Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
STIKESMUS Tanggapi Serius Wabah Difteri di Indonesia
26 Desember 2017 20:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Media Nasional tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Solo – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mambaul Ulum Surakarta (STIKESMUS) menyebut kejadian luar biasa (KLB) difteri di Indonesia paling tinggi di dunia. KLB difteri terjadi di 28 provinsi serta 142 kabupaten/kota.
ADVERTISEMENT
"KLB difteri saat ini adalah KLB difteri yang pernah kejadian paling tinggi di dunia. Jadi belum pernah ada di dunia jumlahnya paling banyak dan cakupannya banyak 28 provinsi dikutip dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI)," ujar Kepala bagian kepegawaian STIKESMUS Joko Tri Atmojo kepada wartawan Media Nasional. Selasa (26/12).
Aman membandingkan KLB difteri yang pernah terjadi di Rusia, Afrika Selatan, dan Brasil dengan Indonesia. Kasus difteri di Indonesia yang paling tinggi. "KLB di Rusia tidak seperti ini. Di Brasil hanya beberapa provinsi. Afrika Selatan juga hanya beberapa provinsi. Jadi Indonesia rekor KLB yang ada di dunia kita harus melawan KLB," tegasnya.
Sebagai pencegahan, STIKESMUS mengimbau masyarakat untuk mengikuti imunisasi melalui ORI (Outbreak Response Immunization). Aman mengatakan, ORI menjadi satu-satunya jalan untuk memangkas angka korban jiwa terus bertambah.
ADVERTISEMENT

Imunisasi DPT Penting
Imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) sangat penting dilakukan secara lengkap. Setiap orang harus mengikuti imunisasi DPT sebanyak 8 kali hingga berusia 19 tahun. Namun seseorang bisa terjangkit difteri meski sudah diimunisasi.
"Satu hal bahwa tidak ada di dunia ini upaya manusia yang sempurna. Artinya kemungkinan besar bisa saja. Contohnya seorang guru atau perawat yang terus menerus kontak dengan korban bisa kena. Tapi kecil kemungkinannya," jelas Joko Tri Atmojo.
Karenanya Joko tri Atmojo meminta semua pihak mengikuti imunisasi melalui ORI (Outbreak Response Immunization). Langkah itu perlu untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit difteri. Sebagai pemcegahan dari pihak STIKESMUS juga akan memberikan pendidikan kesehatan yang lebih mendetail tentang pencegahan dan penatalaksanaan difteri bagi mahasiswa STIKESMUS. *Red
ADVERTISEMENT