Konten dari Pengguna

Kekuatan WOM pada Influencer

LPM Media Publica
Official Account of Lembaga Pers Mahasiswa Media Publica Fikom UPDM(B)
24 April 2018 7:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari LPM Media Publica tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kekuatan WOM pada Influencer
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jakarta, Media Publica – Word of Mouth (WOM) atau dikenal dengan istilah Ghetok Tular, merupakan salah satu konsep marketing berupa rekomendasi dari mulut ke mulut tentang kebaikan maupun keburukan suatu produk atau jasa. Seiring berkembangnya teknologi, pengaruh WOM dipercepat dengan adanya internet dan menjadi pendorong munculnya influencer di media sosial. Namun, apakah influencer memiliki kekuatan lebih dalam melakukan konsep WOM?
ADVERTISEMENT
WOM menjadi konsep yang sering digunakan dalam dunia pemasaran karena dinilai lebih efektif, hemat biaya, serta menghasilkan respon baik di masyarakat. Namun, tidak semua konsep WOM terjadi secara alami, karena konsep ini terbagi menjadi dua yaitu tidak disengaja dan disengaja. Tidak disengaja biasanya terjadi ketika seseorang merekomendasi suatu produk atau jasa karena merasakan kepuasannya sendiri, sedangkan disengaja terjadi karena telah direncanakan.
Di era digital saat ini, WOM yang disengaja dapat dilihat ketika Influencer diminta oleh suatu produk atau jasa untuk membicarakan produknya. Influencer sendiri merupakan seseorang yang memiliki banyak pengikut di media sosial serta memiliki pengaruh dalam memberikan opini terhadap pengikutnya.
“Kekuatannya (red-WOM) adalah brand itu diceritakan, yang menceritakan adalah orang terkenal dan dia rekomendasikan. Itu yang membuat WOM itu lebih efektif dibanding dengan bentuk promosi lainnya,” jelas H.M. Saefulloh, S.Sos, M.Si selaku Dosen Fikom Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) (UPDM(B)).
ADVERTISEMENT
Kehadiran influencer turut andil bagian dalam berhasil atau tidaknya taktik dari WOM. Drs. Hilwan Arif selaku Koordinator Konsentrasi Periklanan Fikom UPDM(B) menjelaskan, pemilihan influencer akan mempengaruhi citra brand tersebut.
“Influencer sangat menentukan dalam menyampaikan sebuah pesan produk. Gunakanlah influencer atau public figure yang memang namanya bagus, peran dan kontribusinya juga bagus. Karena kalau influencer–nya memiliki image buruk akan merusak citra produk,” tuturnya.
Selain memiliki citra diri yang baik, Saefulloh berpendapat WOM yang baik harus dilakukan secara natural dan tidak terdapat rekayasa. Sehingga influencer tersebut tidak terlihat sedang melakukan promosi. Hilwan menambahkan, bahwa konteks dan konten yang disajikan oleh Influencer juga menjadi hal penting dan berpengaruh pada berhasil atau tidaknya di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Meskipun promosi WOM yang dilakukan oleh Influencer dapat berpengaruh, tetapi WOM yang dilakukan oleh teman atau keluarga sendiri akan memberikan pengaruh yang lebih besar. “Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam memaknai hasil dari proses mulut ke mulut tersebut. Yakni ketika seseorang menceritakan sesuatu akan cenderung dibumbui oleh subjektivitas, sehingga akan lebih percaya ketika teman kita yang melakukan WOM tersebut.” Jelas Saefulloh.
Hingga saat ini, belum ada tolak ukur pasti atas efektivitas dari promosi melalui media konvensional atau melalui influencer dengan konsep WOM di media sosial. Namun, jika dilihat dari media sosial akan lebih mudah dipantau audience–nya melalui pengikut dan viewer-nya. Sedangkan untuk media konvensional seperti Televisi belum bisa terpantau sedetail media social.
ADVERTISEMENT
“Karena Televisi hanya menghitung rating acara, artinya dalam waktu bersamaan masyarakat menonton acara tersebut hingga jutaan orang, tetapi pertanyaannya apakah mereka menonton iklannya? Belum tentu. Tetapi kalau di Youtube atau di Instagram sudah jelas dapat terhitung berapa viewer–nya,” tutup Saefulloh.
Reporter: Via Oktaviani & Dian Fitriyanah
Editor: Gieska Cyrilla Calista