Konten dari Pengguna

Saya Bukan Mahasiswa, Tapi Saya Calon Tenaga Kerja

MEDIA DIDAKTIK
didaktikonline.com
12 September 2021 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MEDIA DIDAKTIK tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi : Team Media Didaktik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi : Team Media Didaktik
ADVERTISEMENT
Mahasiswa secara sederhana adalah manusia yang diberi kesempatan untuk menggali dalamnya sumur ilmu pengetahuan di perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk bisa mempertanggungjawabkan moral-intelektualnya dan mewujudkan perubahan karena mahasiswa adalah agen perubahan. Oleh karena itu, mahasiswa memiliki beberapa peranan penting dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT
Pertama, mahasiswa sebagai seorang intelektual, jenius dan teliti harus bisa menjalankan hidupnya secara proposional sebagai seorang mahasiswa, anak kedua orangtua, serta harapan masyarakat.
Kedua, mahasiswa yang hidup di kampus yang di kenal berekspresi, beraksi, berdiskusi, berspekulasi, dan berorasi harus bisa menunjukan tingkah laku yang bermoral dalam setiap tindak tanduknya tanpa terkontaminasi dan terpengaruh oleh kondisi dan lingkungab sekitar, karena dia sendiri dengan kemampuanya sudah bisa mengukur antara baik-buruknya tindakan, selain selalu dipantau dan dicontoh oleh masyarakat.
Ketiga, mahasiswa sebagai agen perubahan harus selalu bersinergi, berpikir kritis dan bertindak konkret yang terbingkai dengan kerelaan dan keikhlasan untuk menjadi pelopor, konseptor dan eksekutor, penyampai aspirasi dan pelayan masyarakat.
Sayangnya sistem dan proses pendidikan kita saat ini lebih merangsang tumbuhnya paham memuja karir pribadi dan menghambat semangat kritis, situasi ini menyebabkan semakin dangkalnya kemampuan mahasiswa, dan membuat pikiran mereka dominan berisikan pengetahuan teknis daripada pengetahuan-pengetahuan yang bersifat koheren.
ADVERTISEMENT
Proses ini menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan swasta, perguruan tinggi akan mensuplai mereka dengan mahasiswanya yang bukan hanya bisa langsung dimanfaatkan kemampuanya, namun mahasiswa itu juga telah di indoktrinasi dan diintegrasikan ke dalam sistemnya karena proses pendidikan mereka memang lebih merangsang tumbuhnya paham memuja karir dan menghambat pemikiran dan semangat kritis.
Bahkan Universitas-Universitas tradisional di Eropa yang masih memegang erat pandangan kulturnya yang lama juga telah membuka pintu lebar-lebar bagi perusahaan swasta untuk ikut terlibat dan mengintervensi dalam dunia pendidikan, atau dengan kata lain ikut merancang kurikulum yang tidak mengajarkan teknologi ataupun teori saintfik yang komprehensif, namun sekedar pengetahuan reseptif yang berguna bagi kemampuan mahasiswa.
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia berarti juga berbicara tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak, sesuai dengan tujuan mulia negara ini yaitu mencerdaskan bangsa, maka pada hakikatnya setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Akan tetapi makna pendidikan saat ini jauh dari kata ideal, dunia pendidikan saat ini hadir bukan untuk mencerdaskan dan membebaskan manusia, akan tetapi pendidikan saat ini telah menjadi sarana untuk mencetak tenaga kerja terdidik berupah murah demi kepentingan pasar kapital.
ADVERTISEMENT
Dalam pendidikan yang orientasinya hanya pada kerja dan untuk industri, hanya akan menciptakan gaya hidup kompetitif, yaitu saling berlomba-lomba dan saling menjatuhkan dalam mencapai sebuah tujuan, gaya hidup seperti ini memiliki anggapan bahwa yang gagal tak perlu dibantu karena kegagalan itu disebabkan ulah mereka sendiri, dan yang berhasil akan memiliki sifat sombong juga individualis yang enggan untuk peka sosial. Yang terpenting bagi gaya hidup kompetitif adalah keuntungan pribadi dan sebisa mungkin menjatuhkan dan merendahkan orang lain dari segala aspek, resiko terbesar dari gaya hidup kompetitif adalah penindasan dan diskriminasi dari yang berhasil kepada yang tidak berhasil.
Jadi menurut hemat saya, pendidikan saat ini adalah untuk kaum pengusaha(Kapitalis) yang membutuhkan tenaga kerja yang cerdas, terampil dan yang paling penting adalah murah. Kaum pengusaha(Kapitalis) tentu saja bekerjasama(Simbiosis Mutualisme) dengan pemerintah untuk mencapai tujuan itu, pemerintah juga memerlukan kaum pengusaha(Kapitalis) untuk menyelesaikan masalah ekonomi negara, dengan adanya para kaum pengusaha(Kapitalis) maka pemerintah akan menjadi lebih kuat secara politik-ekonomi.
ADVERTISEMENT
Sehingga pemerintah dan kaum pengusaha(Kapitalis) bekerja sama untuk menciptakan iklim industri yang efektif dan efisien, mulai dari membangun narasi-narasi, gaya hidup, selera masyarakat dan pola tatanan masyarakat industri. Pemerintah dan kaum pengusaha(Kapitalis) sadar bahwa pendidikan adalah aspek paling penting sebagai strategi persiapan perindustrian, oleh karena itu pendidikan saat ini didesain sedemikian rupa untuk kebutuhan industri, tujuanya adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan melimpah.
Logikanya sederhana, jika tenaga kerja melimpah, maka pemerintah dan kaum pengusaha(Kapitalis) akan leluasa membangun perindustrian karena ketersediaan pasokan tenaga kerja yang melimpah, dan yang paling penting adalah ketika tenaga kerja melimpah, otomatis harga tenaga kerja akan murah dan fleksibel untuk dipecat atau diganti jika tenaga kerja itu tidak sesuai dengan kriteria pemerintah dan kaum pengusaha(Kapitalis).
ADVERTISEMENT
Fenomena yang paling miris akibat fenomena diatas adalah tentang orientasi mahasiswa dalam dunia pendidikan tinggi, mahasiswa memiliki orientasi bahwa pendidikan yang mereka geluti saat ini semata-mata hanyalah perantara untuk memasuki dunia kerja, sehingga mahasiswa saat ini tak lagi suka membaca, berdiskusi atau bahkan aksi-aksi.
Mahasiswa saat ini lebih suka melatih keterampiln diri dengan mengikuti worksho-workshop kewirausahaan atau sejenisnya, dan juga mahasiswa saat ini lebih memilih kegiatan yang memiliki sertifikasi-sertifikasi untuk penunjang CV yang berguna pada dunia kerja nanti. Dan harapan mencapai masyarakat adil makmur secara sosial-ekonomi akan semakin sulit untuk terwujud, karena mahasiswa saat ini bukan lagi agen perubahan sosial tetapi mahasiswa saat ini merupakan agen personal, yaitu agen perubahan untuk diri sendiri dan enggan untuk peduli pada nasib orang lain.
ADVERTISEMENT
*
*