Joko Widodo, Indonesia lebih menjalin kerjasama dengan Republik Islam Iran di bidang ekonomi, perdagangan dan industri dimana pada pertemuannya antara presiden kedua negara di sela-sela KTT Asia-Afrika pada tahun 2015, presiden kedua negara menekankan perlunya membangun kembali dan meningkatkan hubungan bilateral. Tekad politik para Presiden Iran dan Indonesia untuk mempercepat dan mencari terobosan baru untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang terdapat pada perluasan hubungan kerjasama ekonomi dan perdagangan kedua negara telah membuahkan hasil sehingga pertukaran delegasi ekonomi dan perdagangan tingkat tinggi antara kedua negara mengalami pertumbuhan yang signifikan dan kedua belah pihak berusaha untuk mencapai kesepahaman untuk mengupayakan dan menghilangkan hambatan dan mempercepat implementasi kerjasama ekonomi dan perdagangan bilateral. Hasil dari pendekatan tersebut adalah terselenggaranya pertemuan ke-11 Komisi Bersama Kedua Negara di Bidang Ekonomi di Tehran pada tahun 2016 dan pertemuan ke-12 komisi tersebut pada tahun yang sama (2016) di Jakarta. Pada rapat-rapat Komisi Bersama di Bidang Ekonomi semua hal yang berkaitan dengan dan kerjasama ekonomi antara kedua pihak akan dibahas dan sesuai dengan kesiapan kedua belah pihak, putaran pertemuan ke-13 komisi ini rencananya akan diselenggarakan di Tehran apa bila perkembangan pandemi Covid-19 mengizinkan.
ADVERTISEMENT
Di bidang hubungan kebudayaan, beberapa kegiatan terpenting antar kedua negara dalam tahun-tahun terakhir adalah pelaksanaan “Program Pertukaran Kebudayaan” dan penyelenggaraan “Pekan Kebudayaan”. Penyelenggaraan Pekan Kebudayaan di ibu kota Iran dan Indonesia mendapatkan sambutan yang baik oleh masyarakat kedua negara dan berhasil meningkatkan pengetahuan rakyat Iran dan Indonesia tentang budaya dan adat istiadat serta tradisi di antara mereka. Pertemuan para elit ilmiah, akademisi dan ulama kedua belah pihak, penyelenggaraan berbagai seminar tentang beragam isu kebudayaan dan politik antara Iran dan Indonesia merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan kedekatan antara masyarakat kedua pihak. Ada pun tim berbagai cabang olahraga antara Iran dan Indonesia telah dipertukarkan dan pertandingan persahabatan telah diadakan antara kedua negara.
ADVERTISEMENT
Hubungan Iran dan Indonesia di bidang kerjasama IPTEK selalu berkembang. Dalam kaitan ini, pertukaran berbagai delegasi di tingkat menteri dan delegasi akademik dan IPTEK, mengadakan pertemuan Komite Bersama IPTEK, kehadiran para pemikir dari kedua negara dalam pertemuan akademik dan keagamaan, pertukaran dosen mahasiswa, pemberian beasiswa, kerjasama bilateral di bidang Techno Park, pertukaran pengalaman di sektor-sektor penting seperti nanoteknologi telah dilaksanakan antara kedua negara.
Dalamnya hubungan antara Republik Islam Iran dan Republik Indonesia dalam konteks historisnya menunjukkan masa depan yang cerah untuk perluasan hubungan antara pemerintah dan masyarakat kedua negara di Barat dan Timur Asia. Kami berharap atas tekad politik besar pemerintah kedua negara, kedua pihak dapat menyaksikan perluasan hubungan bilateral dengan kecepatan yang lebih pesat.
ADVERTISEMENT
*****