Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Karapan Sapi dan Kekerasan terhadap Hewan
4 Juni 2018 14:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Pameksan, (Media Madura) – Penerapan karapan sapi tanpa kekerasan di Madura tampaknya masih sangat sulit untuk diwujudkan.
ADVERTISEMENT
Buktinya, dalam beberapa perlombaan karapan sapi masih banyak terdapat joki yang menggunakan rekeng (tongkat kecil berpaku) untuk memacu kecepatan sapinya.
“Hingga saat ini, kami masih kesulitan untuk menerapkan karapan sapi tanpa kekerasan di empat kabupaten di Madura,” kata Sekretaris Badan Perwakilan Wilayah (Bakorwil) IV Pamekasan, Moh Muhyi, Senin (4/6).
Bahkan, menurut Muhyi, sapaan akrabnya, karapan sapi tanpa kekerasan mustahil diwujudkan. Utamanya, di tingkat karapan sapi Piala Presiden atau yang dikenal gubeng. Di mana, umumnya para pejoki masih menggunakan pakem lama (kekerasan).
“Umumnya, para joki ini menggunakan benda-benda tajam seperti paku lalu ditusuk-tusukkan ke bongkong sapi. Agar, sapi karapan ini bisa berlari kencang dan sampai garis finish duluan,” ujarnya.
Dirinya menambahkan, kekerasan dalam karapan sapi sebenarnya bisa dihilangkan asalkan, si pemilik sapi sadar.
ADVERTISEMENT
“Yang jadi permasalahan sekarang si pemilik sapi ini sudah terlanjur tebiasa menggunakan kekerasan pada sapi karapannya. Makanya, sangat perlu kesadaran khusus dari si pemilik ini,” ujarnya.
Reporter: Zubaidi
Editor: Zainol